Last Elpízo

Margaret Lilian
Chapter #6

Chapter #5 KEMIRIPAN

“So if it’s beyond us, then it’s beyond us,

let’s see and decide”

-      Paris, Prancis –

Bunyi lonceng pintu berdenting dan menggema menandakan bahwa ada pelanggan baru yang masuk ke restoran LA FAMIGLIA – salah satu restoran Italia yang terkenal di Prancis. Restoran itu bernuansa klasik dengan desainnya yang sederhana namun tetap berkelas. Aroma renyah roti dan pasta yang sedang dimasak menyeruak masuk ke indra penciuman Serena. Senyuman terukir diwajahnya. Ternyata ia juga merindukan restoran ini. Restoran yang penuh kenangan baginya dan sepertinya sudah 2 tahun sejak terakhir kali ia ke sini. Karena ini adalah jam makan siang, restoran ini cukup ramai. Meskipun semua menu khas Italia di restoran ini sangat lezat tetapi menu yang menjadi primadona dari restoran ini adalah pastanya yang lezat dengan campuran sauce, daging, sayuran, dan kerang yang lembut dan kenyal membuat setiap pelanggan jatuh cinta dengan menu yang satu itu. Pasta yang disediakan juga bermacam – macam seperti Ravioli pasta, Cappelletti pasta, Fussili pasta, dan Spaghetti pasta. Sebenarnya masih banyak lagi sih tapi empat macam pasta itulah yang memiliki banyak penggemar. Dan yang membuatnya semakin kagum adalah semua pasta dimasak langsung oleh Mamma Michaela menggunakan resep rahasianya dan merupakan pemilik restoran ‘LA FAMIGLIA’ ini. Serena melihat Vanessa mengambil tempat duduk di dekat jendela kaca yang tertutup, Serena duduk berhadapan dengan Vanessa. Ia meletakkan tas clutchnya di atas kursi samping kanannya dan mengeluarkan kamera canon yang tergantung di lehernya kemudian meletakkannya di atas meja bagian kanannya. Kamera yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi. Seperti biasa pelayan dengan ramah menyapa mereka dan langsung mengantarkan roti yang baru saja keluar dari oven untuk menyajikannya sebagai hidangan pembuka. Pelayan itu juga membawakan berbagai macam bumbu dan topping sebagai pendamping roti lembut dan renyah itu.

 

“Kau ingin memesan apa Serena?” ucap Vanessa ketika mengambil menu yang disodorkan oleh pelayan wanita ramah itu.

 

“Roti ini terlihat lebih menggiurkan. Aku tidak berniat memesan menu lainnya” ucap Serena dengan kerlingan mata yang menatap roti di depannya dengan tak sabar untuk menyantapnya.

 

“Kau bercandakan… kau yakin tidak akan memesan? Apa gunanya kita kesini kalau kau tidak memesan Serenaaa” Vanessa menatap bingung Serena yang tampaknya tidak memperdulikannya karena sibuk menambahkan bumbu yang merupakan sauce serta topping yang berupa daging sapi yang dicincang, potongan bacon, sayuran, keju, dan mayonnaise.

 

“Kau tahukan menu favoritku di restoran ini adalah rotinya yang lezat. Aa..kkuuu tidddakk mungkin me..leww..atkan rottii yang menggiyyurkan ini” ucap Serena dengan mulut penuhnya merasakan kelezatan hasil dari roti yang sudah dicampurnya.

“wahh…inni ennakk!” tambah Serena lagi sambil menyantap suapan keduanya dari roti renyah dan lembut itu. Vanessa tidak bisa menyembunyikan kegemasannya terhadap Serena yang saat ini seperti marmut, pelayan wanita yang sedang melayani mereka juga ikut tertawa dengan kegemasan Serena.

 

“Ya sudah, terserah kau saja. Kalau begitu aku memesan 1 Ravioli with mozzarella, candied datterino tomatoes and basil pesto. 1 Fruits assortment untuk dessert”

 

“Oh, aku juga ingin dessert. 1 Homemade ice cream and sorbet” Serena menatap ke pelayan wanita itu yang langsung mencatat pesanan Serena dan Vanessa sambil masih tersenyum gemas melihat tingkah Serena.

“Apa ada sesuatu diwajahku?” ucap Serena ketika pelayan itu sudah pergi. Vanessa tersenyum jahil dan menganggukkan kepalanya.

Serena kemudian melepaskan rotinya dan menaruhnya dipiringnya. Ia mengambil iphonenya dan membuka aplikasi kamera untuk bercermin. Dia melihat wajahnya dengan teliti dengan memiringkan kekiri dan kekanan memeriksa apa yang salah dengan wajahnya. Alisnya bertaut bingung. Sedangkan Vanessa berusaha menahan tawanya melihat Serena yang langsung percaya padanya.

