Aidan
Di hari Minggu pagi gue membawa Audy menaiki Kereta Batara Kresna yang diresmikan tahun 2015 dengan kapasitas penumpang 117 per perjalanan. KA Batara Kresna sempet berhenti beroperasi tahun 2020 karena pandemi. Tapi tenang aja ... Tahun 2021 sampai sekarang udah melayani penumpang lagi.
Kereta Batara Kresna menurut gue punya keunikan. Mulai dari bentuknya dengan konsep railbus, lajunya yang ga secepat kereta komersial lain, sampai lintasan yang dilewati berdampingan dengan kendaraan di jalan raya. Jalurnya masih bertahan sampai sekarang karena masih jadi andalan bagi banyak orang yang sering bepergian dari Solo ke Wonogiri dan sebaliknya. Selain itu juga Batara Kresna kata Opa gue punya sisi sejarahnya yang panjang, mungkin sayang kalau hilang gitu aja.
Pukul 06.00 WIB gue dan Audy udah di dalem kereta Batara Kresna yang melaju perlahan. Beberapa menit berjalan, bukannya semakin melaju kencang, kecepatan Batara Kresna justru disesuaikan. Kereta ini melaju perlahan setelah melintasi rel bengkong, memasuki Jalan Slamet Riyadi, sebuah jalan yang penuh keramaian dan deretan destinasi wisata di Solo.
Saat melintasi rel bengkong, kendaraan di sekitar berhenti sejenak mendahulukan kereta yang melaju pelan hanya sekitar 10 kilometer per jam. Saat berada di Jalan Slamet Riyadi kecepatan kereta ini memang dibatasi maksimal hanya 20 kilometer per jam.
Ga heran kalau sepanjang jalan, mobil dan motor bisa melaju lebih kencang, mendahului kereta yang umumnya bisa melaju dengan kecepatan 100 kilometer per jam. Suara mesin dan klakson kereta berbunyi memberi peringatan sepanjang jalan. Batara Kresna jadi satu-satunya KA di Indonesia yang punya keistimewaan melalui rel tanpa sekat di jalan raya seperti ini.
Dari dalam gerbong kereta, gue dan Audy bisa melihat hiruk pikuk Kota Solo yang memanjakan mata. Bangunan-bangunan tua yang ikonik tampak dari balik kaca. Mulai dari Solo Grand Mall, Benteng Vastenburg, Gedung Djoeang 45 Solo, dan sejumlah landmark menarik lain. Mata para penumpang dengan saksama menikmati jalanan di sekitar sembari merekam kenangan lewat ponselnya.
Setelah melalui Jalan Slamet Riyadi, Batara Kresna tiba di pemberhentian pertamanya yakni Stasiun Solo Kota.
Audy menyandarkan kepalanya pada bahu gue menikmati perjalanan pagi ini, "Ini udah sampe?" Gue menatap gemas wajah Audy yang terlihat sangat ceria hari ini, "Haha masih lama, ini baru di Solo Kota."
Audy kembali menyandarkan kepalanya, "Gue jadi punya banyak pengalaman baru waktu bareng Lo, salah satunya naik ini." Gue mengusap lembut rambut Audy, "Hahaha ... Biar kemampuan bertahan hidup Lo bertambah."
Audy memanyunkan bibirnya sambil meninju lengan gue cukup keras, "Tapi kayaknya gue bakalan isolasi mandiri deh habis dari sini ... Soalnya, jiwa gue rasanya udah ga ada kesedot semua."
Gue hanya tertawa dan mencubit gemas pipi Audy, hari ini dia masih setia mengenakan celana kodok warna oranye dan kaos oversize berwarna putih, ga sesilau biasanya .... Tapi tetep silau.
Audy itu mungil, dan menurut gue dengan tinggi dia dan cara dia berpakaian itu lucu, apalagi Audy itu mahasiswi peternakan. Feeling gue sibdia cuma bisa naikin anak domba ... Soalnya kalo kuda gue yakin dia ga akan nyampe buat duduk di atasnya, jangankan kuda, gue rasa anak kuda ataupun keledai juga dia ga akan nyampe. Gue tersenyum membayangkan betapa lucunya Audy sebelahan bareng domba yang seukurannya.
"Lo kenapa Dadan? Gila ya Lo? Dari tadi senyum senyum ga jelas."
"Hah? Enggak ... Gue bayangin Lo pake gaun pengantin cantik banget soalnya."
"Gue lebih percaya kalo Lo bayangin gue jadi minion."
Setelah percakapan itu gue dan Audy kembali menikmati perjalanan. Begitu kereta meninggalkan stasiun, perlahan pemandangan yang dilalui Batara Kresna mulai berubah menjadi hamparan sawah hijau dan permukiman yang tidak terlalu padat. Ini adalah salah satu daya tarik yang membuat orang ingin menumpangi kereta Batara Kresna ... Laju kereta mulai bertambah kencang.
Mendekati Stasiun Sukoharjo, para penumpang menengok ke kaca. Kereta ini melewati jembatan panjang yang membelah sungai Bengawan Solo yang tersohor berkat tembang karya musisi keroncong Gesang. Salah satu titik dari sungai dengan panjang hingga 600 kilometer ini jadi keindahan yang tidak ingin mereka lewatkan.
