Last Elpízo

Margaret Lilian
Chapter #9

Chapter #8 HARAPAN

“The Light of Us” 

-      SOLDIER FIELD, Chicago –



Sorakan keras dari 61.500 wave menggelegar di stadion Soldier Field itu bahkan membuat para pengendara di jalan raya yang berada di dekat stadion itu juga ikut mendengarnya. Konser WHALIEN telah berjalan selama 1 jam lebih tetapi riuh semangat dan antusiasme tidak pernah padam. Cahaya dari lampu lightstick yang dipegang oleh wave serta lampu sorot panggung yang terang menyinari malam pekat itu. Mereka bernyanyi, bergembira, merekam momen, dan meneriakkan nama para member WHALIEN yang berada di atas panggung besar yang saat ini sedang bernyanyi dan menari dengan semangatnya di tengah stadion itu. Antusiasme para fans membuat tujuh pemuda itu semakin menggila dengan melompat – lompat dan berlari sambil bernyanyi di panggung itu. Terlihat panggung besar itu bergoyang menunjukkan bahwa energi dan kekuatan WHALIEN ketika menari mampu menghancurkan panggung dan karisma yang memancar dari diri mereka membuat semua yang hadir tidak dapat mengalihkan pandangan. Api buatan yang mewarnai pinggir panggung itu membuat suasana konser semakin memanas menyingkirkan cuaca dingin malam itu. Reon bergerak dengan lincah mengikuti alunan musik dari lagu yang mereka bawakan, ia kemudian bertukar tempat dengan Justin di mana ia sekarang berada di center depan untuk menyanyikan part lagunya. Ia memberikan senyum smirknya sebelum bertukar tempat lagi dengan Alex hingga membuat wave langsung histeris dan salah tingkah. Konser itu diakhiri dengan pesan tiap para member yang menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa cinta dan ketulusan mereka terhadap wave – fans mereka.

 

“Sempurnaa!!!! Kalian sudah bekerja keras” ujar Roland ketika melihat Reon, Max, Sean, Sam, Alex, James, dan Justin baru saja turun dari panggung dan memasuki ruang istirahat VVIP di backstage. Roland maju memberikan pelukan hangat untuk mereka semua.

 

“Aaahhh…Justiiiiiiinnn!!!” teriak Alex antusias pada Justin yang saat ini terkekeh.

 

“Yah, aku melihatnya. Kau tadi benar – benar luar biasa” ujar Sean menimpali sambil mengingat gerakan dance Justin yang melakukan trik topi dengan sempurna.

“Kau dan James juga sangat baguss” ucap Max menimpali. Sam menggeleng – gelengkan kepalanya.

 

“Kita semua sudah melakukannya dengan baik. Tapi waahhh!! Anak ini benar – benar tidak pernah berhenti membuatku kagum” ucap Sam sambil menunjuk Reon yang saat ini sedang duduk di sofa hitam ruang istirahat itu sambil menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya dengan nafas yang masih sedikit tersengal – sengal.

 

“Serangan smirk yang mematikan, hahahah!! Suaraku hampir saja tidak kedengaran karena teriakan histeris wave” timpal Alex terkekeh.

“Dia mendapat gelar KING OF EXPRESSION bukan tanpa alasankan” ujar Justin sambil berjalan ke sofa dan duduk di samping Reon sambil menatapnya kagum.

 

“Aku juga sempat merinding ketika dia melakukannya. Dia menjelma menjadi malaikat maut” Sean membuat Reon membuka matanya dan menoleh menatap mereka geli.

 

“Jangan menggodaku. Kau tidak sadar dengan gerakan dancemu, itu part killer dari lagu kita” jawab Reon sambil mengingatkan Sean di mana ia melompat tinggi dan mendarat dengan split yang halus. Sean tertawa bangga mendengar pujian Reon.

 

“Jangan lupakan leader kita sudah melakukan pidato yang luar biasa hari ini” kata James menatap ke arah Max yang sedang tersenyum menampakkan lesung pipinya.

 

“Benar, dia adalah bintang hari ini!” ucap Sam. Roland menengahi mereka agar segera berhenti saling memuji dan menyuruh mereka agar segera mengambil spot yang bagus untuk berfoto kemudian membagikannya ke sosial media - ini merupakan kebiasaan mereka setelah konser pasti akan berfoto bersama untuk memberitahu wave bahwa mereka sangat menikmati konser malam ini. Roland kemudian memberi tahu pada mereka bahwa mobil sudah terparkir di luar untuk mengantar mereka kembali ke hotel. Mereka semua mengangguk. “Bukankah dijadwal ada pertemuan?” tanya Max mengernyit.

