Last of The Wilds: Pembangkang Para Dewa

Mizan Publishing
Chapter #2

Bagian Satu (BAB 1)

Pria yang berdiri di dekat jendela itu terlihat sangat ketakutan. Ia mondar-mandir di dekat jendela, berusaha mengalahkan rasa takut akan ketinggian, lalu melangkah lebih dekat lagi untuk melihat pemandangan di bawah dari jendela Menara White.

Danjin melakukan hal ini setiap hari, dan Auraya tidak ingin melarangnya. Dibutuhkan keberanian besar untuk mengatasi rasa takut akan ketinggian. Auraya dapat membaca pikiran sehingga ia dapat merasakan kegelisahan Danjin. Hal itu menyebabkan Auraya sulit untuk berkonsentrasi terhadap apa pun yang sedang ia lakukan, seperti yang sedang ia lakukan saat ini, membaca surat yang panjang dan membosankan dari seorang pedagang yang meminta agar para White mengeluarkan peraturan sehingga pedagang itu menjadi satu-satunya orang yang dapat melakukan perdagangan dengan Siyee secara sah.

Danjin mengalihkan pandangannya dari jendela, dan mendapati Auraya sedang menatapnya. Danjin mengernyit.

"Jangan khawatir, tidak ada perkataanku yang tidak kau dengar," kata Auraya.

Danjin tersenyum lega. Kini, Auraya sudah sangat terbiasa untuk membaca pikiran. Begitu mudahnya mendeteksi pikiran orang sehingga Auraya harus berkonsentrasi untuk tidak mendengar pikiran-pikiran yang ada di sekitarnya. Bahkan, percakapan biasa kini terasa begitu lambat. Auraya tahu apa yang akan dikatakan seseorang sebelum ia mengucapkannya, dan Auraya terpaksa menahan diri untuk tidak menjawab sampai lawan bicaranya menyatakan maksudnya, mengingat kurang sopan untuk menjawab pertanyaan sebelum ditanyakan. Hal ini membuat Auraya merasa seperti seorang aktor, selalu mengetahui percakapan yang akan didengarnya.

Bersama Danjin, Auraya dapat bersikap apa adanya. Penasihatnya memahami bahwa membaca pikiran merupakan salah satu kelebihan Auraya sebagai seorang anggota White. Danjin tidak merasa tersinggung jika Auraya menanggapi apa yang ada dalam pikirannya, seolah Danjin telah mengatakannya. Auraya merasa senang dapat melakukan itu.

Danjin beranjak ke kursi, lalu duduk. Ia menatap surat yang sedang dibaca Auraya.

"Sudah selesai?" Tanya Danjin.

"Belum." Auraya melanjutkan membaca surat itu. Setelah selesai, Auraya menatap Danjin lagi. Danjin tampak sedang memikirkan sesuatu dan Auraya tersenyum ketika mengetahui apa yang sedang dipikirkan Danjin.

Sulit dipercaya, satu tahun telah berlalu, pikir Danjin. Satu tahun sejak aku menjadi Penasihat. Ketika menyadari bahwa Auraya sedang memperhatikannya, mata Danjin berbinar.

"Bagaimana kau akan merayakan satu tahun menjadi anggota White besok?" tanya Danjin.

"Aku kira, akan ada makan malam bersama," jawab Auraya. "Dan, kami juga akan berkumpul di Altar."

Danjin mengangkat alisnya. "Mungkin para Dewa akan memberikan ucapan selamat kepadamu."

Auraya mengangkat bahu. "Mungkin. Mungkin juga hanya anggota White yang akan hadir." Auraya menyandarkan bahunya ke kursi. "Mungkin Juran akan mengevaluasi peristiwa yang terjadi selama satu tahun."

"Kalau begitu, tentu banyak yang harus dievaluasi."

"Benar," jawab Auraya setuju. "Aku berharap agar tahun-tahun mendatang dalam kehidupanku sebagai anggota White tidak sepadat tahun ini. Pertama, mengupayakan persekutuan dengan Somrey, lalu tinggal di wilayah Si, kemudian bertempur dalam perang melawan Pentadrian. Aku tidak keberatan mengunjungi wilayah lain, atau berkunjung lagi ke Somrey dan Si, tetapi aku berharap tidak perlu berperang lagi."

Danjin mengangguk setuju. "Seandainya saja aku dapat mengatakan dengan pasti bahwa itu tidak akan terjadi lagi." Sayangnya aku tidak bisa, Danjin menyelesaikan kalimatnya dalam hati.

