Saat aku tersadar dari tidurku dengan perut yang masih menusuk, kulihat semua ranjang sudah terisi penuh. Mereka semua sudah kembali, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 00.18 WIB. Tapi ada apa dengan perutku ini masih menyiksaku, aku lupa tidak membawa obat penghilang nyeri. Akhirnya aku berinisiatif untuk pergi keluar mencari apotek atau toko kelontong yang masih terjaga hingga malam hari.
Aku berjalan menyusuri jalanan yang begitu sepi dan sunyi, aku melihat segerombolan anak laki-laki yang masih terjaga di dalam salah satu kedai di sana, mereka tengah mengobrol dan bercanda dengan senang. Tidak sepertiku yang harusnya menikmati hari ini dengan senang justru berakhir seperti ini.
“Awh….” rintihku dan menghentikan langkahku sebentar masih dalam keadaan memegang perut.
“Sedang apa kau disini?” ucap seseorang bertanya kepadaku.
“Yosua?” ucapku lirih, samar kulihat orang itu. Tapi aku yakin bahwa itu adalah suara Yosua. Dan tidak lama akupun tak sadarkan diri, entah siapa laki-laki yang ada disana bersamaku saat itu.
Ketika aku membuka mataku perlahan, semuanya sangat terang. Penuh dengan warna putih, dimana ini apa yang telah terjadi tadi. Kulihat seseorang duduk dan menidurkan kepalanya di samping ranjangku, sembari memegang tanganku dia tidur dengan sangat pulas. Yosua, benar dialah yang menemuiku semalam. Untung saja Yosua yang menemukanku, jika bukan apa yang sudah terjadi denganku kali ini.
“Terima kasih, aku senang itu kau. Bagaimana aku bisa mengatakannya kepadamu, aku terlalu gugup karena perbedaan kita. Tapi aku benar-benar menyukaimu, apa tidak bisa kau seiman denganku saja, Yosua?” ucapku lirih sembari memberanikan diri mengusap kepalanya dengan lembut, dan membuatnya tidak lama kemudia terbangun dari tidurnya, menatapku dan tersenyum manis. Ingin sekali rasanya merangkup wajahnya yang manis itu dan menciumnya, apa aku sudah gila.
“Kau sudah sadar? Apa kau baik-baik saja?” ucapnya bertanya.
“Aku baik-baik saja, terima kasih sudah menolongku tadi.” jawabku sembari mengucapkan terima kasih atas kebaikannya.
“Tentu saja, kalau begitu istirahatlah dulu disini. Aku akan kembali ke penginapan.” ucapnya yang tidak lama bergegas dari duduknya.
“Tidak bisakah kau menemaniku disini saja? A-aku takut sendirian.” ucapku menyelatnya dengan cepat. Membuatnya tersenyum dan kembali duduk di kursi.
“Baiklah, kita habiskan cairannya. Lepas itu kita kembali ke penginapan, sudah tidurlah lagi.” senang sekali melihatnya sangat mempedulikanku, degan begini aku bisa sembuh dengan cepat.
***
Setelah menghabiskan cairan di klinik, kita kembali menuju penginapan. Tidak jauh hanya sekitar 5 menit dari sini, kita berdua berjalan menyusuri jalanan yang masih gelap, karena masih jam setengah empat. Kita harus segera kembali sebelum semuanya khawatir karena mengetahui pasukannya hilang.
“Sekali lagi terima kasih sudah mau menemaniku.” ucapku mencairkan suasana. Dan lagi-lagi aku hanya mendapatkan jawaban sebuah senyum manis dari bibirnya yang menawan itu.
“Yos.” sesaat aku menghentikan langkahku meninggalkan Yosua yang masih berjalan di depanku. Aku memberanikan diriku kali ini untuk bisa jujur dengannya. Yosua yang ikut menghentikan langkahnya dan berbalik arah melihatku masih dengan senyumannya itu.
“Maaf sebelumnya, tapi aku menyukaimu. Dari awal aku bertemu denganmu hingga sampai detik ini, aku sangat menyukaimu.” ucapku sedikit berteriak. Kali ini Yosua terrdiam sambil menatapku dengan sangat serius, aku takut jika dia menolakku.