“You’re left in
the dark shadow”
Hari kian sore, matahari sudah hampir menghilang menuju sisi dunia lainnya. Nick baru saja turun dari taxi dan membaca pesan yang dikirimkan oleh Jack padanya. ‘Sepertinya di sini’ ucapnya dalam hati. Ia mengedarkan pandangannya melihat wilayah perumahan itu sangat sepi, tidak ada satu pun penghuni yang berjalan – jalan sore di sekitar perumahan itu. Pandangannya beralih ke rumah sederhana dengan pagar putih sebagai penghalang yang berada di seberang. Di depan rumah itu terparkir 2 mobil chrysler sedan hitam dengan logo ‘K’ yang terpasang di atas hoods mobil. Ia sangat mengenali mobil itu karena dia juga selalu menggunakan mobil dengan model yang sama saat bertugas. Nick menyeberang dengan tatapannya mengarah ke pintu rumah yang sudah terbuka dan tak lama seorang pria keluar dari situ.
“Jackk!” serunya ketika melihat Jack keluar dari rumah itu diikuti dengan Mill di belakangnya.
“Bagaimana? Nona Serena ada di dalam?” tanya Nick ketika sudah berada di depan Mill dan Jack. Ia baru menyadari ekspresi kedua orang itu tampak frustasi. Jack menendang pagar putih yang ada di dekat mereka.
“Arggh! Shittt!!” Mill mengumpat sambil meremas rambutnya.
“Iya, seharusnya. Tapi sekarang sudah tidak ada” ucap Jack dengan nada frustasinya. Nick mengernyit mendengarnya.
“Dia kabur lagi?”
Jack menggelengkan kepalanya. “Sepertinya Nona berada dalam bahaya”
Nick yang mendengar itu langsung mencengkram kerah baju Jack dan menatapnya tajam.
“Apa maksudmu?” Nick melihat ekspresi Jack dan Mill semakin frustasi. Tak lama ia melihat Phill, Ryan, Bobby, dan Nate keluar dan berjalan mendekat ke arah mereka. Keempat pria itu juga sama frustasinya dengan Mill dan Jack. Ia melihat Nate membawa sebuah tas messanger berukuran sedang.
“Kami hanya menemukan tas ini” ucap Nate sambil menyerahkannya ke Nick. Nick mengambilnya dan berjongkok untuk membukanya. Isi tas itu penuh dengan beberapa pasang pakaian baru yang dibeli dan tas kecil hitam kecil berisi semua kartu baik tabungan dan kredit, serta cas, beberapa lembar uang, dan iphone warna gold milik Serena. Serena tidak mungkin kabur tanpa membawa barang – barangnya apalagi meninggalkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup gadis itu. Nick meremas tas kecil itu dengan erat. ‘Bbukk! Bbukk!!’ ia meninju tanah berumput hijau itu dengan tangannya, mencoba melampiaskan kekesalan dan kemarahannya. Ia terlambat!!
“Sepertinya Nona di culik” ucap Nate sambil menghela nafas kesal. Keheningan terjadi selama 3 menit, tidak ada yang menyahut dan bergerak. Mereka semua memiliki pikiran masing – masing sambil meratapi rasa frustasi mereka karena terlambat menemukan Serena dan akhirnya di culik.
“Aku akan memberi kabar pada Deren” ucap Jack kemudian berjalan menjauh dari mereka. Bobby dan Mill memilih untuk masuk kembali ke mobil. Nick masih tidak bergerak dari tempatnya. Nate berjongkok.
“Kita pasti akan menemukannya, Nick” ucap Nate memukul bahu Nick ringan dan kemudian berdiri dan menyusul Mill dan Bobby ke mobil. Hanya Phill yang tinggal di tempatnya sambil menatap Nick yang masih berjongkok dengan tangan yang masih memegang tas Serena.
“Jangan khawatir, kita akan mencari cara untuk menemukan Nona secepatnya” ucap Phill mencoba menghibur. Nick kemudian berdiri dan menatap datar Phill. Ia kemudian berjalan untuk pergi dari sana.
“Kau tidak ingin ikut bersama kami?” Tanya Phill pada Nick yang sudah keluar dari pagar.
“Tidak” ucapnya sambil berjalan cepat untuk menjauh dari mereka. Ia bisa mendengar teriakan Mill dan Nate tapi tidak ia hiraukan. Phill menatap punggung Nick yang sudah berjalan jauh.
“Nick, huh! Di mana dia Phill?” Tanya Jack ketika kembali setelah menelepon Deren tadi di ruang tamu. “Dia sudah pergi”
**********
Deren memasukkan kembali ponselnya ke saku jas bagian dalamnya. Ia menatap Judar yang sedang duduk di ruang santai bersama Zach. Suara decakan kesal keluar dari mulutnya. Ia tidak tahu harus bagaimana menyampaikan berita buruk yang baru saja didapatnya dari Jack kepada Judar.