Batara Kresna sampai di Stasiun Sukoharjo tepat pukul 06.54 WIB. Setelah pemandangan-pemandangan tadi, salah satu kawasan yang memikat mata penumpang adalah Gunung Gandul. Batara Kresna melintasi kaki gunung tersebut sebelum mendekat ke pemberhentian akhir Stasiun Wonogiri.
Batara Kresna menempuh lintasan sepanjang 37 kilometer dan melewati lima stasiun. Jika berangkat dari Solo, titik awal keberangkatan ada di Stasiun Purwosari kemudian berlanjut ke Stasiun Solo Kota, Stasiun Sukoharjo, Stasiun Pasar Nguter, dan berakhir di Stasiun Wonogiri. Dalam sehari ada 4 kali jadwal keberangkatan kereta yang siap membantu mobilitas masyarakat dan juga wisatawan. Dua kali keberangkatan dari Stasiun Purwosari dan dua kali keberangkatan dari Stasiun Wonogiri. Durasi perjalanan dari Purwosari hingga Wonogiri memakan waktu 1 jam 45 menit.
Stasiun Wonogiri
"Akhirnya nyampe juga ... Kita mau kemana?" Audy menatap gue dengan mata berbinar-binar, "Gue mau bawa Lo ke tempat makan ndeso, ga jauh si mungkin 9 menitan kalo naik motor." Jawaban gue membuat Audy menatap gue menyelidik.
"Eleh kayak Lo punya motor aja."
Sialan.
"Gue udah nyewa buat hari ini ajak Lo keliling Wonogiri." Audy langsung memeluk lengan gue. "Dadan emang yang paling top markotop! Gue ga perlu mikirin apapun selain bawa niat." Audy berjalan mendahului gue dengan gaya jalannya kayak bocah TK yang habis dikasih duit.
"Ayo! Nunggu apalagi Dadannn."
"Jalannya di sono bukan situ."
"Kok Lo ga ngomong si! Kan gue malu!"
"Iya seharusnya gue udah kasih sinyal pake cinta gue dulu biar Lo ga salah arah."
Ew ... Jujur gue geli sendiri sama omongan gue barusan, tapi Audy justru senyum senyum mainin rambutnya yang diurai.
....
Audy
Perut gue yang laper tapi hati gue yang dikasih makan. Baper boleh ga sih? Makin hari Aidan keliatan makin gombal tapi lucunya dia suka jijik sendiri sama gombalannya.
Gue memeluk lengan Aidan cukup erat, siapa tau gue diculik? Lagian dia pacar gue juga wajar aja gue manja kan? Iyaa iyaa ... Masih calon pacar.
"Sini." Gue menoleh waktu Aidan memakaikan gue helm bogo berwarna ungu dan menurunkan footstep varionya. Jujur aneh banget liat Aidan yang biasa pake motor lakik ini pake motor segala umat ... Jadi bikin dia keliatan lebih bisa digapai dari biasanya.
"Ngapain Lo liatin gue sambil senyum gitu? Gamau naik?" Balik lagi judesnya, yaudah deh gue naik karena dipaksa sama pangeran bervario. Sebenernya ga masalah varionya, cuma ini warna motornya itu ungu ... Ungu lilac yang bikin silau mata, gue ga ngerti yang punya motor ini mau buat konsep motor kayak gimana. Spion bunder ada stiker hello kittynya, jok motor juga warna pink ... Mmm gue yakin Aidan pasti malu dan ga lama lagi pasti keluar tuh kata mutiaranya.
"Tai! Gue nyewa verza item ngapa yang dateng vario pelangi bangsat!"
Kan apa gue bilang juga padahal gue belum selesai ngitung sampe tiga.
"Sampe gue dikira jamet atau boti gue geplak pala orangnya. Lagian kalo emang gada gausah nerima request. Udah deal udah transfer gue lebihin, motornya ganti gada konfirmasinya tai."
Gue hanya diam, lebih tepatnya gue memilih diam, karena mood Aidan lagi jelek banget gara gara vario pelangi yang kita naikin sekarang. Bukan takut dibentak, Aidan mah ga pernah bentak gue, lemah lembut beliau ini, yang gue takutin itu kena roastingannya soalnya konsep ini motor kayak konsep fashion gue.
"Ternyata ada manusia lebih ga jelas daripada Lo. Ini bukan cuma silau tapi beneran bikin malu tai."
Tetep kena, padahal gue udah diem loh?
Setelah sembilan menit gue dengerin bacotan Aidan, nyampe juga di Warung Botok Bu Karni. Jujur gue bingung kenapa ikan harus di botok ... Selama ini yang gue tau botok itu di muka bukan di ikan.
"Bu? Kenapa ikannya di botok? Emang kelebihan lemak ya?" Semua orang di situ ketawa begitu gue selesai ngomong, entah apa yang lucu. Aidan cuma gelengin kepalanya sambil nahan ketawanya.
"Mba e ki ono ono wae marakke ngguyu. Botok itu makanan khas Jawa mba, jadi olahane itu kukus ikan air tawar sama kelapa muda."
Malu
Iyalah bangsat, gue malu.
"Diem Lo!" Gue mencubit pinggang Aidan yang dari tadi masih menahan tawanya. "Ya mana gue tau botok khas makanan Jawa, orang gue dari Jakarta." Monolog gue begitu duduk menunggu pesanan.