Sore hari seusai sekolah, aku terkapar di toilet. Akibat dibenturkan ke dinding kepalaku terasa pecah. Rambut dan wajahku basah oleh air jamban yang kotor.
Aku pasrah dan tidak berdaya. Namun, mereka tidak juga menghentikan apa yang tengah mereka perbuat.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain menggigit tanganku sendiri. Aku tidak sudi mengeluarkan jeritan ketika perut dan tubuh kecilku yang ramping di tendang dan diinjak oleh kaki-kaki mereka yang dibungkus sepatuh lusuh yang kotor.
Sebelum pergi, mereka meludahi wajahku dan mengeluarkan kata-kata hina untuk menyakiti perasaanku. Inilah aku. Terkapar sendirian di dalam lantai toilet perempuan yang kotor.
Aku tahu seharusnya aku bangkit. Seharusnya aku merasa jijik pada tempatku berada saat ini. Bagaimana mungkin, aku membiarkan diriku terbaring di lantai kamar mandi yang kotor ini? Tapi, entah kenapa, aku merasa segan. Aku merasa lelah. Aku merasa, apa pun yang kulakukan aku akan kembali berada di sini. Karena di bawah sini adalah tempatku. Tempat yang sama seperti binatang-binatang penghuni toilet yang melintas di atas tubuhku.
Isi pikiranku itu lucu sekali ....
Mereka melintas di atas tubuhku.
Apa aku memang lebih rendah dari mereka?
Aku tidak tahu jawabannya.