Auraya mengangguk. "Aku juga merasa begitu." Kita hanya dapat meyakini bahwa para dewa memiliki alasan yang kuat ketika memerintahkan kita untuk membiarkan para penyihir Pentadrian tetap hidup. Untuk saat ini, kekuatan Pentadrian lebih lemah dibandingkan Circlian, mengingat penyihir mereka yang paling sakti telah mati. Namun, cukup dengan mendapatkan penyihir sakti lain sebagai pengganti, kekuatan Pentadrian akan kembali menjadi ancaman bagi Ithania Utara.

Sebelumnya Auraya tidak mengkhawatirkan hal itu. Penyihir sakti seperti para pemimpin Pentadrian tidak mudah didapatkan—mungkin hanya terlahir satu penyihir sakti setiap seratus tahun. Kemunculan lima penyihir sakti pemimpin Pentadrian di Ithania Selatan dalam satu generasi memang sesuatu yang luar biasa. Namun, para White tidak dapat berharap bahwa dibutuhkan waktu seratus tahun sebelum Pentadrian menemukan penyihir sakti lain yang dapat menggantikan Kuar, pemimpin mereka.

Seharusnya kita membunuh keempat penyihir lain yang masih hidup, pikir Auraya. Tetapi, perang telah berakhir. Menghabisi mereka akan terlihat seperti pembantaian. Aku harus mengakui, aku ingin kami—para White—dikenal sebagai pemimpin yang penuh kasih sayang dan bukan pemimpin yang kejam. Mungkin para dewa juga bermaksud demikian.

Auraya menatap cincin di tangannya. Melalui cincin itu, para dewa meningkatkan kekuatan sihirnya dan menganugerahkan kemampuan sihir yang langka. Cincin itu berwarna putih dan berbentuk sederhana, tidak terlihat luar biasa. Dan, tangan Auraya tampak tidak berubah dibandingkan satu tahun yang lalu. Diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum tampak nyata bahwa Auraya tidak bertambah tua sejak mengenakan cincin itu.

Rekan-rekan anggota White yang lain telah hidup jauh lebih lama. Juran merupakan White pertama yang terpilih lebih dari seratus tahun yang lalu. Juran telah mengalami masa ketika semua orang yang ia kenal sebelum hari Pemilihannya sebagai anggota White menjadi tua dan mati. Auraya tidak dapat membayangkan seperti apa rasanya mengalami hal itu.

Dyara merupakan yang kedua terpilih, kemudian Mairae, dan Rian. Pemilihan mereka masing-masing berselang dua puluh lima tahun. Bahkan, Rian telah cukup lama menjadi manusia abadi sehingga orang yang mengenalnya sebelum hari Pemilihan pasti mengetahui bahwa Rian tidak bertambah tua sejak saat itu.

"Aku mendengar kabar bahwa Kaisar Sennon merobek perjanjian persekutuan dengan Pentadrian yang telah ia tanda tangani, beberapa jam setelah kekalahan mereka," kata Danjin. "Benarkah itu?"

Auraya memandang Danjin dan tertawa kecil. "Jadi, kabar itu telah menyebar. Kami belum yakin kabar itu benar. Setelah menandatangani perjanjian persekutuan, Kaisar Sennon memerintahkan seluruh pendeta Circlian meninggalkan Sennon, jadi tidak ada yang menyaksikan apakah Kaisar benar-benar merobek perjanjian itu."

"Tampaknya seorang Dreamweaver menyaksikan hal itu," kata Danjin. "Apa kau sudah berbicara dengan Penasihat Dreamweaver Raeli belakangan ini?"

"Sejak kita kembali, belum." Sejak perang itu, Auraya merasa seakan luka lama terbuka setiap kali seseorang menyebut tentang Dreamweaver. Memikirkan tentang Dreamweaver membuat Auraya teringat akan Leiard.

Auraya mengalihkan pandangan ketika gelombang kenangan membanjiri benaknya. Kenangan lama tentang pria berambut putih dengan jenggot di dagu yang tinggal di hutan dekat desanya—pria yang telah mengajarinya begitu banyak tentang pengobatan, sihir, dan tentang dunia. Juga, kenangan yang belum lama, tentang pria yang ia angkat sebagai penasihat dalam menangani permasalahan tentang Dreamweaver, menentang kecurigaan umum para Circlian terhadap pengikut kultus Dreamweaver. Auraya terkenang dengan saat-saat bersamanya: malam sebelum ia pergi menuju wilayah Si, saat mereka menjadi kekasih, saat mereka menautkan mimpi, pertemuan-pertemuan rahasia di tenda Leiard ketika mereka menempuh perjalanan menuju medan perang: perjalanan untuk berperang bagi Auraya, sekaligus perjalanan untuk mengobati korban perang bagi Leiard.

