Blurb
Hidup Wallaili Wannahar berubah ketika diterima sebagai murid oleh Abah Suradira, seorang mursyid yang mengajarkannya ilmu tasawuf. Jalan tasawuf yang ditempuh Lail-begitu pemuda itu biasa dipanggil-hanya memiliki Allah di ujungnya.
"Sebelum ada apa-apa, sebelum apa-apa ada, sebelum ada itu ada, ada Allah." Begitulah yang selalu diingatkan oleh Abah Suradira. Di tengah-tengah proses belajarnya, Lail menghadapi dilema ketika dijodohkan orang tuanya dengan Kinasih, teman masa kecilnya. Hati Lail bimbang karena ia merasa belum siap untuk menikah. Lebih-lebih, Lail justru jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Layla. Meski belum kenal betul, entah kenapa Lail merasa bahwa Layla adalah belahan jiwanya.
Akan tetapi, benarkah demikian?
Layla tak menceritakan melodrama sejoli yang jatuh cinta, bukan pula kisah pencarian cinta yang berujung lara, melainkan semacam pengantar bagi pembaca untuk memahami ragam cinta beserta konsekuensinya. --K.H. Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama Republik Indonesia.