Dirumah Bapak masih istirahat, tertidur pulas lemas, badannya masih tegap terlihat gagah hanya memang sudah berkerut. Terbangun ketika aku mengucap salam
"Assalamualaikum, pak" aku masuk ke kamar bapak
"Waalaikumsalam, sudah din. Gimana? pengiriman jauh-jauh. Bertemu bu sri?"
"Ndak pak, ndak terlalu jauh. bahkan udin ngirim di desa cideng, iya ketemu bu sri pak"
"Yasudah tak apa" dengan tatapan kecewanya
"Ini pak soto, udin beli di depan. Bapak kan belum makan sore ini"
"Iya taruh saja, nanti bapak makan, sekarang kamu mandi dan cepat ziarah ke kuburan ibumu sekarang hari kamis malam jumat" tambahnya
"Oh iya pak," bapak mengingatkanku, untung saja. Aku benar-benar lupa, dengan kecepatan tiada tara aku langsung mandi dan ganti baju lalu menuju kuburan Ibu.
Didesa ini khususnya, setiap kamis sore atau malam jumat banyak dari warganya menziarahi kerabatnya yang telah meninggal, dengan mendoakannya di kuburan itu adalah bentuk mencintai walau yang dicintai telah tiada. Sama seperti halnya aku pada ibuku yang telah tiada, bentuk mencintai sekaligus berbakti padanya.
Untuk sampai ke kuburan Ibuku, kuburan umum desaku jalanan yang dilewati tak terlalu jauh hanya melewati sebuah sungai kecil tempat dulu aku, Fatur dan teman-teman lain mandi sehabis bermain bola. Apalagi jika hujan datang, sungai itu banjir dan mandi-mandian disitu semakin seru. Biasanya kami malah akan membuat getekan sebuah kayak kecil tetapi terbuat dari batang pohon pisang, kami akan meluncur bersama sepanjang sungai itu.
Sesampainya di kuburan lantunan tawasul beserta doanya aku bacakan, setelahnya bagai seorang anak yang mendapat nilai seratus dari ujiannya karena perjuangan belajarnya yang panjang sehingga terus mengomel di depan ibunya dan ibunya hanya tersenyum mendengarkan celoteh anak kecil itu yang ujung-ujungnya hanya minta sebuah 'penghargaan' atas nilai seratusnya dia ingin dibelikan mainan yoyo. Aku berbicara di kuburan ibu
"Bu, assalamualaikum. Ibu sehat disana? Jalaludin sehat disini bu? Bu, tadi bapak kecapean katanya dapet lemburan banyak, barang yang dikirim membludak, dan tadi udin menggantikan bapak kerja, naas udin kurang beruntung bu dikantor bapak udin ketemu bu sri. Tapi sewaktu mengantar barang tadi udin ketemu perempuan cantik bu, dari desa sebelah namanya hani. hehe, udin jatuh hati kayaknya sama dia bu, ibu ridho tidak? kuharap ibu ridho jika aku bisa bertemu dengannya lagi."
Masih banyak lagi yang ingin kusampaikan pada Ibu, namun senja sudah semakin redup di barat, hampir menjelang maghrib. Teriakan burung-burung emprit semakin memekik jangkrik-jangkrik mengikuti melodi burung itu, memperjelas bahwa para musisi orkestra dari kalangan hewan sedang berlatih keras untuk show malam nanti, dirijen mereka adalah kepak burung hantu yang terdengar sangat jelas dan keras seperti tongkat dari seorang musisi atau dirijen ternama, bernama yanni yang melegenda membuat patuh siapa saja anggotanya, kutaruh saja kembang soka jepang yang kuambil tadi dihalaman rumah, kembang kesayangan Ibu semasa hidupnya.
Aku bergegas pulang, tak selang beberapa lama suara adzan berkumandang di mushola langkahku kubelokkan, menunaikan sholat sebentar lalu makan dan melanjutkan membaca beberapa buku yang diberi oleh bu sani beberapa hari yang lalu. Di mushola sendiri aku bertemu fatur dan rofi yang sedang mengobrol sehabis wudhu, aku tersentak ingat bahwa ada pesan dari rofi kepada fatur bahwa nanti malam akan ada mayoran dirumah bude nya. Ternyata aku lengah, kalah cepat oleh rofi yang sudah memberi tahu barusan dan Fatur ingin ikut.
"Nanti malam jam sepuluh" kata Rofi
"Oke," sahut Fatur
"Siap" tambahku
Sholat usai, tahiyatul akhir sudah diucap kyai sunar lalu dzikir dan doa. Buru-buru aku bergegas menuju rumah, perutku keroncongan diteras bapak sudah menungguku sambil memegang rokok super nya yang halus itu dengan kaos oblong dan sarung buatan samarinda yang biasa aku cuci, ingin berbicara denganku. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia ingin berbicara serius, aku tahu jika sudah begitu bapak ingin berpesan padaku membicarakan hal-hal yang tidak aku ketahui, jika sudah begitu bapak membuang rasa angkuhnya didepanku. Lelakipun mempunyai perasaan lunak apalagi kepada anak dan istrinya dia tak ingin terus-terusan terlihat 'tak mempunyai masalah' didepan mereka. Selepas mencium tangannya dia menyuruhku duduk sebentar disini.