Latte di Antara Kita

slya
Chapter #28

Lembaran Baru

Tiga tahun kemudian, Atte kini telah menjadi dokter spesialis bedah yang diakui. Perjalanan panjang dan penuh dedikasi telah membawanya ke titik ini. Di balik senyumnya yang tenang dan sikapnya yang penuh ketegasan, ada kisah tentang pencarian jati diri dan keputusan sulit yang harus diambil.

Pada awalnya, Atte berencana menjadi dokter spesialis jantung, mengikuti jejak impian yang ia bangun bersama Aga, sosok yang pernah sangat berarti dalam hidupnya. Namun, semakin ia mencoba mendekati impian itu, semakin sulit baginya untuk melupakan kenangan tentang Aga. Setiap detak jantung yang ia pelajari, setiap irama yang ia dengarkan, seolah memutar ulang ingatan tentang hari-hari bahagia yang pernah mereka bagi. Atte menyadari bahwa jika ia terus mengejar spesialisasi itu, hatinya mungkin akan terjebak dalam bayang-bayang masa lalu yang tidak akan pernah bisa ia raih kembali.

Setelah banyak pertimbangan, Atte memutuskan untuk mengeksplorasi bidang lain dalam dunia kedokteran. Pilihannya jatuh pada ilmu bedah, bidang yang menawarkan tantangan baru dan kesempatan untuk menemukan arti yang berbeda dalam profesinya. Ketertarikannya pada bedah muncul dari dorongan untuk memahami lebih dalam mengenai struktur tubuh manusia dan kemampuan memberikan solusi langsung melalui tindakan operasi. Dalam ruang operasi, ia merasa ada kekuatan yang luar biasa – kesempatan untuk menyentuh dan merubah hidup orang lain dengan keterampilan dan ketelitian.

Selain itu, Atte merasa bahwa di dunia bedah, ia bisa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses penyembuhan pasien. Ia merasakan kepuasan yang berbeda ketika melihat pasiennya perlahan pulih setelah intervensi yang ia lakukan, sebuah rasa pencapaian yang tidak hanya bersifat profesional, tetapi juga pribadi. Di atas meja operasi, Atte menemukan panggilan barunya – bukan untuk mengejar bayangan masa lalu, tetapi untuk menciptakan harapan baru bagi mereka yang membutuhkan.

Dengan setiap langkah yang diambilnya di ruang operasi, Atte merasa semakin mantap dalam pilihannya. Kini, dia menjalani hari-harinya dengan keyakinan bahwa keputusan untuk menjadi seorang dokter bedah adalah jalan terbaik yang pernah ia ambil – jalan yang membawanya keluar dari bayang-bayang masa lalu, menuju cahaya yang terang di masa depan.

Kini, Atte bekerja di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta sebagai dokter bedah, dr. Atte Macchiato, S.Ked., S.PB. Di usianya yang masih muda, Atte telah menjadi salah satu dokter bedah paling diperhitungkan di rumah sakit tersebut. Dedikasi, kecerdasan, dan rasa ingin tahunya yang tinggi menjadikannya sosok yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk setiap pasiennya.

Sebagai salah satu dokter termuda di rumah sakit itu, Atte dikenal karena pemahaman dan pengetahuannya yang modern dalam bidang bedah. Dia selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam teknik operasi dan teknologi medis. Di saat dokter lain mungkin masih mengandalkan metode konvensional, Atte justru berani mengusulkan pendekatan-pendekatan baru yang lebih efektif dan efisien, yang sering kali membawa hasil yang mengesankan.

Kehadiran Atte di rumah sakit tersebut membawa semangat baru, bukan hanya bagi rekan-rekannya, tetapi juga bagi para pasien yang selalu merasa percaya diri dan optimis berada di bawah perawatannya. Dengan sikap rendah hati dan empatinya yang tulus, ia tak hanya diakui karena keterampilannya, tetapi juga karena ketulusan dalam melayani. Baginya, menjadi dokter bedah bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa yang menggabungkan ilmu, seni, dan kemanusiaan.

Di setiap operasi, Atte selalu menampilkan ketenangan dan keyakinan, mengatasi setiap tantangan dengan keahlian yang ia bangun dengan kerja keras selama bertahun-tahun. Kini, sebagai seorang dokter bedah muda yang cemerlang, Atte terus berdedikasi untuk menjadi yang terbaik, membawa perubahan positif di dunia kedokteran, serta memberikan harapan baru bagi setiap pasien yang ia tangani.

Hal yang membuat Atte benar-benar bahagia adalah kenyataan bahwa ia bekerja di rumah sakit yang sama dengan sahabat terbaiknya, Fazarika Dwita. Keduanya telah melalui begitu banyak hal bersama sejak hari-hari awal kuliah kedokteran, dan kini takdir membawa mereka untuk tetap berjalan di jalan yang sama, meski dalam spesialisasi yang berbeda. Faza, begitu Atte memanggilnya, memilih untuk menjadi dokter spesialis kulit. Dengan kepribadiannya yang ceria dan ramah, Faza menjadi salah satu dokter kulit paling disukai oleh para pasien, terutama karena kemampuannya membuat setiap pasien merasa nyaman dan diperhatikan.

Bekerja di rumah sakit yang sama dengan Faza memberi Atte rasa nyaman dan dukungan yang tak tergantikan. Meski keduanya menjalani jadwal yang padat dan berbeda, ada saat-saat istimewa di mana mereka bisa meluangkan waktu bersama — entah itu sekadar bertukar cerita di ruang istirahat dokter, berbagi makanan di kantin, atau saling mendengarkan keluh kesah setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan.

Persahabatan mereka menjadi semacam oasis di tengah padatnya tuntutan pekerjaan. Faza selalu tahu cara membuat Atte tersenyum, bahkan di hari-hari tersulitnya. Begitu pula sebaliknya, Atte selalu ada untuk mendengarkan Faza, memberikan semangat, dan berbagi tawa. Mereka saling mengingatkan untuk tetap rendah hati dan terus belajar, meskipun telah mencapai banyak hal dalam karier mereka masing-masing.

Bagi Atte, bekerja di rumah sakit bersama Faza adalah hadiah yang tak ternilai. Di balik kesibukan dan tantangan yang ada, Atte merasa beruntung karena memiliki sahabat yang selalu ada di sisinya. Persahabatan mereka adalah pilar kekuatan, dukungan, dan kebahagiaan, sesuatu yang membuat setiap harinya di rumah sakit menjadi lebih bermakna. Bersama-sama, mereka menjalani profesi ini bukan hanya sebagai dokter, tetapi juga sebagai dua sahabat yang terus mendukung dan saling menginspirasi untuk menjadi lebih baik setiap harinya.

Hari ini, jadwal Atte begitu padat. Seperti hari-hari sebelumnya, hampir seluruh waktunya dihabiskan di rumah sakit. Mulai dari pagi hingga larut malam, Atte tenggelam dalam berbagai aktivitas yang tak ada habisnya. Sebagai seorang dokter bedah, Atte harus memulai harinya dengan melakukan visite pagi, mengecek kondisi pasien pasca operasi, berdiskusi dengan tim medis tentang perkembangan setiap pasien, hingga merencanakan tindakan lanjutan. Setelah itu, ia melanjutkan dengan serangkaian operasi yang telah terjadwal; mulai dari operasi darurat hingga tindakan bedah elektif yang memerlukan ketelitian dan ketepatan waktu.

Lihat selengkapnya