Last Fairy

gdnightiris
Chapter #7

Pohon Harapan

“Di satu bagian dalam Bukit Peri, terdapat sebuah hutan yang hanya ditumbuhi oleh satu jenis pohon tinggi. Letaknya tidak begitu jauh dari Telaga Peri. Tempat Para Pemburu biasanya menebar umpan. Penduduk sekitar terbiasa menyebut hutan itu dengan sebutan Hutan Harapan.” 


Suara itu terdengar lagi. Suara perempuan yang semula terdengar memanggil namanya, sementara sisa debu putih Shroom mempengaruhinya. Bergema di penjuru Hutan Harapan, yang untuk pertama kali kembali dijejaki kakinya setelah sekian lama. Melewati helaian pita putih yang terikat di batang-batang pohon pinus yang tengah dilewatinya. 


“Setinggi pohon-pohon yang tumbuh lurus menjulang, pita-pita harapan mulai diikatkan. Pita bewarna putih diikatkan oleh mereka Pembuat Harapan, diikatkan sebagai tanda keberadaan sebuah harapan. Pita bewarna kuning diikatkan oleh para Peri Pengantar Harapan, sebagai tanda bahwa harapan itu sedang dalam perjalanan untuk diwujudkan.” 


Orion tidak tahu pasti, kenapa Ia masih saja mendengar suara itu, meski sosok perempuan manusia itu telah menyadarkannya. 


“Tidak semua harapan yang diikatkan pada pohon tersebut akan dikabulkan, meskipun begitu, hampir sebagian besarnya memang sudah dikabulkan. Karena itu, apakah kamu tidak ingin mencobanya?”


Seolah-olah tidak lagi tertarik untuk mencari tahu penyebabnya, Orion memilih untuk terus mendengarnya. Nyatanya Ia sengaja memanfaatkan keadaan untuk melepaskan sedikit kerinduan yang menyakitkan.


“Entahlah. Kalau pun ingin, sepertinya aku tidak tahu harapan seperti apa yang seharusnya ku gantungkan pada pohon itu.”

“Bagaimana kalau aku memberikanmu sebuah ide?”

“...”

“Seperti, kamu harapan bisa hidup bebas dari Nenek Sihir itu, misalnya?”

“Haruskah aku membuat harapan seperti itu?”

Ng, tidak. Sebaiknya memang tidak perlu mengharapkan sesuatu yang bisa kamu wujudkan sendiri, tanpa perlu menunggu datangnya keajaiban.”

“Apa?”

“Terus terang, sebenarnya kamu memang memiliki cukup kemampuan untuk bisa bebas dari Nenek Sihir itu, kan.”

“Meskipun begitu, bagaimana dengan kutukannya?”

“Oh, benar! Bagaimana kalau kamu membuat harapan agar kutukan Nenek Sihir itu tidak bisa mengenaimu?”

“Lalu, seandainya harapan itu akan dikabulkan, adakah Peri Pengantar Harapan yang mau mengantarkannya kepadaku?”

“Ah, benar juga…”

“...”

“Kemungkinan, memang tidak ada. Bagaimanapun reputasimu sebagai pemburu yang telah memburu banyak Peri, memang akan membuat mereka memilih untuk menghindarimu.”

“...”

“Tapi bukankah masih ada aku? Sekalipun mengantarkan harapan memang bukan tugasku, aku masih bisa mengantarkan harapan itu langsung kepadamu. Maksudku, itu pun seandainya aku bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini.”


Lihat selengkapnya