“Nduk, Nduk. Kamu kok tidur di sini, Nduk?!” Si Mbok menggoyang-goyang tubuhku.
Mataku membuka, pelan.
“Si Mbok?”
“Badanmu apa sudah enteng, Nduk?” tanya si Mbok.
“Lumayan, Mbok,” balasku sambil memijati urat kepalaku sendiri.
“Kamu sudah makan, Nduk?!”
“Nggak nafsu, Mbok. Kepala Lasmini masih mumet ini.”
“Walah, si Mbok buatkan beras kencur, yah? Biar kamu doyan makan.”
“Iya, Mbok, terserah.”
Si Mbok lantas bergegas menuju pawon. Terlihat ia merendam beras dalam sebuah mangkok. Lantas, kuhampiri dengan jalanku yang tergontai. Ia tampak menyiapkan kunyit, jahe, kencur, bawang putih, merica, asam matang, dan gula merah.
“Las! Lasmini!”
Leherku yang masih kaku ini, kuputar pelan-pelan ke arah sumber panggilan itu. “Siapa yah yang manggil-manggil?”
“Las! Lasmini!” Suara panggilan kembali menggelegar.