Last Fairy

gdnightiris
Chapter #6

Shroom

Malam bergerak renta. Kabut tipis yang menggantung di udara menjadi penghias suasana. Keheningan yang sama sekali tidak menyenangkan, sebaliknya terasa ganjil. Khas suasana hutan yang keberadaannya terlarang bagi manusia. Tempat Para Arwah terpenjara setelah terjerumus dosa. Tempat dimana Si Penyihir Keji juga menyembunyikan keberadaan vila tempat tinggalnya menggunakan mantra. 

Di balik barisan pohon besar, yang letaknya paling dekat dengan pagar vila tersebut, Si Rambut Merah tengah berada. Berdiri di bawah jubah hitam bertudung besar yang tengah menyembunyikan identitasnya. Pelan-pelan menengadahkan sebelah tangannya ke udara, serupa seseorang yang tengah meminta. 

Tak beberapa lama berselang, seekor Kunang-kunang datang setelah memisahkan diri dari kumpulannya. Terbang mendekati telapak tangan Si Rambut Merah, meski sempat terlihat ragu-ragu gelagatnya. 

Tepat setelah Kunang-kunang itu tiba di telapak tangannya, Si Rambut Merah melipat kelima jarinya. Membuat satu genggaman erat, seolah-olah menghancurkan Si Pemilik Cahaya Kehijauan itu memanglah rencananya.

Sepersekian detik, suasana berubah. Hutan yang semula gelap, kini menjadi semakin gelap. Dingin udara yang semula menggigit, kini makin menusuk tulang. Suara-suara misterius yang semula terdengar jauh dari telinga, kini mendekat hingga begitu jelasnya. Sekumpulan Kunang-kunang yang semula tengah melayang tenang di sekitarnya, ikut bergerak gelisah. Harap-harap cemas menunggu nasib kawan yang tengah terperangkap dalam genggaman tangan, bukannya Si Rambut Merah tidak mengetahuinya.

Satu per satu, Si Rambut Merah meluruskan kembali lipatan jarinya, Membuka genggaman tangannya dengan cara serupa seorang pesulap pesulap yang bersiap menunjukan tipu daya. Namun, bukannya karena kecemasan kumpulan Kunang-kunang di sekitarnya yang telah menjadi alasannya. Perempuan itu melakukannya karena memang sudah waktunya. 

Tepat setelah genggaman tangan Si Rambut Merah terbuka sepenuhnya, satu keajaiban kecil tercipta. Keajaiban yang lantas membuat sekumpulan Kunang-kunang yang semula gelisah itu, lantas terbang menjauhinya. Entah lega karena kawan mereka masih di sana. Entah terkejut karena kawan yang mereka khawatirkan tadi sudah sama sekali berbeda.

Tak lagi mengedipkan cahaya kehijauan yang menenangkan mata, warna cahaya yang dikedipkan Kunang-kunang itu merah warnanya. Persis sebuah cahaya yang tengah berkedip dari liontin kalung yang Si Rambut Merah kenakan di balik jubahnya. Tanda bahwa mantra pelindung yang tadi dirapalkan Si Rambut Merah itu telah melekat sebagaimana mestinya. 

Sementara Kunang-kunang Merah beranjak perlahan dari atas telapak tangannya, Si Rambut Merah berkata. “Kamu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan, kan?” 

Meski tak menanggapi perkataan Si Rambut Merah itu dengan kata. Kunang-kunang Merah menanggapinya dengan gerak segera. 

Menuju vila persembunyian Orion yang berada tepat di depan sana, Kunang-kunang merah terbang menembus barisan pagar bambu kuning dengan mudahnya. Seolah-olah mantra yang terikat pada pagar yang telah melemparkan Para Arwah ke pinggiran hutan itu sebelumnya, bukanlah sebuah masalah untuk dikhawatirkannya.

Setelah Kunang-kunang Merah tak lagi terlihat wujudnya, Si Rambut Merah mulai membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah semula, tempat langkahnya semula bermula. Menyusuri kembali jalanan yang sama sekali tak berbentuk jalan, setelah lebat pepohonan legam tumbuh tak beraturan. 

