Aidan
Menurut lo hidup itu apa? Secara teori hidup itu eksistensial yang kompleks dan unik bagi setiap individu. Tapi menurut gue, hidup itu penuh dengan ketidakpastian ... Ketidakpastian terlahir dari keluarga seperti apa, alur hidup yang bagaimana, dan akhir hayat lo kemana.
Walaupun gue udah ga pernah mimpi buruk tentang kenangan terakhir gue bareng orang tua gue sebelum mereka kecelakaan. Tapi beban yang ada di kepala dan pundak gue rasanya masih sama, bohong kalau gue udah sepenuhnya pulihkan?
Karena mau bagaimanapun lo ga akan pernah lupa semua kejadian di hidup Lo kalo Lo ga amnesia. Gue udah bisa kontrol semua emosi dan perasaan gue, tapi faktanya gue hanya manusia biasa yang masih selalu merasa kesepian tanpa adanya keluarga di hidup gue. Kadang juga gue merasa iri ngeliat orang berlalu lalang bersama keluarganya, sampai gue merasa 'Padahal gue layak kok dapetin hal itu juga, tapi kenapa gue ga dapetin itu?'
Semakin dewasa gue semakin ngerti dan ga sesering itu mempertanyakan kelayakan gue di dunia ini. Karena faktanya setiap manusia punya masalah dan cobaannya masing masing, diluar sana banyak yg ga seberuntung gue, kalau kata congornya Gema "Lo punya kita yang siap jadi keluarga Lo." Hahaha, dan mungkin gue beruntung dalam finansial, pendidikan, dan pertemanan gue ... Kalau percintaan? Semoga juga iya.
"Ngapain Lo ngelamun pinggir jalan? Mau jadi ubi Lo?" Gue melihat Geo berjalan ke arah gue membawa eskrim McDonald's daerah Jombor. "Gue lagi ngeliat kendaraan seliweran." Geo menaikkan alisnya bingung "Kek orang banyak utang aja Lo."
Sialan.
Gue mengambil eskrim sundae oreo dari Geo, "Gimana perasaan Lo sekarang?" Gue bertanya setelah kejadian dramatis hubungan mereka.
"Lo maunya gue gimana?"
Si tolol.
"Ga gimana gimana nyet, gausah berlebihan gitulah. Gue langsung move on dan gapapa setelah tau semua drama dan kebohongan Juli. Jadi ... Mending Lo khawatirin hubungan Lo sama Audy."
"Hubungan gue sama Audy?"
"Lo emang suka ketidakpastian ya Dan? Hubungan Lo sama Audy itu ga jelas, padahal sikap kalian udah kayak orang pacaran. Kenapa Lo ga nembak Audy?"
Pertanyaan yang bagus dari seekor Geo, karena gue juga mempertanyakan hal yang sama. 'Kenapa gue ga nembak Audy?' ... Karena gue mau Audy mencintai dirinya sendiri dulu. Gue gamau Audy mencintai gue tanpa dia mencintai dirinya sendiri. "Karena belum waktunya."
Geo menyipitkan matanya "Terus kapan waktunya bangsat!? Lo sama Audy udah deket empat bulan! Jangan gantungin perasaan orang lain." Gue menoleh tersenyum "Gue sama Audy ga kayak yang Lo kira, kita ga pernah bahas perasaan kita gimana, ataupun hubungan kita kedepannya gimana, kita cuma menikmati waktu bersama, itu udah cukup buat gue daripada gue maksain punya hubungan bareng Audy."
"Lo sayang ga?"
"Sayang ... Gemes juga."
"Terus kenapa ga jadian?"
"Kok lo kepo banget anjing!?"
Geo memukul kepala gue lumayan keras "Ya gue heran ngeliat Lo berdua! Udah kayak pacaran lama, tapi taunya Hanya Teman Saja. Gue kalo jadi Audy udah gue bombardir minta kepastian, kalo ga dikasih gue bakalan samperin Lo pake cangkul buat pukul muka Lo!"
Psikopat bangsat.
"Hello guys, sekedar mengingatkan bahwa kita ini nongkrong di McDonald's sebelah sana, terlihat sangat besar bukan bangunannya? Dan ada dua ekor bekantan yang sudah melambai ke arah kita ya ... Bukan di pinggir jalan dengan pemandangan flyover Jombor dan kantor polisi di ujung sana. Terimakasih."
Najis congornya Gema.
-------
Audy
Minggu, 06 Maret 2022. Gue melingkari kalender kecil yang berada di meja belajar gue, kalo ditanya kenapa? Gue juga gatau sih, pengen aja.
Ehe.
Gue memandang keluar jendela melihat pemandangan jalanan di Ngadisuryan pagi hari, lumayan padat walaupun masih era New Normal. Gue tersenyum mengingat bulan depan sudah memasuki Bulan Ramadhan, dimana akan banyak pedagang makanan, dan juga berbagai aktifitas, sehingga gue ga akan merasa kesepian.
"Gimana hubungan Lo sama Aidan?"
Sial, gue lupa kalo ada manusia kepiting di kost gue yang lagi makan bakso. "Emang menurut Lo hubungan gue sama Aidan gimana?" Gue bertanya. Yoda menyingkirkan mangkok baksonya ke sisi tembok dan menarik tangan gue agar duduk berhadapan. "Jawab pertanyaan gue ya, jawabannya cuma iya atau enggak." Gue mengangguk tanda setuju.
"Lo sebenernya cinta ga sih sama Aidan? Sayang gitu? Suka? Atau apa?."