15 menit kemudian, Aga memakirkan motornya di halaman rumah bercat hijau toska dengan desain bangunan yang terlihat minimalis, menambah keindahan rumah tersebut.
Laki-laki yang mengenakan kemeja flanel dengan inner warna putih dan loose denim pants dan tidak lupa di tambah dengan sneakers chunky yang nampak begitu cocok di gunakan oleh Raga Fatih Alaksa laki-laki berusia 20 tahun yang sangat menggemari dunia seni gambar nampak terlihat lelah. Setelah sampai di kamar kebanggaannya bernuansa putih dengan hiasan dinding yang ia lukis sendiri menambah nilai estetik tersendiri.
Laki-laki itu melepaskan kemejanya dengan menyisakan inner putih. Kemudian membaringkan diri di kasur bercorak arsenal itu.
Selain menggemari dunia seni, laki-laki itu juga menyukai dunia olahraga seperti sepak bola dan bulu tangkis. Dia pun kerap memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkah sekolah dan tidak hanya itu Aga juga pernah memenangkan perlombaan melukis Abstrak antar sekolah tingkat nasional.
"Aga," panggil seorang wanita paruh baya yang sudah sejak tadi berdiri di depan pintu kamar Aga. Rumi namanya wanita berusia 45 tahun dia adalah ibu dari Laki-laki yang sedang terbaring dikasur itu.
"Eh Bunda," sahut Aga.
"Bagaimana tadi ujiannya? Kamu engga ajak Atte ke sini dulu? Bundakan kangen sama dia," ucap Rumi seraya tersenyum.
Aga menundukkan kepalanya, entah apa yang akan dia jelaskan kepada Bundanya jika hari ini Atte menghilang entah kemana bahkan tidak ada kabar sama sekali dari gadis itu.
"Oh an-anu Bun tadi Atte bilang katanya dia mau langsung pulang karena tidak enak badan," ucap Aga berbohong.
"Oh begitu, baiklah. Besok kamu ajak dia ke sini ya!" pinta Rumi tersenyum.
Aga menatap Rumi dengan tatapan kosong, bahkan laki-laki itu sekarang tidak tahu keberadaan kekasihnya dimana yang dia pikirkan sekarang bagaiama menjelaskan perihal ini kepada Bundanya karena dia tahu kali ini Bundanya sangat menyayangi Atte dan berharap perempuan itu menjadi menantunya.
"Memangnya besok ada acara apa Bunda?" tanya Aga memastikan.
Rumi tersenyum hangat menatap menatap putranya itu, "Besok akan ada Eyang dan Opah kita ssekalian kita makan bersama ya."
Aga membulatkan maatanya terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Bundanya itu. Bukannya dia tidak senang namun situasi nya tidak memungkinkan untuk sekarang bahkan dirinya sendiri tidak mendapatkan kabar dari Atte.
"Ba-baik Bunda nanti aku coba ajak Atte ya," ucap Aga mengiyakan.
***
Bagaskara mulai meninggi dengan cahayanya yang hangat menambah kehangatan gadis yang tengah tertidur nyenyak dengan dibalut selimut fleece berwarna hijau toska.
Denting alarm menggema seisi kamar yang bernuansa biru langit dengan hiasan dinding yang indah.
"Atte sayang," panggil Tante Mayang dari arah luar.
Gadis itu mengegeliat mendengar suara Alarm ditambah dengan suara lembut dari tentenya membuat Atte terbangun.
"I-iya tente masuk aja! Pintunya tidak di kunci," sahut Atte yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.