LAUT DAN UDARA

ajitio puspo utomo
Chapter #9

Setelah Dua Bulan

Sudah dua bulan kami menggarap arak-arakan seni ini. Beberapa bagian sudah kami ikat dengan kawat dan tali, rangka-rangka kami buat dengan sketsa yang Fatur contohkan dia menjadi sutradara andal dalam hal ini, betapapun sulitnya adalah mencari pengertian dan seberapa filosofis nanti hasilnya, kami saja bertanya-tanya?. Namun dari segi bentuk hampir bisa dikatakan sudah mengalami metamorfosa ke tahap sempurna. Disini pun sudah nampak terlihat seperti 'kebinatangan'. Ternyata rangka yang kami buat adalah "udang" itulah arak-arakan seni visual dalam otak Fatur yang kemudian direalisasikan kedalam bentuk nyata, menurutnya udang adalah ciri dari kota Cirebon dan punya filosofi tersendiri.

Sebagaimana Cirebon tetaplah Cirebon! Cirebon mempunyai julukan kota udang dimana arti nama dari Cirebon diambil dari cai dan rebon kedua kata tersebut memiliki arti air dan udang kecil. Pada jaman dulu Cirebon sendiri dianggap sebagai pusat perdagangan, jalur transaksi antara pedagang-pedagang lintas benua, letak geografisnya memadai sebagai daerah pesisir juga strategis. Bahkan pada waktu itu cirebon atau nama lainnnya adalah Cheribon konon merupakan poros jalur sutra perdagangan yang terletak di jawa. Udang sendiri merupakan binatang 'mata pencaharian' para warga waktu itu di pesisir pantai hingga sekarangpun masih ada tapi udang disini adalah rebon atau udang cilik, udang anakan, namun sekarang sudah tidak se-melimpah waktu itu mungkin karena pengaruh cuaca atau kadar air dipesisir yang mulai terkena dampak dari pembuangan limbah atau karena sampah-sampah dari para warganya yang senang menumpuknya di laut sehingga para udang tak lagi sudi beranak pinak menghasilkan anakan rebon disitu. Aku tak tahu.

"Ito, Herman bantu aku mengangkat kayu reng ini" pekik Fatur dari belakang meminta bantuan

"Bentar bos" sahut Ito yang masih mengkawati beberapa bambu disekujur badan rangka udang tersebut

Herman mendahului Ito dia bergegas menuju Fatur di belakang dan meninggalkan pekerjaannya, sedari tadi dia memotong-motong kawat dengan catut

"Sini Tur, sini!" sembari mengulurkan tangannya dan mencengkeram kayu tersebut. Perawakan Herman agak besar tinggi coklat dengan rambut lurus bergelombang. Jika dilihat dari kejauhan dia seperti Hercules putra Zeus pada game God of War II.

"Angkat Man Angkat!" teriak Fatur yang kesulitan membawa sepuluh kayu reng

"Ayo!" Ito datang membantu

Diangkatnya sepuluh kayu reng itu bertiga, terlihat Fatur agak terhimpit diantara Ito dan Herman dia terjebak dalam himpitan seorang Hercules coklat dari desa.

"Tur, sendal saya jangan kamu injek!" teriak Ito yang sendalnya terinjak Fatur

Lihat selengkapnya