Last Kiss from a Vampire

Roy Rolland
Chapter #7

07. Setelah Matahari Terbenam.

Hari itu sekolah sudah lama usai. Sinar mentari yang seharian bersinar sudah tergantikan dengan rembulan.

Tetapi, di tengah keremangan malam, aku masih melangkahkan kaki dan berjalan. Segan rasanya bagiku untuk pulang. Tidak mau rasanya hidungku mencium aroma yang sudah tiada. Tidak bisa kukendalikan mataku, karena melihat bayang-bayang kematian ayahku masih menghuni setiap sudut apartemenku. Maka, aku pun berjalan. Aku pun melangkah dan baru akan pulang hanya untuk terlelap dalam peraduan.

Aaahhh …,

Perutku lapar ….

Tapi aku tidak mampu membelinya.

Sehingga aku hanya melihat makanan dan bau lezat masakan dari seberang jalan. Sesekali aku berhenti melangkah, hanya untuk menghirup harumnya roti yang baru keluar dari panggangan. Hanya ini yang bisa kulakukan, karena aku tidak punya uang.

Aku lapar ….

Aku tidak mampu lagi berjalan. Aku menggigit bibir sambil bersandar di tiang lampu jalan.

Tapi kemana aku harus menghabiskan waktu?

Di mana aku bisa merasa aman?

Di manakah aku bisa mencari kehangatan kala aku tiada memiliki keluarga dan teman?

Tanpa bisa kutahan, aku mengeluarkan air mata. Aku pun mengeluarkan raungan dan jeritan yang tidak bisa kusembunyikan. Aku sudah tidak kuat dan aku sudah tidak mampu bertahan.

Putus asa aku terduduk di sepinya trotoar jalan. Tidak kuhiraukan genangan air mengotori pakaian. Aku ingin menyerah. Aku hanya ingin sekedar waktu untuk pasrah. Aku tidak bisa lagi berjalan.

Kemudian aku melihatnya…

Kala bulan tertutup oleh awan, aku melihatnya sosoknya berjalan keluar dari hotel yang ada di persimpangan. Ia seorang pria asing yang tampan. Kulit pucat dan rambut lurus tebal berwarna arang. Tubuhnya yang tinggi dan ramping terbalut pakaian berwarna gelap yang berkilat disinari lampu jalan.

Lihat selengkapnya