“Jendral Alo” telah menetap dan berkemah di “Tanah Tak Bertuan” beberapa hari sejak Dirinya mendapat perintah dari “Raja Herilkus”, dan selama itu juga Dia dan Pasukannya melakukan hal-hal yang tidak manusiawi. Penjarahan barang-barang berharga milik Penduduk Desa, pemerkosaan terhadap Gadis-gadis Desa, hingga pembunuhan terhadap para Penduduk Desa “Tanah Tak Bertuan”. Sampai pada saat “Fati”mendapat pertanda dari seekor “Burung Gagak”.
Di “Tanah Tak Bertuan” pada Pagi hari,
“Sangat membosankan, lihatlah Manusia-manusia rendah ini mereka sangat menjijikan bagiku”…gumam “Jendral Alo” di dalam hati.
“Jendral Alo” kami sudah memeriksa seisi Desa dan kami tidak mendapat petunjuk apa-apa tentang pelaku pembunuhan “Jendral Besi”. Mohon berikan perintah selanjutnya Jendral…! .. ujar salah satu Komandan prajurit Kerajaan Mozet.
“Sangat membosankan, perlakukan mereka semau kalian, kita akan dirikan pangkalan militer disini jadikan para Penduduk sebagai budaknya…” jawab “Jendral Alo”.
Para Penduduk Desa di kumpulkan tidak ada yang bisa mereka perbuat, masing-masing dari mereka hanya diam menunduk sambil mencemaskan keselamatan nyawa setiap kerabat dan diri mereka masing-masing, seperti menunggu giliran kematian.
“Kalian sudah merebut semuanya dari kami jangan perlakukan kami seperti ini pergilah dari Desa kami!!!...ujar salah seorang Tetua Desa.
Terhunuslah pedang kearah Tetua Desa tersebut, seketika kepala nya terpisah dari badannya. Tajam dan kuatnya tebasan dari salah satu Komandan prajurit, merusak lebih dalam mental Para Penduduk Desa.
“Sesuai perintah mu Jendral..” ujar Komandan prajurit
“Jendral Alo” berjalan keliling Desa hingga langkah nya terhenti, dengan cepat Dia mengambil pisau dari pinggangnya dan melemparkan nya kearah pepohonon tepat di didepan dia berdiri. BAAMMM!!! Satu pohon hancur dalam satu serangan, Seketika terlihat sesorang dari arah pepohonan yang hancur.
“Wahh sangat mengejutkan, apa yang dilakukan seorang Mata-mata dari Kerajan Befaria disini?!...” tanya Jendral Alo dengan angkuh.
“Kau tak seburuk kelihatannya, Aku mengetahui rencana mu tentang pangkalan militer di “Tanah Tak Bertuan”, tidak ada Kerajaan manapun yang boleh membangun sesuatu apapun disini. apakah Kau sadar, Kau telah memancing perang besar ?!..” jawab Sang mata-mata..
“Apa yang kau bicarakan bukankan perangnya baru saja dimulai?!..jawab “Jendral Alo”.
Terjadilah pertarungan antara “Jendral Alo” dengan mata-mata dari Kerajaan Befaria, saling beradu teknik beladiri, teknik berpedang membuat suasana semakin panas. Para Prajurit Mozet mengepung sang mata-mata. Situasi yang tak menguntungkan, sang mata-mata kalah kuat dibandingkan dengan “Jendral Alo” sehingga memaksanya untuk mundur dari pertarungan.
“Kejar mata-mata itu, jangan biarkan dia lolos!!!”(ujar Jendral Alo memberi perintah)
“Yaaaaaaaaaa”.. gemuruh Prajurit Mozet sambil mengejar
Tidak menunggu lama kawanan Burung Gagak berjumlah puluhan ribu terbang membentuk lingkaran di atas langit Desa “Tanah Tak Bertuan”, membuat langit di sekitar desa menjadi gelap layaknya awan mendung yang sedang menutupi. Dengan kicauan puluhan ribu Burung Gagak yang sangat keras dan liar. Selururuh Prajurit Mozet dan para Penduduk Desa terdiam keheranan melihat kejadian ini.
Situasi tanpa suara selain kicauan keras dari kawanan Burung Gagak, Bumi yang mulai bergetar tetapi bukan bencana alam. Sayup-sayup terdengar gemuruh semakin lama semakin terasa datang dari arah Barat Desa. “Jendral Alo” merasakan sesuatu yang besar, dan marah mendekat kearah Desa.