Akhirnya, kenangan tentang rumah bordil muncul. Auraya mendapati Leiard di sana, setelah Juran mengetahui hubungan mereka dan mengusir Leiard pergi. Auraya masih ingat pikiran Leiard yang ia baca saat itu, ketika ia terbang di atas tenda rumah bordil yang berkilau terkena cahaya keemasan mentari pagi.

Pikiran Leiard yang ia baca saat itu terngiang kembali di benaknya. Bukannya aku berpikir bahwa Auraya tidak menarik atau cerdas atau baik. Hanya saja, Auraya tidak sebanding dengan semua masalah yang harus dihadapi

Di satu sisi, Leiard memang benar. Hubungan mereka akan menimbulkan skandal dan perselisihan jika diketahui publik. Sangat egois jika mereka mengejar kesenangan mereka sendiri, sementara orang lain mungkin menanggung akibat buruk jika hubungan mereka diketahui.

Namun, mengetahui hal itu tidak mengurangi rasa terpukul melihat tidak ada rasa cinta atau penyesalan dalam pikiran Leiard saat itu. Perasaan cinta yang selama ini ada dalam diri Leiard—perasaan cinta yang telah Auraya perjuangkan—telah mati, dibunuh rasa takut. Aku harus berterima kasih pada Juran, kata Auraya dalam hati. Jika Leiard begitu mudah kehilangan rasa cintanya karena rasa takut, maka cepat atau lambat tentu sesuatu atau seseorang dapat dengan mudah membunuh rasa cinta itu. Siapa pun yang mencintai seorang anggota White harus lebih tangguh daripada itu. Aku tahu bahwa lain kali aku harus menghindari pria dengan kelemahan seperti itu, dan semakin cepat aku melupakan Leiard semakin cepat aku menemukan seorang ... seorang ....

Apa? Auraya menggelengkan kepalanya. Terlalu cepat untuk memikirkan kekasih baru. Jika ia jatuh cinta lagi, apakah itu akan mendorongnya melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab dan memalukan? Tidak, lebih baik ia memikirkan pekerjaan saja.

Danjin memperhatikan Auraya dengan sabar, dan dugaannya tentang pikiran Auraya memang tepat. Auraya menegakkan tubuhnya dan menatap Danjin.

"Apa kau sudah berbicara dengan Dreamweaver Raeli?" tanya Auraya.

Danjin mengangkat bahu. "Satu atau dua kali bertegur sapa, tetapi tidak membicarakan hal ini. Apa kau ingin aku menanyakan hal ini kepadanya?"

"Ya, tetapi jangan sebelum pertemuan di Altar besok. Kami pasti akan mendiskusikan tentang Sennon, dan anggota White yang lain mungkin telah mengetahui kejadian yang sebenarnya." Auraya memandang surat dari pedagang itu. "Aku akan menyarankan untuk mengirim beberapa pendeta ke wilayah Si."

Danjin tidak terkejut. "Untuk memperkuat pertahanan?"

"Benar. Para Siyee mengalami kerugian yang sangat besar selama perang. Dengan peralatan berburu mereka yang baru sekalipun, mereka tidak akan mampu melawan penyerang. Setidaknya kita harus memastikan bahwa para Siyee dapat segera menghubungi kita jika membutuhkan bantuan."

Memikirkan para Siyee menimbulkan rasa rindu dan pedih. Beberapa bulan yang dihabiskan Auraya di Si terasa begitu singkat. Auraya berharap ia memiliki alasan untuk berkunjung lagi. Dibandingkan gaya hidup para Siyee yang jujur dan sederhana, tuntutan dan keinginan rakyatnya tampak kejam dan egois.

Bagaimanapun, tempatnya adalah di sini. Para dewa telah menganugerahkan Auraya kemampuan terbang, sehingga ia dapat bepergian melewati pegunungan dan membujuk para Siyee untuk menjadi sekutu bagi White. Namun, itu bukan berarti Auraya boleh lebih menyukai rakyat suatu wilayah dibandingkan wilayah lain.

Bagaimanapun, aku juga tidak boleh meninggalkan para Siyee. Aku telah membawa mereka kepada peperangan dan kematian. Aku harus memastikan bahwa mereka tidak mengalami kehilangan lagi karena menjalin persekutuan dengan White.

"Sebagian besar wilayah Si nyaris tidak dapat dilalui landwalker," Danjin menegaskan. "Rintangan alam itu akan menghambat para penyerang dan memberi waktu bagi para Siyee untuk memanggil bantuan."

Lihat selengkapnya