Latte di Antara Kita

slya
Chapter #7

Pertemuan Kembali

"Pada akhirnya tuhan kembali mempertemukan kita yang belum menyelesaikan masalah" - Raga Fatih Alaksa

Bahkan aku tidak tahu apa rencana tuhan untukku dia mempertemukan aku dengan orang yang aku anggap tidak akan pernah bertemu lagi. Apakah ini merupakan takdir atau hanya sebuah kebetulan saja? Tuhan jika ini merupakan takdir tolong jangan buat dirinya menjauh lagi dan jika ini memang kebetulan tolong jangan buat aku berharap lagi padanya, karena aku tidak ingin sakit untuk kedua kalinya.

Setelah kegiatan mentoring yang membahas seputar lingkungan Universitas Irtanda, seluruh mahasiswa diberi waktu 20 menit untuk ISOMA (Istirahat Solat Makan). Raga yang baru saja selesai menunaikan ibadah solat Dzuhur kemudian laki-laki itu menghampiri Latte yang sedang makan yang ia bawa dari rumah.

"Boleh ikut gabung?" tanya Aga membuat Latte terkejut.

"Bo...Boleh."

"Perkanalkan nama aku Raga Fatih Alaksa kamu bisa panggil aku Aga," ucap Aga mengulurkan tangannya.

Atte masih tidak mengerti apa maksud Aga, kenapa dirinya memperkenalkan diri seolah tidak saling mengenal.

"Latte Macchiato," sahut Atte yang mengulurkan tangan juga.

"Nama kamu unik seperti nama kopi yang membuat ku candu" ucap Aga.

Jantung Aga berdetak dengan kencang sama seperti pertama kali iya bertemu dengan Atte. Saat itu Aga memberanikan diri untuk mendekati gadis yang menjadi perhatiaanya, gadis yang memiliki nama unik, gadis manis yang selalu memakai bando berwarna pink yang berhasil dia taklukan. 

Aga terpokus pada gelang di tangan Atte. Dia masih ingat akan gelang itu, Aga bukan sosok lah laki-laki yang dengan mudah melupakan semua kenangan begitu saja bahkan dia masih ingat setiap benda yang menjadikannya kenangan bersama Atte. Ya gelang itu pemberian Aga sebagai hadiah atas keberhasilan Atte meraih Lomba Olimpiade Sains Nasional. Tidak mudah bagi Aga mendapatkan gelang itu, pasalnya gelang itu dia dapatkan dari hasil permainan capit benda. Ketika mata nya tertuju pada sebuah kotak teransparan berisi gelang tali berwarna pink dengan pernik mutiara indah nan cantik. Butuh 20 kali percobaan yang Aga lakukan untuk mendapatkan gelang itu. 

"Galangnya masih kamu simpan?" ucap Aga spontan.

Mata Atte langsung tertuju pada gelang di lengan kanan nya. "Tidak mudah bagi aku untuk tidak memakai gelang ini." 

Aga sudah menduga Atte akan menjawab demikian. Mengapa tidak Aga masih yakin akan perasaan Atte saat ini masih sama seperti perasaannya kepada gadis itu, bahkan Aga tidak peduli akan kemana hubungan ini pasalnya hubungannya dengan Atte bukanlah hubungan yang dengan mudah meminta persetujuan kedua orang tua untuk merestui mereka, melainkan harus ada salah satu diantara mereka yang mengalah. 

"Kenapa kamu tidak mengambil Jurusan Kedokteran seperti yang dulu kita rencanakan?" tanya Atte spontan mengalihkan arah pembicaan mereka. 

"Aku tidak diterima," sahut Aga dengan wajah datar. 

Dringggg...Dringggg

Denting bel terdengar nyaring keras pertanda waktu isoma telah selesai. Seluruh mahasiswa bersiap mengikuti kegiatan selanjutnya. 

***

Satu pekan berlalu, akhirnya Latte bisa menghirup udara segar untuk pertama kalinya sebagai mahasiswa baru setalah satu pekan kemarin dirinya masih menggunakan baju putih abu dan kini Latte sedang berjalan menuju Fakultas Kedokteran yang letaknya berada di dekat Gedung Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. 

Suasana di kampus sudah terlihat ramai, banyak orang berlalu lalang keluar masuk fakultas. Kampus dengan Luas kurang lebih 322 hektare dilengkapi dengan tanaman hijau nan sejuk membuat suasana di dalam kampus masih terasa sejuk ditambah tidak ada satu sampah pun berserakan di tanah kampus ini. Pantas saja kampus ini termasuk kampus adiwiyata. 

Setelah berjalan sekitar 7 menit Latte memasuki ruang kelas V.2 gadis itu memilih duduk di barisan depan sebelah kanan dekat jendela. 

Lihat selengkapnya