Last Kiss from a Vampire

Roy Rolland
Chapter #9

09. Bunga Rembulan.

Pria itu kembali duduk di sisiku dan menatap wajahku dengan penuh minat, sehingga membuatku jadi malu.

“Bunga ini akan mekar sepanjang malam di bawah naungan sinar rembulan.” Jawabnya setelah terdiam sekian lama. “Dan bunga ini akan kembali menutup kelopaknya saat kena paparan cahaya matahari di waktu fajar.”

“Lalu kenapa kau menyematkan bunga ini di telingaku?” Sekali lagi aku bertanya.

“Bunga ini melambangkan diriku.” Ujarnya dengan serius. “Aku menyelipkannya di telingamu sebagai tanda kalau aku akan selalu menjagamu dan akan selalu ada di sisimu. Janganlah kau bersedih lagi. Aku ingin kau tahu, bahwa sesungguhnya ada yang memperhatikan dan menyayangimu dirimu di kota yang busuk ini. Janganlah menangis. Aku ingin kau tersenyum. Aku ingin kau percaya kalau ada aku sebagai tempatmu mengadu. Bila kau kesepian aku akan berlari ke sisimu. Bila kau merasa kedinginan aku akan akan menghangatkanmu. Bila ada yang menghalangimu aku akan menghancurkannya untukmu. Hei kenapa kau tertawa.”

Aku berusaha menahan tawa agar bisa menjawab pertanyaannya.

“Bila ada yang menghalangiku, kau akan menghancurkannya?” Ujarku di sela gelak tawaku. “Bagaimana mungkin? Tubuhmu begitu ramping. Bagaimana kalau ada dinding batu di hadapanku, bisakah kau menghancurkannya dengan kedua belah tanganmu? Bagaimana kalau ada sebuah mobil meluncur ke arahku, apa bisa kau menghentikannya dengan tubuh kurusmu yang pucat itu? Kau tidak mungkin sekuat itu.”

“Jangan takut.” Jawabnya sambil tersenyum. “Aku lebih lebih kuat dari penampilanku. Aku akan melindungimu dari gelapnya malam dan segala kejahatan dan niat busuk yang bersembunyi di dalamnya. Kau tidak perlu takut lagi.”

"Kenapa kau sebaik itu padaku?"

"Aku sama sekali tidak baik." Tukasnya sambil mengangkat kepala. "Aku hanyalah bagai pemangsa yang sudah menandai buruannya."

"Kau aneh." Aku mengembuskan napas panjang. "Tidak ada untungnya berada di dekatku. Tidak ada yang bisa kau ambil dariku."

"Benarkah begitu." Pria itu membelai pipiku dengan jemarinya. Sesaat aku bergidik karena jemarinya terasa dingin. Dengan suara berbisik yang sangat lirih pria itu kembali berkata. "Kau belum tahu apa yang aku inginkan sesungguhnya."

Lihat selengkapnya