Aku dan Hani mendadak lebih dekat, mengalami kedekatan yang intens dari sebelumnya. Lama kelamaan puisi-puisi mulai muncul pada kepalaku ini. Aku tahu sebabnya, ya! Karena Hani telah menjadi pupuk dalam tumbuhan kerasa-rasan pada kepalaku. Dengan penyiraman yang tepat tak kurang dan tak lebih. Tiga hari sekali kuantar Ajeng pada Hani, di hari selasa, kamis dan sabtu. Ah, inikah romantisme? Tapi ya! Benar. Ini romantisme. Dan agaknya Hani secara tidak langsung membalas rasaku ini. Sebab sabtu kemarin setelah kuantar Ajeng dia mengajakku untuk makan bersama selepas mengajar tari. Dengan ke kakuan aku hanya menjawab
"Ya, oke"
Dan disitu rona pipinya memerah, kupastikan itu. Entahlah semakin sering aku membaca sastra semakin bisa aku membaca perasaan orang-orang. Dari sudut manapun gerakan alis, mata, ucapan mereka yang mereka keluarkan (walau lebih kepada penyanggahan namun seakan mewakili) semuanya telah terbaca olehku. Dan sama seperti bibi Fatur, Bu Sani dia adalah maniak baca yang mampu meneroka sikap seseorang jika berbicara padanya. Aku telah tertular itu!
Dan telah berbulan Ajeng les tari pada Hani dan telah bertambah pula murid-murid Hani yang hanya seorang menjadi dua belas anak. Kesemuanya sebagian dari daerah kota. Hani mengayomi mereka semua dan Ajeng telah menjadi senior sehingga mampu sedikit memberikan arahan bagi para juniornya. Semakin dekat dan akrab aku dan Hani, tapi dalam batinku untuk mengungkapkan dan melangkah lebih jauh aku belum mampu. Entah, apa yang membuatku tak berani. Sebab persepsi orang-orang tentangku kah? Sebab aku yang masih belum mempunyai kerjaan tetapkah? Atau karena ketakutanku akan cinta? Rumi guru yang kunisbatkan dalam persoalan ini pernah berkata karena kau telah melihat daun dari bentuk, kini lihatlah angin yang menggerakkan daun-daun itu. Aku tak pernah berprasangka untuk melangkah kedepan pada persoalan cinta, melihat Hani adalah melihat bentuk keindahan dari daun itu sedang angin? Apa itu angin, maksudku berbentuk seperti apa dia? Apakah aku atau keseluruhan opini orang-orang tentang kedekatan kami?
Satu bulan lagi menjelang bulan puasa, biasanya didesa diadakan Tiparan ya! sedekah kubur. Penandaan bulan puasa biasanya ada acara seperti ini, mungkin jeda waktu paling akhir adalah seminggu sebelum bulan puasa. Dan sekarang adalah waktunya, semua warga sibuk menyiapkan karena acara hanya tinggal dua hari lagi. Pak Rt sebelumnya sudah mengumumkan lewat speaker mushola Mang Kamsar ikut membantu siaran namun dari mulut ke mulut. Dan sebelumna pun Pak Rt sudah membicarakan acara tiparan pada Kyai Sunar tentang kapan diadakannya. Dan jawabannya adalah kamis kliwon yang digelar di pekuburan desa.
Ah, hal-hal seperti ini yang sangat aku dan Fatur sukai selain karena banyaknya makanan berkah atau kami biasa menyebutnya berkat disitu juga jadi ajang silaturahmi lintas generasi. Tua dan muda saling bercengkerama mengobrol hal-hal yang agaknya remeh temeh yang renyah dengan candaan. Karena memang warga pedesaan tidak mengikuti arus hiruk-pikuk tentang keadaan pemerintahan negaranya, yang mereka tahu hanya jaminan bahwa mereka akan terus hidup dengan bekerja dan berdagang apalagi ditambah jaminan-jaminan jika pergantian pemilihan wakil rakyat dengan janji-janjinya untuk para warga pedesaan seperti kami, contoh swadaya desalah, pemanfaatan lahan pedesaanlah atau semacamnya yang menunjang kebagusan di desa. Dan itu sekaligus keyakinan mereka yang sedikitnya ternodai, jika saja mereka tahu bahwa keadaan pemerintahan sekarang ini sedang kacau-kacaunya bahkan dari dulu hingga sekarang. Ah, begitulah kita, begitulah disini.
Lamanya waktu tetap berputar juga. Hari ini tiparan diadakan dan dilaksanakan pada pukul lima sore. Para ibu sibuk sesibuk-sibuknya menyiapkan konsumsi. Para bapak sibuk pada pagi harinya membersihkan pekuburan. Dan aku dan Rofi ikut pula membersihkan, mula-mula kubersihkan makam Ibu. Aneh memang mengapa disetiap batu bata kuburan cepat sekali rumput tumbuh. Entah rumput jenis apa itu, padahal minggu lalu sudah kubabat habis, tapi nyatanya sekarang sudah agak banyak lagi walau tak sebanyak minggu lalu. Fatur ikut membantuku, maklum saja keluarganya belum ada yang meninggal disini, dipekuburan ini dia hanya menunggu disuruh. Walau memang bukan dari pihak keluarga saja yang berhak membersihkan, tapi warga lainpun dapat membersihkan dengan dalih membantu. Supaya agar dianggap warga sini dan mungkin keesokan jika meninggal nanti mereka tahu setidaknya tata letak nanti jika mereka ingin dikuburkan dimana.
"Din ambilkan sapu ijuk itu" pungkas Fatur