Laut

AkuOsa
Chapter #1

1

Andai aku mempunyai sebuah ilmu sihir. Ingin rasanya aku lenyap dalam kondisi yang saat ini tengah dijalani. Bisakah tradisi sebagai murid baru dihilangkan? Bisakah doktrin kalau murid baru itu harus berkenalan dibumihanguskan? Sungguh, aku menjalani sesi tersebut selama sepuluh kali. Jika kalian tidak mempercayainya itu hak kalian, karena aku pun tidak menuntut.

Sepuluh kali. Mengenalkan nama, alamat, sekolah asal, alasan kepindahan, bahkan yang lebih menjengkelkan jika ada makhluk-makhluk penghuni meja pojok mulai bertanya. Dari sepuluh sekolah, semoga kali ini mereka tidak membuat list menyedihkan dalam riwayat hidupku.

"Lautanisha Aidil Melfata. Dari sekolah SMA Tribuana, alasan pindah karena mama."

Seperti itulah namaku, Laut. Panggilan itu yang acap kali terngiang di telinga. Aku tidak terlalu menyukai namaku, entah karena benci namanya atau membenci orang di balik pembuatan nama itu.

Fokus kini sepenuhnya milikku, seakan aku adalah mangsa yang membuat mereka kenyang. Terlebih, pandangan jahil yang kutangkap dari penghuni tak kasat mata tengah tersenyum jahil. Aku seratus persen yakin, demi Sery yang wajahnya bak rembulan dalam kegelapan, dia pasti akan mencecar pertanyaan tiada guna.

"Kok namanya Laut, sih. Kenapa nggak sekalian sungai?"

Gelak tawa pecah menghiasi ruangan kelas yang dingin ini. Suara tetesan air berjatuhan di daun dan tanah terdengar dari dalam kelas. Suasana yang sangat nyaman untuk tidur. Ah, aku sangat ingin berlari ke UKS dan menikmati hibernasiku.

"Siapa nama kamu?"

Kulihat cowok itu mengernyit alisnya. Matanya melirik temannya yang lain, seolah meminta penjelasan yang detail.

"Alex."

Aku tersenyum miring, untung saja namanya amatlah pasaran. Menjadikan diriku mempunyai bahan membalasnya. "Alex, nama yang populer. Bahasa kasarnya, pasaran. Tau, kan maksud pasaran? Manusia kadang, kan benci dengan sesuatu yang kerap muncul di mana-mana, bagaikan lalat."

Keadaan kelas sunyi, beberapa dari mereka tampak puas dengan ucapanku. Bisa kupastikan mereka golongan murid yang membenci makhluk penghuni meja pojok.

"Menjadi minoritas tidak selamanya dianggap buruk. Saat kamu termasuk ke dalam mayoritas, belum tentu kamu dapat menonjol di antara mereka. Akan tetapi, jika kamu menjadi bagian minoritas maka peluang untuk kamu menunjukkan diri lebih banyak. Namaku mungkin tidak ada di planet ini. Aku mendapat keuntungan karena tidak ada lagi nama yang seperti itu sehingga orang hanya akan mengingatku. Laut, nama yang kalian tertawakan dalam benak. Tak apa, aku jamin kalian tidak akan pernah melupakanku."

Bukankah seperti itu sekolah? Tak semua murid yang datang ke sekolah mempunyai niat menuntut ilmu. Banyak yang hanya memenuhi titah dari sang orang tua. Jika sudah begitu, maka yang dilakukan di sekolah hanyalah bermalas-malasan tanpa mengikuti pembelajaran dengan serius.

"Laut, cepat masuk, sebentar lagi hujan akan turun."

Aku melihat langit yang mulai menghitam, tanda kalau hujan akan tiba. Baiklah, ceritaku berawal dari sini. Masa SMA yang kudamba, tetapi berakhir menyesakkan.

Lihat selengkapnya