“Aku tidak melihat Serena? Apa dia sedang keluar?” tanya Zach yang berpura – pura tidak tahu bahwa Serena menghilang. Judar melirik Zach sambil tertawa ringan.
“Iya, kebetulan ada sesuatu yang ingin dia beli” ucap Judar menyembunyikan fakta bahwa putrinya kabur karena tidak ingin menikah dengan pemuda yang ada di depannya ini. Ia tidak ingin Zach tahu agar pemuda yang sudah ia anggap putranya itu tidak kecewa. Bagi Judar, Zach adalah anak yang baik, tegas, dan cerdas. Terbukti bahwa pria itu mendirikan sebuah perusahaan tekstil dengan usahanya sendiri dan menjadi salah satu perusahaan terbesar di Yunani. Zach sudah cukup membuatnya bangga. Itulah mengapa ia ingin menyerahkan Serena pada Zach, Judar yakin Zach akan mencintai dan menjaga putri satu – satunya itu. Zach yang mendengar penuturan Judar hanya tersenyum sambil mengangguk – anggukkan kepalanya. Tak lama Deren datang dengan ekspresi pucat pasinya dan membawa sebuah laptop di tangannya. Deren melupakan kehadiran Zach karena terlalu panik dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia cepat – cepat memperlihatkannya pada Judar yang menatapnya tajam.
“Anda harus melihat ini Tuan” Deren meletakkan laptop itu di meja sehingga Zach juga bisa melihatnya. Di layar laptop itu menampilkan sebuah rekaman. Deren menekan tombol play dan terlihatlah Serena yang duduk di sebuah kursi memakai piyama pink lengan panjang dengan keadaan terikat. Mereka melihat salah satu pria berjaket hitam yang memegang sebuah pisau lipat mendekati Serena. Pria itu memainkan pisau itu ke depan wajah Serena. Judar dapat melihat ekspresi putrinya menjadi pucat dan meringis kesakitan ketika pria itu mulai menyayat lengan membuat sobekan pada piyama putrinya. Darah segar mengalir dari kulit Serena. Mark terkekeh melihat reaksi Serena. Deren dapat melihat urat – urat nadi yang tercetak di rahang dan dahi Judar yang menandakan pria itu sedang menahan kemarahan yang terpendam di dirinya.
Zach melihat Serena menggigit bibirnya berusaha menahan teriakan kesakitan yang akan keluar dari mulut mungilnya akibat luka sayatan yang sudah memenuhi sekujur lengan kanan gadis itu. Ia tersenyum dalam diam. Gadis itu pantas mendapatkannya. Ini adalah pemandangan yang menarik dengan melihat wajah Judar yang ada di sampingnya menjadi pucat dan khawatir pada Serena. Emosi Judar menjadi tak terkendali jika menyangkut Serena. Hmm, dia harus menangkap Serena secepatnya agar dapat menikmati wajah dan ekspresi tersiksa Judar tiap hari. Dengan begitu dia bisa puas. Zach menyeringai.
“Bagaimana? Kau menyukai hadiahku. HAHAHAHAHAHHH!!”
Judar melihat pria yang ditumbuhi kumis dan janggut tak terawat itu. Dia sangat mengenal pria itu. Jeremy Efron. Salah satu pemilik perusahaan terbesar di Yunani sebelum dia menghancurkan perusahaan itu dengan tangannya sendiri karena sudah mengusiknya dengan mengirimkan pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Ia melihat Jeremy berjalan mendekati putrinya dan menepuk – nepuk wajah Serena pelan dengan tangannya.
“LUCU SEKALI PUTRIMU INI. DIA BERKATA, AKU TIDAK BISA MENGHANCURKANMU. SANGAT BODOH BUKAN!! DIA TIDAK TAHU DIRI DAN TIDAK SADAR BAHWA DIRINYALAH YANG AKAN MENGHANCURKANMU. HEHEHEH” Jeremy menatap Serena yang sedang menatapnya datar. “Perlu ku akui dia sangat mirip denganmu. Dia tidak mengeluarkan air mata sekalipun. Daripada itu, Aku ingin kau kembalikan perusahaanku seperti keadaan semula. Kau menghancurkannya dengan mudah jadi untuk mengembalikannya pasti lebih mudah kan. Jika tidak…” Jeremy langsung mencekik leher Serena membuatnya tidak bisa bernafas.
“KURANG AJAR!!! KEPARAT SIALAAN!!!” Judar menggebrak meja dengan emosi ketika melihat wajah putrinya yang sudah membiru.
“Oh! Tanganku ini tidak bisa terkontrol” Jeremy kemudian melepaskan leher Serena. Serena terlihat tersengal – sengal dan menghirup dengan rakus udara di sekitarnya. Tak lama kemudian, kelopak matanya tertutup dan tak sadarkan diri.
“TIGA HARI. Jika sampai pada saat itu kau belum memulihkan Perusahaanku. Aku akan langsung mengirim JANTUNGNYA padamu!” Layar kemudian menjadi hitam. Judar langsung berdiri dari tempatnya dan menoleh ke Deren dengan emosi.