Jantung Aurora berdegup lebih cepat dari biasanya, malam ini udara terasa tercekat ditenggorakannya. Jika boleh meminta, Aurora ingin mati saja malam ini. Mengapa seseorang selalu meminta kehidupan? Padahal kematian jauh lebih tenang. Tidak perlu cemas karena akan bertemu hari esok, lusa atau seterusnya, kematian hanya perlu tidur panjang dan menunggu dipanggil kembali. Jeanne Aurora. Seuntai nama yang indah, seorang gadis yang cantik. Setiap nama adalah doa yang cukup keras diucapkan kepada Tuhan, namun malam ini ia meragukan doa atas nama indah itu. Doa nama itu, agar selalu bahagia, dan malam ini pembuktiannya berbanding terbalik bahkan sangat jauh. Tidak mau menangis, namun nyatanya untuk terlihat baik-baik saja saat hancur, tidak mudah.
Aurora kini sendiri, menyendiri di sudut kamarnya. Tidak pernah meminta takdir sekejam ini, namun rasanya Tuhan terlalu kejam untuk takdir pada malam ini. Aurora lupa cara menangis, bahkan ia hanya menatap kosong tespack kehamilan yang sedang ia genggam. Ucapan makian terus begemuruh dibibirnya, seolah tidak ada pelampiasan yang lain. Aurora hancur, hancur sendiri. Perlahan, bulir bening yang ditahan Aurora perlahan jatuh dari pelupuk matanya dan mengalir di kedua pipinya. Aurora menutup mulutnya, menahan isak tangisnya, yang sejak tadi ingin berubah menjadi sebuah teriakan keras. Umurnya baru menginjak 19 tahun, dan kini gadis itu akan menjadi seorang-Ibu.
"BAJINGAN!!" Makian Aurora kian kuat, bahkan kini gadis itu mengacak-acak meja belajar favoritnya. Rambutnya berantakan karena diacak lebih dahulu. Aurora meremas baju dibagian perutnya, dan berkata. "Sialan!!" Ucapnya terus-menerus tiada henti.
Aurora tergeletak dilantai, tatapannya kosong, hanya menatap langit-langit kamarnya yang tampak sepi dan gelap. Jika harus memilih, mungkin Aurora akan bunuh diri sekarang juga. Sekali lagi, takdir mempermainkannya. Aurora hanya selalu mendapat takdir buruk, dari keluarga yang hanya menganggap dia seorang pewaris dan yang selalu sempurna. Juga, seluruh hidupnya sudah diatur, Aurora pernah berkata, "Saya hidup hanya untuk bernafas. Dan untuk yang lainnya, sudah diatur." Begitu ucapnya.