Lokasi rumah sakit tempat Atte menjalani praktik begitu jauh dari rumah Tante Mayang dan Om Rudi, serta dari kampusnya. Ini membuat Atte harus tinggal jauh dari keluarga. Namun, keberuntungan sedang berpihak padanya. Di dalam kelompok mereka, ada salah satu mahasiswa bernama Gia yang orang tuanya memiliki sebuah rumah di dekat rumah sakit. Rumah itu tidak terpakai dan berada dalam lingkungan perumahan yang nyaman.
Dengan kebaikan hati keluarga Gia, mereka menawarkan rumah tersebut untuk ditinggali oleh kelompok mahasiswa yang terdiri dari dua puluh orang, yang terdiri dari 10 mahasiswa perempuan dan 10 mahasiswa laki-laki. Ini berarti Atte tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk menyewa kosan, sebuah keberuntungan besar mengingat biaya sewa di daerah tersebut cukup tinggi.
Rumah itu terletak hanya beberapa blok dari rumah sakit, memudahkan akses bagi mereka setiap hari. Meskipun bukan rumah yang besar, rumah tersebut memiliki cukup ruang untuk menampung semua mahasiswa dengan nyaman. Ada lima kamar tidur yang bisa mereka bagi dua-, sebuah ruang tamu yang luas, dan dapur yang lengkap dengan peralatan dasar.
Waktu istirahat telah berakhir, dan kini seluruh mahasiswa praktikum kembali ke ruang briefing untuk mendapatkan tugas berikutnya. Atte dan rekan-rekannya duduk dengan penuh perhatian, menunggu arahan dari dokter pembimbing mereka.
"Selamat siang, semuanya," sapa dokter pembimbing dengan suara tegas. "Hari ini, kita akan melanjutkan dengan tugas praktikum yang lebih mendalam. Setiap kelompok akan ditempatkan di departemen yang berbeda untuk menangani berbagai kasus medis."
Atte mendengarkan dengan saksama ketika namanya dipanggil bersama beberapa teman satu kelompok. "Atte, kamu akan ditempatkan di Departemen Kardiologi. Fokus kalian hari ini adalah memantau pasien dengan penyakit jantung, melakukan pemeriksaan rutin, dan membantu dalam prosedur kateterisasi jantung."
Atte merasa antusias dan sedikit gugup mendengar tugasnya. Dia tahu bahwa kardiologi adalah salah satu bidang yang kompleks dan memerlukan perhatian khusus. Bersama dengan kelompoknya, Atte segera menuju Departemen Kardiologi.
Sesampainya di sana, mereka disambut oleh seorang dokter kardiolog senior yang memberikan briefing singkat. "Selamat datang di Departemen Kardiologi. Hari ini, kalian akan belajar tentang manajemen pasien dengan penyakit jantung. Kami akan mulai dengan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram), kemudian dilanjutkan dengan echocardiogram, dan jika ada prosedur kateterisasi jantung, kalian akan diberi kesempatan untuk mengamati."
Atte dan kelompoknya dibagi menjadi dua tim kecil. Atte dan dua rekannya bertugas melakukan pemeriksaan EKG pada beberapa pasien. Dokter kardiolog menunjukkan cara memasang elektroda dengan benar, membaca hasil EKG, dan mengidentifikasi berbagai jenis aritmia serta anomali jantung lainnya.
"Pastikan elektroda terpasang dengan baik, dan perhatikan pola gelombang pada monitor," kata dokter sambil memberikan instruksi.
Atte dengan hati-hati mengikuti langkah-langkah tersebut, merasa lebih percaya diri dengan setiap pemeriksaan yang dilakukan. Mereka juga diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang hasil EKG dan menanyakan pertanyaan kepada dokter.
Setelah selesai dengan EKG, Atte berpindah ke ruang echocardiogram. Di sana, mereka membantu dokter dan teknisi dalam mempersiapkan pasien dan menjalankan alat echocardiogram. Atte terkesima melihat gambar jantung yang bergerak di layar, memperlihatkan fungsi katup jantung dan aliran darah.
"Hasil ini sangat penting untuk mendiagnosis kondisi seperti stenosis katup atau kardiomiopati," jelas dokter sambil menunjukkan gambar pada monitor.
Menjelang sore, mereka mendapat kesempatan untuk mengamati prosedur kateterisasi jantung. Atte merasa sedikit gugup tetapi juga bersemangat. Di ruang kateterisasi, mereka melihat dokter memasukkan kateter melalui pembuluh darah pasien untuk mencapai jantung. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat arteri jantung secara langsung dan menentukan apakah ada penyumbatan atau masalah lainnya.
"Perhatikan bagaimana kateter dimasukkan dengan hati-hati dan bagaimana kontras disuntikkan untuk memvisualisasikan arteri," dokter menjelaskan sambil menunjukkan prosesnya.
Atte merasa kagum dengan ketelitian dan keahlian yang diperlukan untuk melakukan prosedur ini. Dia mencatat setiap detail dalam buku catatannya, berharap suatu hari nanti bisa memiliki keterampilan yang sama.
Setelah tugas-tugas di Departemen Kardiologi selesai, Atte dan kelompoknya kembali ke ruang briefing untuk melaporkan hasil dan pengalaman mereka. Dokter pembimbing mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan masukan, dan menjawab pertanyaan yang mungkin mereka miliki.
Hari itu penuh dengan pembelajaran dan tantangan, tetapi Atte merasa semakin yakin dengan pilihannya untuk menjadi dokter. Praktikum ini memberinya kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang berbagai kondisi medis dan cara menanganinya dengan tepat. Dengan semangat yang tinggi dan dukungan dari teman-teman serta mentor-mentornya, Atte siap untuk melanjutkan perjalanan medisnya dengan dedikasi dan komitmen yang tak tergoyahkan.
Malam ini, suasana di rumah sakit penuh dengan kesibukan. Beberapa mahasiswa kedokteran dari universitas setempat diberikan tugas untuk merawat pasien sebagai bagian dari pelatihan mereka. Di antara mereka, Atte, Hanna, Chiko, dan Alena ditugaskan di departemen jantung, tempat yang sangat vital dan penuh tanggung jawab.
Atte, dengan semangat dan dedikasinya, mengarahkan teman-temannya. Mereka menyusun rencana dan membagi tugas untuk memastikan setiap pasien mendapatkan perhatian yang layak. Hanna, dengan ketelitian dan kepeduliannya, memeriksa catatan medis pasien, memastikan bahwa setiap detail kecil diperhatikan. Chiko, yang terkenal dengan sikap ramah dan tenang, berinteraksi dengan pasien, memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan. Alena, dengan kecerdasannya, membantu dalam memonitor alat-alat medis dan memastikan semuanya berfungsi dengan baik.