 

“Kalian terlihat lelah, aku akan mengirimkan detail pembahasannya nanti pada kalian” ucap Roland sambil mengecek jadwal di tabnya. “Dan juga, ini adalah jadwal tur konser kalian yang terakhir di Eropa. Jadi besok kalian bebas” tambah Roland lagi sambil menatap mereka. Seperti mendapat hadiah di tahun baru, Sean, Alex, dan James langsung berseru gembira karena mendapat hari libur setelah 6 bulan melakukan konser keliling dunia tanpa henti. Reon hanya menghela nafas sambil tersenyum simpul melihat tingkah 3 orang di depannya itu.

 

“Aku sudah lapar, kita akan bertemu di hotel” teriak Justin yang sudah berada di pintu keluar ruang istirahat. “Woyy bocah!! Tungguuu!!” James langsung berlari menyusul Justin. Mereka semua pun menyusul Justin dan James menuju tempat parkir bawah tanah stadion. Reon berjalan sambil memasukkan tangannya ke saku jaket hitamnya. Ia melewati beberapa kru dan staff yang masih berada di situ untuk membereskan semua barang – barang properti yang digunakan untuk konser. Mereka masuk ke lift dan menekan tombol ke lantai basement. Suara denting lift berbunyi menandakan mereka telah sampai di basement yang merupakan tempat parkir bawah tanah stadion.

 

Seperti biasa 7 mobil BMW sudah menunggu mereka dengan bodyguard yang berdiri di dekat pintu mobil yang sudah terbuka. Mereka semua masuk ke mobil masing – masing. Reon melirik Brondon yang berdiri dekat mobil BMW hitam diurutan terakhir itu. Ia berjalan mendekat dan masuk ke mobil dengan pintu yang langsung menutup dari luar. Ia melihat Brondon kemudian melangkah dan masuk pada kursi pengemudi. Mobil kemudian berjalan keluar dari tempat parkir bawah tanah itu. Ketika tujuh mobil BMW hitam mulai terlihat, ribuan para wave yang masih berada di sekitar stadion itu kembali bersorak memanggil nama mereka. Reon menatap keluar melihat ribuan wave yang mengucapkan salam perpisahan untuk mereka. Ia dapat melihat tangan James yang keluar dari kaca jendela mobil di depannya untuk memberikan lambaian pada fans mereka.

 

“Bangunkan aku jika sudah sampai” ujar Reon yang kemudian menutup matanya. Brondon melirik Reon dari kaca kecil di mobil itu.

 

“Baiklah” ujar Brondon santai. Jalanan cukup padat karena di penuhi puluhan ribu mobil dari para fans yang baru saja pulang dari konser. Kemacetan berlangsung selama satu setengah jam lamanya hingga mereka berhasil lolos dan sampai di lobby hotel tempat penginapan mereka.

 

Reon merasakan tepukan di bahunya. Ia membuka matanya dan mendapati Brondon sudah berada di luar dengan pintu mobil yang sudah terbuka. Reon mengedipkan beberapa kali matanya dan kemudian keluar dari mobil. Ia melangkah memasuki hotel ditemani oleh Brondon yang berjalan disampingnya.

“Di mana yang lain?” tanya Reon ketika sadar bahwa hanya dia dan Brondon yang memasuki lift.

 

“Mereka sudah lebih dulu sampai dan mereka terlalu lapar untuk menunggumu. Kau tertidur sangat pulas. Aku berusaha membangunkanmu selama 10 menit” ujar Brondon yang melihat Reon sedang menguap.

 

“Ya, aku sangat lelah. Aku hanya perlu mandi dan segera tidur” ucap Reon sambil memejamkan matanya. Brondon mengangguk sebagai respon, yah siapa yang tidak lelah ketika kau sudah menghabiskan seluruh energi dan tenagamu di konser yang berdurasi 2 jam lebih itu.

 

“Menu apa yang kau inginkan sebagai makan malammu? Aku akan memesankannya” ucap Brondon menatap Reon. Reon tidak menjawab, ia sedang berpikir bahwa terkadang Brondon seperti kakak yang sedang mengurus adiknya. Brondon sudah berada di sampingnya selama 10 tahun, dia jugalah yang menyuruh Brondon agar tidak bersikap terlalu formal padanya. Mungkin karena itulah hubungan mereka bukan seperti majikan dengan bodyguard melainkan seperti teman yang sudah berubah menjadi kakak dan adik. Reon membuka matanya dan menoleh ke Brondon.

