Malam bahkan belum menjelang pukul sepuluh malam, namun, jalanan kota ini sudah sangat sepi bagaikan kota mati. Tiada yang keluar rumah, karena memang tidak ada yang bisa di tuju. Kota ini sudah keropos. Tiada harapan dan tiada masa depan. Di sana-sini hanya ada sekumpulan msnudis berhati busuk berdiri di keremangan sudut jalan. Meminum alkohol dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Aku bergidik. Tatapan mereka terlihat bengis. Tanpa berkedip mereka menyusuri tubuhku dengan sorot matanya. Dari pengalamanku, saat ini telah timbul pikiran jahat di dalam diri mereka.
Sahabat baruku melihatku. Tubuhku yang gemetar pasti membuatnya cemas. Dengan tangannya ia membimbingku agar mendekat. Merapat ke arahnya. Ia tahu, aku tengah merasa tidak nyaman. Merasa ketakutan.
Sikapnya sangat baik. jauh lebih baik dari sikap orang pada diriku selama ini. Walau baru bertemu, sikapnya ini membuatku sayang pada dirinya.
Kemana sajakah kau selama ini?
Andaikan kau selalu menjadi bagian dalam hidupku. Andaikan kita tidak pernah terpisahkan sejak dulu. Maka aku akan merasa aman. Saat tangisan ini tidak bisa lagi kutahan lagi, aku memiliki tempat untuk pergi dan bersandar.
Aku ingin menjadi penting di matamu.
Aku akan melakukan apa saja agar kau tidak pernah menjauh dariku.
Aku tahu keinginanku ini sangat egois.