“Tidak ada yang aneh kok” Serena meletakkan kembali iphonenya ke meja dan hendak melanjutkan memakan rotinya tetapi terdiam ketika melihat Vanessa yang di depannya sedang menahan tawa.

“Kau mengerjaiku!” ucap Serena yang berusaha meraih Vanessa untuk mencubitnya. Dan tentu saja Vanessa menghindar sambil tertawa geli.

 

“Kau terlalu menggemaskan, makanya pelayan itu jatuh cinta padamu” ucap Vanessa akhirnya setelah berhasil meredakan tawanya. 20 menit kemudian, pelayan yang tadi melayani mereka kembali datang dengan seorang pelayan lainnya sambil membawakan pesanan mereka dan meletakkannya dengan hati – hati di meja. Vanessa pun menyantap pesanannya dengan lahap. Serena yang telah selesai memakan roti keempatnya pun mengambil pesanan dessert ice creamnya dan menikmatinya.

 

“Apa dia tidak lapar?” ucap Vanessa sambil menatap keluar memperhatikan pria tinggi dengan badan kekarnya yang berdiri sambil memperhatikan sekitarnya.

 

“Maksudmu Nick. Dia melakukan tugasnya. Lagi pula kau sudah lihatkan tadi aku membujuknya untuk masuk tapi seperti biasa dia menjawab, Terima kasih, tapi keamanan Nona adalah yang terpenting, silahkan menikmati waktu Anda Nona” Serena melahap suapan terakhirnya dan kemudian menirukan suara berat Nick yang menolak tawarannya. Vanessa tertawa dengan tingkah Serena yang juga membusungkan dadanya agar mirip seperti Nick.

 

“Kau benar. Mungkin kalau ayahku masih hidup, aku yang akan berada ditempatmu” ucap Vanessa memikirkan bahwa dia juga akan dijaga ketat dan tidak bisa bebas melakukan apa yang dia inginkan, atau bahkan mungkin dia juga tidak bisa jadi penggemarnya WHALIEN. Membayangkannya saja membuat Vanessa akan berteriak histeris.

Serena yang mendengar itu juga menganggukkan kepalanya sambil mengangkat bahunya membenarkan perkataan Vanessa. Serena kembali menatap keluar, dia memutuskan membungkus 4 roti untuk Nick dan Baron yang tidak ikut dengan mereka karena harus memeriksa pesawat mereka yang diparkir di Aéroport Paris - Charles de Gaulle yang merupakan pusat bandar udara Prancis.

 

“Kau sudah selesai. 20 menit lagi fashion show dari Mr. Angello D’Cerrano akan dimulai” ucap Vanessa setelah membayar tagihan bon makanan mereka.

 

“Iyap, let’s go!” ucap Serena sambil mengambil 2 bungkus kantongan yang berisi roti pesanannya yang diberikan oleh pelayan wanita yang melayani mereka.

“Di mana?” Tanya Serena ketika mereka sudah berada di dalam mobil sambil menyerahkan bungkusannya tadi pada Nick yang langsung mengerti dan menerimanya dengan sopan.

 

Paris Department Stores District - Boulevard Haussmann tepat di samping toko MADAME TAILOR’S. Gedungnya cukup besar jadi Mr. Angello menggelar Fashion shownya di boutiquenya sendiri” Vanessa menjelaskan sambil memberi instrusksi pada Nick bahwa mereka akan menghadiri acara fashion show tersebut sebelum kembali pulang. Nick sempat ragu karena dia merasakan ada seseorang yang sedang mengawasi mereka. Dia mengansumsikan bahwa orang itu pasti adalah mata – mata dari seorang musuh besar Tuan Judar. Sepertinya Serena cukup cepat mengerti dengan gerak – gerik Nick yang gelisah sambil menyetir tapi dia hanya diam saja. Rencananya harus berjalan dengan lancar. Perjalanan dari restoran LA FAMIGLIA ke Boulevard Haussmann cukup dekat karena hanya memakan waktu 13 menit saja. Serena menatap layar iphonenya yang menunjukkan pukul 2.30 UTC (waktu Eropa Tengah).

 

“Nick, turunkan aku di sini dan antarkan Vanessa ke D’Cerrano. Aku akan menyusul kalian” ucap Serena ketika melihat toko SAINT LAURENT. Dia harus membeli beberapa pasang pakaian untuknya. Kebetulan toko itu juga terletak di seberang dan 10 meter dari D’Cerrano.

 “Tidak Nona, saya akan menemani Anda” ucap Nick tidak ingin melepaskan Serena untuk pergi sendiri tanpa pengawasannya.

 

“Tidak Nick, kau tetap antar Vanessa” ucap Serena tidak mau kalah. Nick juga tetap kukuh ingin menemani Serena. Perdebatan antara Serena dan Nick terus berlanjut hingga 8 menit sampai membuat Vanessa memutarkan bola matanya jengah sambil melihat waktu di jam tangannya.

Lihat selengkapnya