Di ambang fajar yang masih malu-malu menampakkan sinarnya, Atte duduk terpekur di ruang tunggu kamar Bunda Rumi. Pikirannya melayang pada malam sebelumnya ketika Alden, sahabat sekaligus rekan sejawatnya, setia menemani. Namun, pagi ini Alden harus kembali ke Departemen Penyakit Dalam, meninggalkan Atte dengan tanggung jawabnya yang tak ringan.
Dengan gerakan yang tenang namun penuh tekad, Atte beranjak dari tempat duduknya. Ia melangkah menuju lemari kecil di sudut ruangan, mengambil sabun cuci muka dan perlengkapan kebersihan lainnya. Udara pagi yang sejuk menyusup melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma segar dan membangkitkan semangat baru di hati Atte.
Setelah membersihkan diri, Atte kembali ke ruang tunggu, siap untuk menjalankan tugas mulianya. Ia tahu bahwa menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien adalah panggilan hatinya, sebuah misi yang ia emban dengan sepenuh jiwa. Matahari mulai meninggi, mengusir sisa-sisa kegelapan malam, sementara Atte mengukir harapan baru di setiap langkahnya, berjanji untuk selalu ada bagi mereka yang membutuhkan.
Di sudut ruang istirahat rumah sakit, suara Chiko yang terdengar parau karena sedang mengunyah makanan memecah keheningan pagi. "Gimana keadaan pasien Bu Rumi, Te?" tanyanya dengan mulut masih penuh.
"Kondisinya mulai stabil," jawab Atte sambil menerima kotak makan dari Alena. "Terima kasih, Alena. Ini pasti bisa menambah energi."
Setelah menutup kotak makanannya, Hanna masuk dengan wajah serius. "Setelah selesai makan, kita diminta berkumpul di ruang dokter oleh Dr. Jagat," katanya, memberitahu dengan nada tegas.
Sambil mendengarkan informasi tersebut, Atte merapikan rambutnya dengan cepat. Ia mengikat rambutnya ke belakang dan mengenakan perlengkapan perawatnya dengan cekatan. Pikiran Atte melayang pada laki-laki misterius yang kemarin sempat ia curigai adalah Agga, tetapi karena pertemuan mendadak ini, ia tak punya waktu untuk menyelidiki lebih lanjut.
Dengan perasaan campur aduk, Atte bergabung dengan rekan-rekannya. Ia tahu bahwa pertemuan dengan Dr. Jagat penting, namun bayangan laki-laki misterius itu terus menghantui benaknya. Sambil melangkah ke ruang kardiovaskular, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mencari tahu lebih banyak tentang sosok yang mencurigakan itu di waktu senggangnya.
Di Departemen Kardiovaskular yang megah ini, bangunan terdiri dari tiga lantai yang masing-masing dilengkapi dengan 15 ruang rawat inap untuk pasien. Selain itu, terdapat berbagai ruang lain yang mendukung pelayanan medis dan administratif, seperti ruang staf, ICCU (Intensive Cardiac Care Unit), ruang Gawat Darurat (ER), Cath Lab (Laboratorium Kateterisasi), Echo Room (Ruang Ekokardiografi), Stress Test Room (Ruang Uji Stress), Holter Monitoring Room (Ruang Pemantauan Holter), Cardiac Rehabilitation (Rehabilitasi Jantung), Electrohysiology Room (Ruang Elektrofisiologi), apotek, stasiun perawat, kantor dokter, ruang konsultasi, ruang tunggu keluarga, kantor administrasi, ruang pendidikan pasien, dan banyak lagi.
Atte dan ketiga rekannya, Hanna, Chiko, dan Alena, telah tiba di ruang dokter. Mereka duduk bersama di kursi tunggu, menanti kedatangan Dr. Jagat, dokter spesialis yang bertanggung jawab di ruangan ini. Udara di ruangan terasa sejuk dan tenang, meskipun ketegangan dan kekhawatiran terasa menggelayut di udara. Mereka telah siap untuk mendengarkan arahan dari Dr. Jagat mengenai tugas dan perawatan pasien di departemen ini.