“Tidak usah. Aku ingin segera tidur”

 

“Kau sudah melewatkan makan malammu selama 2 hari” ucap Brondon sambil mengernyit. Bunyi denting lift membuat Reon segera keluar, ia langsung menekan tombol lift yang bergambar panah yang saling berhadapan di mana tombol itu berfungsi untuk menutup pintu lift dengan cepat sebelum Brondon keluar dari lift.

 

“Nikmati waktumu bersama Gor dan yang lainnya. Mereka pasti menunggumu” ucap Reon sebelum pintu lift tertutup sambil tersenyum jahil pada Brondon yang hanya bisa menutup wajahnya dengan telapak tangannya menyaksikan kejahilan Reon padanya. Reon kemudian berjalan menuju kamarnya. Ia melihat sepasang suami istri dengan 3 orang gadis remaja beserta 2 bocah laki – laki yang baru saja keluar dari salah satu kamar di lantai itu. Ketiga gadis remaja itu langsung terkesima ketika melihat Reon yang berjalan tak jauh dari mereka, mereka tidak percaya bahwa WHALIEN ternyata menginap di hotel yang sama dengan mereka. Padahal mereka baru saja pulang dari konser tetapi keajaiban terjadi di hari yang sama karena mereka bertemu dengan salah satu member yaitu Reon. Reon menampilkan senyumnya ketika tahu bahwa ketiga gadis itu adalah wave. Sontak lorong yang sempit itu menjadi berisik karena teriakan ketiga gadis itu. Sepasang suami istri yang merupakan orang tua mereka baru menyadari bahwa Reon adalah member WHALIEN ketika salah satu anak gadis remaja itu menjelaskannya. Ketiga gadis itu tidak berani mendekati Reon karena terlalu terkejut. Reon terus berjalan sambil tersenyum dan membungkuk ketika sudah berada di depan mereka. Reon tidak sadar bahwa mata biru gelapnya membuat orang yang melihatnya merasa terintimidasi di tambah dengan tatapan hangatnya ketika menatap mereka semua membuatnya semakin menawan.

 

“Selamat malam, gadis – gadis cantik. Kalian menikmati konser malam ini?” ucapnya pada ketiga gadis yang ada di depannya tersebut. Lima menit hening karena ketiga gadis itu tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari mata Reon yang memabukkan. Hingga salah satu gadis pirang yang berkuncir kuda berteriak histeris menyadarkan yang lainnya.

 

“Reoonnn!!! Iyaaa, tentu saja!!” seru salah satu gadis dengan rambut berkuncir satu itu.

 

“Aku tidak percaya, ternyata kalian juga menginap di hotel ini!!” timpal gadis lainnya dengan rambut di urai.

 

“Kau terlihat lelah, apa kau baru saja sampai?” ucap gadis yang memakai kacamata.

 

 

“Tentu saja bodoh, kyyaa!! Reon. Kalian sangat mengagumkan di panggung” seru gadis yang berkuncir satu. Gadis yang memakai kacamata itu melirik saudaranya dengan sinis. “Aku bertanya pada Reon, bukan kau bego!”

 

Reon tersenyum geli melihat tingkah mereka. “Wow, jangan bertengkar. Yap, aku baru sampai. Terima kasih, itu berkat kalian yang menyemangati kami” ucapnya dengan hangat pada ketiga gadis itu dan membuat mereka berteriak dan salah tingkah. Dua bocah laki – laki menatap ketiga kakak perempuannya dengan aneh. Reon tertawa melihat ekspresi dua bocah cilik itu. ia berjongkok dan menatap mereka yang juga balik menatapnya bertanya.

 

“Kalian ingin permen?” Reon tersenyum menggoda kedua bocah kecil yang masih berumur 6 tahun itu. Kedua bocah itu mengangguk dengan antusias dan tersenyum gembira. Reon merogoh sakunya untuk mengambil dua permen lollipop yang diberikan oleh seorang kru padanya. “Ini” Reon memberikannya pada kedua bocah itu.

 

“Terima kasih kak!!” seru mereka berbarengan.

 

“Nikmati waktu kalian. Sampai berjumpa kembali di konser berikutnya” ucap Reon dengan senyum hangatnya lalu menyapa orang tua mereka kemudian berlalu menuju kamarnya. Ketiga gadis itu sebenarnya ingin meminta tanda tangan pada Reon tetapi mereka melihat Reon sangat lelah jadi mereka mengurungkan niatnya, meskipun begitu mereka masih tidak bisa percaya bisa bertemu sedekat ini dengan Reon. Salah satu member paling misterius di WHALIEN.

 

Lihat selengkapnya