Latte di Antara Kita

slya
Chapter #27

Sampai berjumpa kembali

Setelah selesai makan, suasana di ruang makan mulai tenang. Faza dan Atte bergotong royong membereskan sisa makanan dan mencuci beberapa piring yang telah digunakan. Sambil membersihkan, mereka sesekali bercakap-cakap dan tertawa, menikmati momen kebersamaan di dapur.

Sementara itu, Tante Mayang berusaha menidurkan Zeana yang sudah mengantuk. Dengan lembut, ia membacakan cerita dan menyanyikan lagu pengantar tidur, mencoba menenangkan anaknya agar cepat tertidur. Kegiatan itu dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Di teras depan, Alden duduk santai sambil mengobrol dengan Om Rudi. Mereka berbincang ringan, membahas berbagai hal sambil menikmati udara malam yang sejuk. Suara tawa dan percakapan mereka mengisi keheningan malam, menambah kehangatan suasana setelah hari yang panjang dan penuh kegiatan.

Setelah selesai membereskan semua peralatan dan hidangan, Faza dan Atte memutuskan untuk keluar ke teras depan, ingin menghirup udara segar setelah seharian penuh aktivitas di dapur. Suasana malam yang tenang dan sejuk terasa menyegarkan, memberikan mereka kesempatan untuk bersantai dan melepas lelah.

Om Rudi, yang sudah merasa mengantuk, pamit untuk tidur. Dengan sapaan selamat malam dan ucapan terima kasih, ia menghilang menuju kamarnya, meninggalkan Faza, Alden, dan Atte di teras. Kini, hanya mereka bertiga yang tersisa.

Di teras yang nyaman, mereka duduk sambil bercengkerama, membahas berbagai rencana dan impian mereka untuk masa depan. Percakapan mereka penuh semangat, mulai dari aspirasi karir hingga rencana liburan bersama. Tawa dan obrolan hangat mereka mengisi malam dengan rasa kebersamaan yang mendalam, mempererat persahabatan mereka yang sudah lama terjalin.

“Guys, setelah wisuda kalian mau kemana?” tanya Alden dengan rasa ingin tahu.

Faza tersenyum dan mulai menjelaskan rencananya, “Aku akan melanjutkan koas di rumah sakit yang bermitra dengan Departemen Kedokteran Universitas Irtanda. Ini langkah awal untuk memperdalam pengalaman klinisku.”

Atte mengangguk setuju dan menambahkan, “Aku juga akan melanjutkan koas di rumah sakit yang sama. Setelah itu, aku berencana untuk mengambil program keahlian dokter spesialis bedah. Ini adalah langkah besar yang kuambil untuk mewujudkan impianku sebagai seorang spesialis.”

Percakapan mereka mengalir dengan semangat dan harapan, membahas langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk masa depan. Mereka saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai dan penuh dengan tantangan serta peluang yang menanti.

“Kalau kamu, Alden, bagaimana?” tanya Atte dengan penasaran.

Lihat selengkapnya