Latte di Antara Kita

slya
Chapter #6

Masih ada Harapan

Rudi langsung duduk di kursi tempat dirinya tadi makan, seraya menaruh kotak dihadapannya. Kemudian ia perlahan mengeluarkan surat demi surat yang ada di kotak tersebut “Mungkin sudah saatnya kamu harus mengetahui ini Atte.”

“Mengetahui apa om?” tanya Atte semakin penasaran.

“Sebelum ayah kamu meninggal dia menitipkan amplop ini dan beberapa dokumen hak waris seluruh harta yang ayah kamu miliki,” ucap Rudi seraya menyodorkan amplop putih kepada Atte.

“Ate menatap sendu kearah pamanya matanya mengisyaratkan kebingungan yang nampak jelas. Pasalnya yang gadis inginkan sekarang bukanlah warisan melainkan cita-cita yang selama ini ia mimpikan harus kandas karena ketidak berpihakan pada dirinya. Kemudian, gadis itu membuka amplop putih yang berisikan dua lembas kertas.

Tidak terasa liquid bening mengalir dari mata indah milik gadis itu. Sungguh ia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini dari Ayahnya.

“Om ini serius?”

“Iya Sayang serius. Sebelum ayah kamu meninggal dia berpesan untuk mendaftarkan kamu ke Universitas yang selama ini kamu inginkan, kamu tahu semua ini Bagas lakukan hanya untuk membuat peri kecilnya bahagia,” ucap Rudi tersenyum seraya mengusap kepala keponakannya itu.

Berkuliah di Jurusan Kedokteran merupakan impian yang Atte inginkan selama ini dan akhrinya impian itu bukan lagi mimpi, sebentar lagi dirinya akan menjadi salah satu Mahasiswa di sana.

Semua ini berkat ayahnya dan juga pamanya yang mendaftarkan Atte kesalah satu Universitas yang ada di Jakarta lewat jalur prestasi.

“Terima kasih ayah telah mewujudkan mimpi aku. Aku akan gunakan kesempatan ini sebaik mungkin, aku tidak akan mengecewakan ayah, dan aku akan pastikan aku akan menjadi dokter terbaik untuk negeri ini,” ucap Atte seraya meneteskan liquid beningnya. Dengan sigap Mayang merangkul keponakannya penuh cinta.

“Ate ini surat kepelimikan caffe yang sudah diwariskan ayahmu atas nama kamu dan semua aset kepemilikan seperti sertifikat tanah dan sertifikat rumah semua sudah diwariskan kepada kamu,” jelas Rudi.

“Tapi om aku tidak bisa mengelola caffe sendirian,” tutur Atte.

“Untuk urusan caffe serahkan kepada om, om akan mengurusnya dengan baik. Kamu fokus saja belajar! tapi kamu juga sesekali harus pantau perkembangan caffe ya sekalian belajar berbisnis,” ucap Rudi tersenyum hangat.

“Baik om, terima kasih banyak.”

“Sama-sama sayang. Oh iya didalam kotak ini ada beberapa surat yang harus kamu baca,” ucap Rudi seraya menyerahkan kotaknya kepada Atte.

Gadis itu kemudian membuka satu-persatu surat. Dimulai dari surat dengan amplop berwarna pink bermotif bunga.

Hallo peri kecil ayah...

Apa kabar? semoga kamu baik-baik saja ya. Ayah rindu seklai dengan mu anak, sudah sekitar 4 tahun kita tidak bertemu, ayah harap kamu tidak membenci ayah. Jika ayah bisa meminta kepada Tuhan agar ayah bisa tetap bersama kamu maka akan ayah lakukan bagaimanapun caranya untuk selalu bisa dekat dengan kamu, tapi ayah tidak bisa melawan takdir ayah.

Ayah sayang Latte

Surat pertama sudah Atte baca. Ia teringat bagaimana 7 tahun yang lalu ayahnya pergi meninggalkan rumah karena bertengkar dengan Ibunya. Gadis itu masih tidak paham sebenarnya apa yang diperdebatkan oleh kedua orang tuanya itu.

Selanjutnya, gadis itu membuka surat dengan amplop berwarna pink dengan motif totol-totol.

Hallo peri kecil ayah...

Apa kabar sayang? Semoga kamu baik-baik saja. Bagaimana sekolah kamu? ayah dengar kamu sebentar lagi lulus ya? Dan ayah dengar juga kamu memenangkan lomba olimpiade sains nasional ya? selamat ya anak ayah memang pintar.

Lihat selengkapnya