“Kak, berapa lama kau pergi?” tanya Bunda di meja makan.
“Dari surat edara dan susunan acaranya sih 3 hari 2 malam Bund.” jawabku sembari mengunyah makanan yang ada di dalam mulutku.
“Jadi, nanti Ayah jemput kesana kapan?” sahut Ayah.
“Sepertinya hari minggu, untuk jamnya nanti Fitri Kabari lagi ya.”
“Untuk barang bawaan semuanya sudah disiapkan kak?” tanya Bunda lagi mengingatkan apa -apa saja yang harus dibawa.
“InsyaAllah sudah semua Bund, kalau begitu Fitri berangkat ya. Takut ketinggalan bus nanti hehe….”
“Yasudah ayo jalan. Aura, ayo berangkat!” ucap Ayah setelah selesai sarapan.
“Bye Bunda, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, hati-hati semuanya. Kak, jaga diri baik-baik ya!”
Jarak rumahku ke sekolah terhitung tiga puluh menit, belum macet dan lampu merahnya. Jika ditotal semuanya sekitar empat puluh lima menit. Setiap hari Ayah mengantarku karena jalan ke kantornya searah dengan sekolahku dan sekolah adikku. Aura masih kelas lima SD, sebentar lagi dia naik ke kelas enam dan pergi ke SMP. Usiaku dengannya terpaut enam tahun, karena Bunda yang masih trauma dengan operasi caesar saat melahirkanku dulu.
Tiba saat yang dinantikan, hari ini kita berangkat Kunjungan Industri. Ada 12 bus dan sudah sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan masing-masing. Entah dengan siapa saja di dalam bus nanti, pokoknya aku akan tetap duduk bersama dengan Icha. Rencananya untuk jurusan Akuntansi dan TKJ akan pergi ke pabrik percetakan koran dan majalah, pabrik mie instan, dairy land dan hand made pernak-pernik dari mutiara. Sedangkan dua jurusan lainnya pergi dengan lajur yang berbeda, tetapi tetap dipertemukan di magelang untuk liburan.
Seluruh bus sudah parkir di halaman sekolah, semuanya sudah siap untuk berangkat. Begitupun juga denganku dan semua murid yang ada di lapangan sekolah ini. Pak Bambang yang sudah berdiri diatas mimbar kecil di tengah lapangan mengumumkan penumpang bus satu sampai dengan enam. Semua sudah tersusun rapi di dalam lembaran kertas yang ada di tangan kanannya.
“Bus 1, untuk grup A kelompok 1 sampai dengan kelompok 10, selanjutnya masih digrup yang sama ada kelompok 11 sampai dengan 22.…” ucap Pak Bambang membacakan pembagian bus.
Kelompokku mendapatkan bus dinomor enam, karena memang kemarin kita paling terakhir pengumpulan nama. Tapi tidak apa, karena ada hal lain yang membuatku senang, dengan begitu aku bisa satu bus dengan Yosua, meskipun tetap harus dengan Amanda. Aku harus mencari tahu apakah benar ada apa-apa di antara mereka berdua, walaupun aku tidak mempercayai itu tetapi tetap saja aku harus membuktikannya sendiri.
Kita berempat menempati kursi nomor lima dari belakang, awalnya Amanda menyuruh kita duduk bertiga lantara dirinya hendak mengajak Yosua duduk bersama, tapi untung saja Arya mengajaknya duduk berdua dengan dirinya di kursi tepat di belakang kursiku dan Icha. Sedangkan Amanda dan Debi duduk di depan kami. Aku sangat beruntung kali ini, bisakah setiap saat bisa berdekatakan dengannya seperti ini, aku sangat menantikannya.
Satu persatu bus berangkat termasuk dengan bus yang kami tumpangi, perjalanan menuju lokasi pertama sudah dimulai. Saatnya menikmati pemandangan sebelum sampai ketujuan. Semuanya masih semangat, selesai berdoa untuk perjalanan kita semua terhibur dengan karaoke yang disediakan di dalam bus ini. Seperti biasa hanya anak-anak yang famous yang bisa dengan percaya diri melakukan hal-hal seperti itu. Semuanya sangat terhibur di perjalanan, dan tidak terasa sebentar lagi akan sampai pabrik percetakan.
“Semuanya turun, harap pelan-pelan jangan berebut ya! Nanti di dalam kita akan dijelaskan oleh salah satu seorang pemandu yang sudah lama bekerja di Perusahaan ini, dan tugas kalian semua adalah merangkum apa saja yang sudah dijelaskan oleh beliau untuk dijadikan sebuah proposal. Paham semuanya?” ucap Pak Danang selaku penanggungjawab grup A, beliau menjelaskan mengenai semua tugas yang harus kita lakukan untuk mendjadikannya sebuah proposal kegiatan yang akan dianggap sebagai nilai akhir kelas sebelas.
“Baik, selamat siang adik-adik semua. Perkenalkan saya Hanung, yang akan menemani study kalian disini. Untuk itu saya mohon kerja samanya ya, terima kasih.” ucap Pak Hanung selaku pemandu kita.
“Cha, kau sudah siapkan kameranya?” tanyaku kepada Icha yang sudah sibuk dengan kamera di tangannya.
“Selesai, aku akan memotret setiap moment dari perusahaan ini. Siapa notulennya?” ucap Icha dan kembali bertanya.
“Bukankah kita semua harus menjadi notulen ya?” tanya Debi dengan wajah polosnya.
“Iya benar, tidak apa biarkan Icha menjadi fotografernya kali ini.” jawabku sembari tersenyum kecil kepada Debi dan melanjutkan langkahku menyusul yang lainnya.
“Jika tadi aku tidak mengajakmu duduk bersama denganku, apa kau mau duduk dengan Amanda Jo?” samar kudengar dari belakangku, ucapan Arya menanyakan sesuatu kepada Yosua. Sayangnya jawaban yang ingin ku dengar itu tidak keluar dari mulutnya, aku yakin dia pasti hanya menjawabnya dengan senyuman saja. Padahal aku benar-benar ingin mendengarnya.