Latte di Antara Kita

slya
Chapter #32

Waktu bersama Zeana

Hari ini adalah hari libur, dan Atte sudah bertekad memanfaatkannya untuk hal-hal positif. Setelah sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit, hari ini adalah kesempatan langka baginya untuk benar-benar bersantai. Atte sudah berjanji kepada Zeana, keponakannya, untuk mengajaknya pergi ke pusat perbelanjaan dan membeli semua yang selama ini diimpikan oleh gadis kecil itu. Janji yang sudah lama ia buat sebagai hadiah ulang tahun untuk Zeana, akhirnya bisa ia tepati hari ini.

Zeana, yang sangat antusias sejak pagi, sudah menunggu di depan kamar Atte dengan pakaian terbaiknya. "Ayo, onty! Kita sudah ditunggu mainan-mainan di toko!" seru Zeana dengan wajah ceria. Atte hanya tersenyum melihat semangat keponakannya yang penuh kebahagiaan. Baginya, ini bukan sekadar momen untuk belanja, tetapi kesempatan untuk lebih dekat dengan Zeana, dan meluangkan waktu yang berarti bersama keluarga.

Sebelum pergi ke pusat pembelajaran, Atte merasa perlu meminta izin kepada Tante Mayang, bagaimanapun Zeana adalah putri dari Tante Mayang, dan Atte selalu memastikan untuk menghormati keputusannya. Atte berjalan menuju ruang keluarga, di mana Tante Mayang sedang duduk sambil menikmati teh paginya.

“Tante, aku mau ajak Zeana Serenade Point hari ini. Kami mau beli hadiah ulang tahunnya yang kemarin, dan mungkin akan jalan-jalan sebentar. Apa Tante izinkan?” tanya Atte dengan nada lembut, penuh hormat.

Tante Mayang menoleh, tersenyum kecil, dan menatap Atte dengan penuh kasih. “Tentu saja, Te. Tapi jaga Zeana baik-baik ya, jangan terlalu lama di luar, nanti dia kecapekan,” ujar Tante Mayang sambil mengelus tangan Atte.

Atte mengangguk, “Tenang, Tante. Aku akan jaga dia. Ini kan momen spesial buat dia juga, jadi aku ingin bikin hari ini menyenangkan buat Zeana.”

Tante Mayang tersenyum lebih lebar. “Aku percaya kamu, Atte. Zeana pasti senang bisa menghabiskan waktu sama kamu. Terima kasih sudah perhatian sama dia.”

Setelah mendapatkan izin, Atte merasa lega. Zeana yang sejak tadi mendengar percakapan itu, langsung melompat kegirangan dan memeluk ibunya, “Terima kasih, Mama! Aku akan pulang dengan banyak hadiah!”

Tante Mayang hanya menggeleng kecil, lalu mencium kepala putrinya. “Hati-hati ya di jalan, sayang. Dengar apa kata onty, ya!”

Zeana mengangguk semangat. Atte pun merasa lebih tenang setelah mendapatkan izin dari Tante Mayang. Mereka siap berangkat, dan hari itu dijanjikan menjadi hari yang penuh kebahagiaan bagi Zeana.

"Baiklah, siap, kita berangkat," kata Atte sambil merapikan rambutnya dan mengenakan sepatu. Hari itu adalah hari yang cerah, cocok untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Mereka berdua lalu menuju mobil, dan perjalanan menuju Serenade point pun dimulai, diiringi obrolan seru dan tawa lepas dari Zeana yang tak henti-hentinya bercerita tentang apa saja yang ingin dia beli.

Sesampainya di Serenade Point, mata Zeana langsung berbinar-binar melihat semua yang ada di depannya. Atte tersenyum melihatnya, merasa bahagia bisa menjadi bagian dari kebahagiaan keponakannya. "Hari ini, kamu boleh pilih apa saja yang kamu suka," ucap Atte, mengusap kepala Zeana dengan penuh kasih sayang.

Zeana langsung melompat girang, "Benarkah, onty? Wah, aku mau boneka, sepatu baru, dan... dan mungkin es krim juga!" katanya sambil menarik tangan Atte menuju toko mainan.

Bagi Atte, hari ini bukan hanya tentang memenuhi keinginan Zeana, tetapi juga tentang menikmati momen-momen sederhana yang penuh kebahagiaan. Di tengah kesibukan dan tekanan pekerjaan, momen seperti ini adalah pengingat betapa pentingnya meluangkan waktu untuk orang-orang yang kita cintai.

Atte menuntun tangan Zeana dengan lembut, memastikan keponakannya selalu berada dalam jangkauan dirinya. Mereka melangkah santai, menikmati suasana mal yang ramai, penuh dengan pengunjung yang sibuk berbelanja dan beraktivitas. Lantai satu telah terlewati, dan mereka pun menaiki eskalator menuju lantai berikutnya. Wajah Zeana berseri-seri, senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

Begitu mereka sampai di lantai dua, mata Zeana tiba-tiba tertuju pada sebuah toko boneka yang sudah lama ia impikan. Wajahnya semakin cerah, dan tanpa berpikir panjang, ia menarik tangan Atte, mengarah ke toko tersebut dengan semangat yang menggebu. "Onty, Onty! Lihat, itu toko boneka yang aku mau!" serunya sambil berlari kecil.

Atte mengikuti langkahnya, tersenyum melihat betapa bahagianya Zeana. Begitu mereka tiba di dalam toko, Zeana langsung terpikat pada pajangan boneka yang indah dan lucu. Matanya kemudian tertuju pada boneka berwarna pink, sosok karakter yang sangat dikenal dari film Toy Story. Ya, boneka itu adalah Lotso, beruang berwarna merah muda yang lembut.

Zeana berhenti di depan boneka tersebut dan menatapnya dengan mata berbinar. "Onty, boleh aku memilih boneka itu?" tanyanya penuh harap.

Atte tersenyum lembut, mengangguk. "Boleh, sayang. Ayo kita minta mbak di sini bungkuskan."

Atte pun menghampiri pelayan toko dan berkata, "Mbak, tolong bungkuskan boneka ini ya. Oh iya, apakah ada seri boneka lain dari koleksi ini?"

Pelayan toko tersenyum ramah. "Ada, Mba. Kami juga bisa costum dengan nama sesuai permintaan."

Mendengar itu, Atte segera memutuskan, "Ya sudah, tolong bungkuskan dua. Yang satu di-custom namanya 'Zeana Almahida Hardikusuma'."

"Baik, Mba. Untuk estimasi selesainya, sekitar lima jam. Mba bisa kembali nanti untuk mengambilnya."

"Baik, terima kasih. Saya akan kembali nanti," jawab Atte sambil tersenyum puas.

Setelah selesai dengan pembelian boneka, Atte dan Zeana keluar dari toko, dan Atte mengajak keponakannya untuk melanjutkan melihat-lihat barang lain. "Ayo, Zeana. Kita cari barang lain dulu, nanti kita balik lagi untuk ambil bonekamu."

Zeana mengangguk, masih dengan senyum bahagia yang terpancar di wajahnya, memeluk lengan Atte erat-erat. Mereka berdua melangkah santai, menikmati waktu bersama, sementara Zeana sudah tidak sabar menunggu boneka Lotso kesayangannya siap diambil.

Sambil menunggu boneka Lotso yang sedang di-custom, Atte memutuskan untuk mengajak Zeana berkeliling mal. "Kita keliling dulu ya, Zea, sambil nunggu bonekanya jadi," ucap Atte lembut, memegang tangan kecil keponakannya.

Lihat selengkapnya