Dalam keheningan yang sarat harap, mereka menunggu, siap untuk memulai hari mereka yang penuh tantangan di Departemen Kardiovaskular yang begitu sibuk dan penting ini.
Setelah lima menit menunggu, akhirnya Dr. Jagat datang. Chiko, Atte, Hanna, dan Alena berdiri menyambut kedatangan beliau.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Dr. Jagat dengan senyum hangat.
"Sehat, Dokter," jawab keempat mahasiswa tersebut serempak.
"Baik, langsung saja ke intinya. Saya memanggil kalian ke sini karena ingin melihat hasil laporan praktikum yang sudah kalian lakukan kemarin. Ilmu apa yang kalian pelajari selama menjadi dokter praktik di Departemen Kardiovaskular, dan tolong jelaskan apa yang harus kalian tingkatkan," lanjut Dr. Jagat.
Keempat mahasiswa itu saling bertukar pandang, memastikan mereka memahami pernyataan Dr. Jagat. Chiko mengacungkan tangan, siap untuk berbicara.
"Saya akan mulai, Dok," katanya. "Selama di Departemen Kardiovaskular, kami belajar tentang berbagai penyakit jantung dan cara penanganannya. Kami juga mempelajari pentingnya komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga mereka, serta kolaborasi antar tim medis untuk memberikan perawatan yang optimal."
Setelah Chiko selesai, Atte menambahkan, "Kami juga memahami pentingnya manajemen waktu dan prioritas dalam menangani pasien-pasien yang memiliki kondisi kritis. Selain itu, kami belajar tentang teknologi terbaru yang digunakan dalam diagnostik dan pengobatan penyakit kardiovaskular."
Hanna kemudian berbicara, "Saya merasa kami perlu meningkatkan kemampuan kami dalam membaca dan menganalisis hasil diagnostik dengan lebih cepat dan akurat. Ini sangat penting agar kami dapat membuat keputusan klinis yang tepat dalam waktu singkat."
Alena menutup diskusi, "Dan terakhir, kami juga menyadari pentingnya terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kardiovaskular, agar kami dapat memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien-pasien kami."
Dr. Jagat mengangguk puas dengan jawaban mahasiswa bimbingannya. "Bagus, kalian sudah belajar banyak hal penting. Terus tingkatkan kemampuan kalian, dan jangan berhenti belajar," katanya.
Selanjutnya, Dr. Jagat memberitahu tugas yang harus mereka kerjakan. "Sekarang, saya akan membawa kalian ke ruangan echo room. Di sana, kalian akan belajar bagaimana cara penggunaan alat-alat echo dan memahami medianya."
Para mahasiswa mengikuti Dr. Jagat menuju echo room. Setibanya di sana, mereka melihat berbagai peralatan canggih yang digunakan dalam pemeriksaan echocardiography. Dr. Jagat mulai menjelaskan.
"Ini adalah mesin echocardiography. Dengan alat ini, kita bisa melihat gambar jantung secara real-time, yang sangat membantu dalam mendiagnosis berbagai kondisi kardiovaskular," katanya sambil menunjukkan alat tersebut.
Dr. Jagat kemudian mempraktikkan cara penggunaan alat-alat echo. "Pertama, kita harus memastikan pasien dalam posisi yang benar. Setelah itu, kita aplikasikan gel khusus pada area yang akan diperiksa untuk membantu konduksi gelombang suara."
Dia melanjutkan dengan menunjukkan cara memegang transduser dan mengarahkan mahasiswa untuk mencoba sendiri. "Lihat, gambar jantung pasien mulai muncul di layar. Kita bisa melihat struktur dan fungsi jantung dengan jelas."
Setelah semua mahasiswa mencoba menggunakan alat tersebut, Dr. Jagat menambahkan, "Penting untuk memahami media yang digunakan dalam echocardiography. Gelombang suara yang dipancarkan dan diterima oleh transduser membantu kita mendapatkan gambar yang akurat. Jadi, pastikan kalian memahami prinsip dasar ini."
Mahasiswa-mahasiswa tersebut mencatat dengan saksama setiap penjelasan dan demonstrasi yang diberikan oleh Dr. Jagat. Mereka merasa semakin yakin dan siap untuk menggunakan alat-alat echo dalam praktik mereka di masa depan.