Memastikan kalau ada pengunjung atau tidak sudah menjadi kebiasaan Met ketika mengunjungi sebuah cafe dekat sekolah. Di sinilah dia bersama sahabatnya sering berkumpul, entah itu pulang sekolah atau malam hari.
Sambutan pemilik cafe membuat Met yang kini datang sendiri meleleh. Pasalnya, dia baru saja diberikan senyuman manis bak permen karet yang acap kali mengisi mulutnya. Karena keramahan pelayan cafe ini membuat mereka bertiga sering berkunjung. Kata Malik, yang merekomendasikan cafe ini pertama kali adalah Met. Katanya, pelayan cafe ini cantik jadi dijamin nggak akan bosan kalau berada di sini.
"Jus alpukat tiga, tapi yang satu jangan manis-manis. Terus, nasi goreng spesial yang diracik penuh cinta oleh Fatin dua. Satu lagi, pisang goreng crispy."
Wanita bernama Fatin itu mengangguk, kemudian segera membuat pesanan. Menurut penuturan dari ahli wanita, Met. Fatin adalah cewek paling cantik di dunia. Keanggunan yang dimilikinya membuat kaum Adam selalu terpana ketika menatap sosoknya. Rambut panjang yang selalu digelung ketika di cafe dengan bulu mata lentik dan kaki jenjangnya yang mulus membuat semua lelaki akan jatuh cinta, terutama Met.
Kondisi cuaca kali ini sangatlah panas, Met duduk dengan ponsel digenggamannya. Mencoba menghubungi kedua sahabatnya yang tidak tahu diri. Jingga dan Malik telah pulang terlebih dahulu, Met yang kelasnya berbeda sendiri kebingungan setelah keluar kelas dan tidak mendapati kedua sahabatnya di parkiran. Ketika dihubungi, Malik bilang kalau mereka sedang dalam perjalanan pulang dan menyuruh Met menunggu di cafe pelangi.
Bunyi lonceng dari pintu masuk cafe membuat Met mengalihkan pandangannya. Kedua cowok dengan setelan warna hitam sedang berjalan ke arahnya. Menurut penglihatan Met, keduanya memang titisan dewa Yunani. Mereka benar-benar definisi tampan, tidak seperti dirinya yang mempunyai wajah biasa saja. Tidak jelek maupun tampan.
"Udah lama?" tanya Malik yang hanya terdengar basa-basi.
Met hanya mengangguk, malas sekali menjawab setelah ditinggal. Apalagi dia harus menaiki angkot sampai ke sini. Bejubal dengan ibu-ibu yang barang belanjaannya melampaui kapasitas. Sudah tahu sempit, sopir angkot malah terus menaikkan penumpang sebanyak mungkin. Tak tahu aturan.
"Jadi cowok jangan ngambekan kenapa. Cuma ditinggal pulang, lo, kan bisa nebeng atau naik angkot," cibir Malik.
Met mengangkat wajahnya, bergantian menatap Malik dan Jingga. "Tau, kan, gimana suasana angkot ketika jam pulang sekolah? Heh, skinkcare itu mahal."
Malik bergidik ngeri. "Lo seriusan pake skincare ala-ala Jenny?"
"Kenapa, lo pengin?" tanya Met sambil menaik-turunkan alisnya. Jangan anggap semua perkataan dari mulut Met itu sebuah kejujuran.
"Silakan dinikmati," ucap Fatin membawa pesanan mereka.
Seketika raut wajah Met terpancar aura keindahan. Tak ada lagi wajah yang tertekuk. Malik pernah mengatakan kalau dia takjub akan Met karena dapat mengubah mimik wajah secepat kilat. Meskipun habis marah-marah, ketika ada cewek yang cantik rasa marahnya langsung hilang. Met juga tipe orang yang tidak bisa benar-benar marah kepada orang yang sudah dianggap keluarganya. Akan tetapi, sekalinya dia marah maka sangat seram.
"Fatin nggak mau duduk dulu?" tanya Met.
Fatin menggeleng sopan. "Silakan dinikmati."
Met mengerucutkan bibirnya. Sudah lama dia melancarkan rayuannya namun tak kunjung terbalaskan. Apa iya perkataan Jingga benar kalau Fatin itu tak ada rasa dengannya?
"Kenapa, ya, Fatin nggak suka sama gue?" tanya Met di tengah makannya.
Jingga yang hanya memesan jus alpukat menaikkan alisnya. "Takdir."
Sebuah tawa meluncur renyah dari mulut Malik. Sebenarnya di mana letak kelucuannya?
"Lo, tau, kan waktu itu gue berhasil nembak lima cewek dalam sehari di sekolah dan itu diterima semua?"