Namun, belum sampai setengah perjalanan, Si Rambut Merah kembali menghentikan langkahnya sebentar. Hendak memastikan sesuatu yang tanpa sengaja menarik perhatiannya, perempuan itu lantas mengedarkan pandangan. Menatap ke beberapa dahan milik pepohonan legam yang berada di sekitar. 

Tumbuh menjulur hingga nyaris bersentuhan, dahan pohon-pohon itu lantas membuat kesan bahwa sebenarnya mereka adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Meski begitu keberadaan pita-pita hitam yang terikat kuat pada dahan masing-masing pohon itu adalah hal yang paling mencuri perhatian Si Rambut Merah yang tengah memperhatikan. 

Menyerupai pita-pita hitam yang diikatkan pada tiap batang pohon bambu kuning yang menjadi pagar luar vila Orion, pita-pita hitam yang terikat pada dahan pohon-pohon itu memiliki sedikit perbedaan. Ketika pita-pita hitam yang mengikat batang pohon bambu kuning yang menjadi pagar luar vila Orion itu diikatkan sebagai perlindungan. Pita-pita hitam yang mengikat dahan pohon-pohon ini justru diikatkan sebagai penyesat jalan.

Jadi karena itu, tak satupun dari mereka yang datang ke tempat ini pernah berhasil menemukannya. 

Setelah merasa cukup memperhatikan, Si Rambut Merah kembali melanjutkan perjalanan. Selangkah demi selangkah… Melewati pohon-pohon pemilik dahan itu dengan tenang. Satu demi satu… Membuat pita-pita hitam yang tengah mengikatnya jatuh berguguran. Tergeletak di atas sulur-sulura akar yang mencuat keluar, sebelum akhirnya menguap menjadi kepulan asap hitam yang akhirnya menghilang.  

KREK… KRSKK. 

Masih ada beberapa jarak yang harus ditempuh perempuan berjubah hitam itu, untuk sampai di tempat Ia menyembunyikan Pintu Ajaibnya. Namun, langkahnya harus lagi-lagi terhenti. Kali ini sesosok makhluk menyeramkan yang keluar dari balik pohon besar di depannya, yang telah menjadi penyebabnya. 

“Hihi-hik...” Sambil menunjukkan seringai gigi-giginya yang runcing, makhluk itu mulai menyapa dengan lancang. 

"Siapa kau?"

Bahkan seperti tak peduli kalau Si Rambut Merah tak akan menanggapi, terus makhluk berkulit legam itu bertanya. 

“Apa yang kau lakukan disini?”

Meski tak lantas terus bergerak mendekat, setelah menyisakan sekitar lima langkah jarak dengan Si Rambut Merah, langkah makhluk berambut panjang itu terhenti. 

“Kau sudah pasti bukan bagian dari kami.”

Mengikuti apa yang sedang Si Rambut Merah lakukan, makhluk menyeramkan itu seperti hendak lebih dulu memastikan identitas perempuan yang tiba-tiba muncul di wilayahnya ini.

“Apakah kau Penyihir Keji lain yang hendak pindah ke sini?”

Sekali mendapatkan pemikiran, mata besar makhluk itu membulat. Menambahkan lebih banyak kesan menyeramkan.

“Atau, apakah kau sebenarnya adalah perempuan yang dibawa Orion kemarin?”

Terlihat seperti tidak memiliki hidung, lantaran ukuran matanya yang kenyataannya penciuman makhluk itu sangat lah tajam.

“Kalau dipikir-pikir, kau memang harum…”

Meskipun begitu, dari semua hal menyeramkan yang dapat dilihatnya dari makhluk itu, satu hal yang paling mengganggu Si Rambut Merah selama mengamatinya, justru adalah suaranya. 

“Menurutku, tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang berbau harum selain manusia.”

Suara mencicit yang bukannya tidak mungkin akan membuat siapapun yang mendengarnya menjadi gila.

Lihat selengkapnya