"Aku ingat!"
"Kamu itu..."
Adhar tersentak kegirangan. Akhirnya Anatasya akan mengingatnya.
"Kakak pembina waktu kegiatan pramuka itu kan?"
Senyum Adhar memudar kian menghilang. Dia menghela napas berat tanda kecewa.
"Kenapa? Salah yah?"
"Maaf," lirih Anatasya.
"Ngak kok. Kamu ngak salah. Ngak perlu minta maaf."
"Terus kamu siapa dong?"
"Waktu itu aku murid pindahan, kita seangkatan. Tapi beda kelas."
"Selama setahun aku bersekolah di sekolahmu. Setelah itu aku pindah lagi ke Palu."
Anatasya mengangguk-angguk.
"Terus yang kamu bilang di bukit, bukit apa maksudnya?"
Adhar terdiam. Merasa tak enak hati untuk menceritakan kejadian lama tersebut.
Beberapa tahun silam.
Adhar Al-Khaulani adalah murid pindahan di SMPN 3 Tolitoli, ia bersekolah di sana hanya setahun. Dalam setahun tersebut, dia sangat suka memperhatikan seorang gadis. Gadis itu adalah Anatasya Humairah! Adhar ingin sekali bisa berteman dengannya, bermain bersama. Namun, rasa canggung menyelimutinya, sebab Anatasya terlalu punya banyak teman. Takut tak diterima menjadi teman gadis itu, akhirnya Adhar hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan, Adhar sangat senang jika berada satu ruangan dengan gadis itu, bahkan Adhar akan melompat-lompat kegirangan hanya karena berpapasan dengan Anatasya di koridor sekolah.
Adhar sangat berharap bisa mengobrol dengan Anatasya, bisa melihat wajah cantiknya dengan jelas.
Dan...
Keinginannya terkabulkan.
Saat itu acara Kemah Bakti Akhir Tahun, di pagi hari Anatasya dan kelompoknya sedang mendaki sebuah bukit, untuk menyelesaikan permainan yang entah apa namanya. Adhar juga punya kelompok sendiri. Namun, ia khawatir dengan Anatasya, akhirnya dia meninggalkan kelompoknya dan mengikuti kelompok Anatasya, tentunya dari kejauhan.
"Hey! Kok bengong sih?"
Adhar tersentak. Ingatannya membuyar.
"E–e– Waktu itu lagi KBAT."
"Hem, terus?" Anatasya tambah penasaran.
"Kamu lagi mendaki di sebuah bukit bersama kelompokmu."
"Terus?"
"Kamu berada di garis terdepan dengan tongkat kebanggaanmu itu."
"Terus?"
"Lagi latihan jadi tukang parkir neng? terus-terus mulu" Adhar terkekeh.
"Yaelah... Aku lagi serius ini! terus kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Anatasya penuh penekanan.
"Anu."
"Apa?"
"Itu."
"Apa seh? Lama banget. Tinggal ngomong aja" Anatasya mulai kesal.
Adhar menatap Anatasya, mulutnya sedikit terbuka. Namun detik berikutnya kepalanya menunduk.
Anatasya dan kawan-kawannya hampir menyelesaikan misi itu. Hanya perlu satu berdera lagi, agar bisa menjadi pemenang di permainan ini.
"Semangat teman-teman! kita cari satu berdera lagi!" pekik lantang Anatasya.
"Siap An! Kamu hati-hati di atas sana."
"Nah... Ketemu! Itu dia berderanya," teriak Anatasya.
Teman-teman kelompoknya bersorak riang. Temannya yang bernama Lusi menyusul Anatasya ke atas.
"Kalian ngak usah nyusul. Disini terjal banget. Aku aja yang ambil berderanya."
Lusi sudah berada di atas.
"Mana berderanya An?"
"Heh! kok nyusul sih? Biar aku aja yang ambil."
"Aku temenin. Hati-hati."
Anatasya berhasil meraih berdera terakhir. Akhirnya, permainan ini selesai juga.
"Yee... Alhamdulillah," sorak Anatasya.
"Hey, An! Jangan loncat-loncat, entar kepeleset kamu."
Anatasya tetap melakukan itu meski Lusi telah melarangnya. tongkat kebanggaan miliknya menjadi tumpuan untuk tetap menjaga keseimbangan. Bukit itu cukup terjal, meski tidak terlalu tinggi.
"Udah ah... Ayo turun An," ajak Lusi.
"Ayo..."
Merekapun turun, jalannya yang cukup licin, membuat mereka ekstra hati-hati.
Namun, ujung tongkat Anatasya patah Tidak lagi runcing karena beberapa kali dihentakkan dan mengenai batu saat meloncat tadi.
"ANATASYAAAAA!!!" Teriak Lusi.
Anatasya terjatuh!