LAUT DAN UDARA

ajitio puspo utomo
Chapter #1

Introclude

Krucurrrrr....... Bunyi air yang ditimba subuh hari di mushola al ikhlas, selalu begitu selepas adzan berkumandang yang disambung pujian kepadaNya. Jalaludin yang memang alumni pesantren salafiyah bersama dengan karibnya fatur belum sempat tidur, mungkin karena efek ngopi mata mereka menjadi menyala, layaknya lampu taman yang menemani pohon dan rerumputan dikala malam hari. Sebab, mereka menyempatkan ziarah di makam maqbaroh syekh abdul lathief, jumat malam itu. memang sudah ciri khas santri dengan meminum kopi atau biasa disebut ngopi adalah jurus andalan dalam melawan rasa kantuk, tak jarang ketika para santri sedang mengaji pun banyak yang molor karena memang, siang dan malam mereka diharuskan menghafal berbagai macam doa dan hadits dari kitab-kitab kuning yang kemudian disetorkan. ngopi juga sudah merupakan "ibadah" tersendiri di kalangan para santri.

"Din, efek ngopi" fatur yang lagaknya tertawa tertahan

"Iya bos, berat berat mata ini. hahaha" imbuh jalaludin menertawai, "kalau kita ndak ketemu kang muiz, mungkin sudah tidur nyenyak ya."

"Bener, emang sialan kang muiz" jawab fatur yang mengumpat riang

Tak ple tak ple tak..... Selepas lafal pujian "wa ni'mal kahfii alhamdulillah" mang kamsar yang sedari tadi melantunkan pujian dengan suaranya, juga ciri khas batik panjang dengan sarung motif kotak-kotak yang menambah ciri bahwa beliau adalah orang yang mewariskan style jaman doeloe ketika hendak sembahyang, bergegas mengambil mic lalu qomat (istilah iqomah di perkampungan cirebon) membuat jalaludin dan fatur bergegas dari wudhunya sebab, pak haji riut sudah datang. Sebenarnya yang biasa mengimami disitu adalah Kyai sunar, seperti kyai-kyai kampung lainnya yang datang dengan kokoh putih walaupun ada warna lain, juga terkadang mengenakan batik dan sarung kotak-kotak yang menandakan beliaupun tak kalah trending dengan mang kamsar, lalu datang dengan raut wajah yang menentramkan. Kyai sunar pun sudah bilang pada mang kamsar bahwa, ia akan pergi sebentar untuk menghadiri salah satu acara di jawa tengah sehingga, tak dapat mengimami selama beberapa hari, dengan wajah yang takzim bagai murid kepada gurunya mang kamsar hanya mengiyakan ucapan Kyai sunar.

Lihat selengkapnya