BAB V:
RAMUAN KEHIDUPAN
…
Selain 100 buah jiwa Peri yang di dapatkan melalui perburuan panjang, terdapat bahan-bahan lain yang harus disiapkan untuk membuat Ramuan Kehidupan. Bahan-bahan pelengkap yang tak kalah penting tersebut adalah Arak Seratus Tahun, Ekstrak Shroom, juga Semanggi Berdaun Empat.
Di depan sebuah meja khusus yang terletak di salah satu sisi dapur, Orion membungkuk perlahan, memeriksa tujuh belas buah tembikar yang tersusun rapi di atasnya. Satu demi satu, menyingkap kain hitam yang diikat seutas tali rami sebagai penutup tembikar tersebut, dengan begitu Ia bisa melihat bagian dalamnya dengan seksama.
Masing-masing dari tujuh belas buah tembikar tersebut berisikan rendaman bunga edelweis yang tengah difermentasikan menggunakan sebuah mantra. Masih perlu waktu sekitar lima belas hari lagi untuk menggenapkan waktu fermentasinya, sehingga rendaman bunga edelweis itu dapat berubah menjadi Arak Seratus Tahun yang dibutuhkannya.
Persis bagaimana bahan pelengkap Ramuan Kehidupan itu telah dinamakan, diperlukan waktu seratus tahun untuk membuatnya. Meski begitu tak hanya berpatokan pada waktu, kenyataannya untuk membuat Arak Seratus Tahun tidaklah mudah.
Proses fermentasi yang tak terprediksi, seringkali menjadi salah satu faktor kegagalan utama dalam proses pembuatannya. Sebagai contoh, rendaman bunga edelweis yang telah melalui sembilan puluh sembilan hari fermentasi tanpa masalah, tiba-tiba sudah berubah basi pada hari berikutnya.
Sewajarnya, sepanjang proses pembuatannya Orion terus diliputi kekhawatiran. Kekhawatiran kalau-kalau tak satupun dari ke tujuh belas tembikar rendaman bunga edelweis yang tersisa – dari seratus buah tembikar yang semula dibuatnya sebagai antisipasi itu – dapat menjadi Arak Seratus Tahun sampai pada waktunya.
Meskipun bahan-bahan yang telah Ku persiapkan masih bisa disimpan sampai ribuan tahun lamanya, aku sudah tak ingin hidup bersama kutukan ini lebih lama lagi, hanya demi membuat ulang Arak Seratus Tahun ini.
Sambil menutupi mulut tembikar terakhir yang telah selesai diamati, Orion berharap dalam hati bahwa kekhawatirannya dapat ikut tertutup nanti. Namun, belum lama sejak Ia mengucapkan harapan itu dalam hati, kekhawatiran lain tampak tengah menunggunya di ujung pikiran. Melewati suasana vila yang terlampau sepi, tepatnya setelah gemerincing lonceng itu akhirnya tak terdengar lagi, tibalah Orion pada kekhawatiran tentang Peri buruannya itu.
Sudah tiga hari berlalu sejak hari perburuan itu, tapi kenapa perempuan Peri itu masih belum juga membuka mata?
Sementara berpindah dari dapur untuk menempati sebuah sofa di ruang tengah vila, Orion mulai menyadari satu hal lainnya.
Apakah itu mungkin terjadi karena aku menggunakan Serbuk Hitam terlalu banyak?
Selagi dua mata tajamnya memaku arah tangga yang menuju ke lantai bawah tanah, ingatan yang memutar ulang peristiwa perburuan petang hari itu lantas membuat Orion mengangguk perlahan selayaknya seseorang yang telah memperoleh kesimpulan.
Sepertinya memang begitu… Semacam penyesalan perlahan mulai terlihat memenuhi wajah kokohnya. Bukan karena Orion tidak pernah mengetahui hal itu, melainkan justru karena Ia sangat mengetahuinya.
Menggunakan Serbuk Hitam dalam jumlah berlebihan pada waktu perburuan, sama artinya dengan memberikan sebuah ancaman serius bagi Peri buruannya itu sendiri. Sementara itu, Peri yang hendak diambil jiwanya tidak boleh mati sebelum waktu Ritual Pemisah Jiwa selesai dilaksanakannya.
Meskipun begitu, pada dasarnya Orion tidak punya pilihan. Menggunakan Serbuk Hitam dalam jumlah yang lebih banyak, bukan dilakukannya untuk semata-mata menangkap target buruan, tapi juga untuk menyelamatkan nyawa seorang manusia yang tengah dijadikan umpan.
Lalu, bagaimana dengan perempuan itu?
Seorang perempuan berkaos pastel yang sempat membuat Orion merasa enggan untuk meninggalkannya sendirian, sementara kegelapan mulai datang.
Tiba-tiba saja aku jadi penasaran dengan keadaannya…
Seorang perempuan malang yang dijadikannya umpan bukannya tanpa alasan.