“Bulan depan kalian sudah mulai ujian Nasional, Bapak ingin kalian lebih fokus lagi dalam belajar. Jangan sampai kalian mendapatkan nilai yang buruk, paham semua?” ucap Pak Danang selaku wali kelasku di kelas dua belas ini.
Tidak terasa sebulan lagi ujian Nasional dimulai, semuanya sangat fokus dengan apa yang akan diujikan begitu juga dengaku dan Icha. Bahkan sepulang sekolahpun masih ada pelajaran tambahan khusus untuk kelas akhir. Mata pelajaran kejuruan yang akan diujikan membuatku takut karena selama ini hanya bisa menyalin jawaban dari Icha dan teman-teman lain saja, lalu bagaiamana dengan ujiannya nanti. Apa yang akan ku tuliskan di disana, tidak mungkin aku menyalin jawaban dari teman-teman pasti akan sangat susah.
“Sendirian saja?” tanyaku setelah mengetahui Yosua berjalan di dekat koridor kelasku.
“Hai Fit!” sapa Arya yang tiba-tiba datang menyusul langkahku dan Yosua.
“Oh hai!” ucapku menyapanya dengan gembira.
“Mau kemana?” tanya Arya.
“Ke kantin.”
“Bukankah kantin ke arah barat?” ucap Arya yang membuat Yosua tersenyum melihat kelakuanku yang seperti orang bodoh di depannya.
“Ah benar, aku ingin ke kamar mandi dulu. Bye!” jawabku dan berhenti di depan kamar mandi yang kita lewati.
Akhirnya aku bisa melihat senyumnya lagi, walaupun sikapnya semakin dingin kepadaku. Tapi aku lihat dengan jelas bahwa dia tersenyum melihat kelakuan konyolku tadi. Sebulan saja, waktuku hanya sebulan untuk mendekatinya. Jika memang gagal, maka aku harus benar-benar menyudahi perasaanku dan melupakan semua tentang Yosua. Pangeran pujaan hati dengan senyum termanis yang pernah kulihat.
Dan seperti biasa, aku pergi ke kantin bersama dengan Icha, masih penuh dengan banyak siswa disini tetapi aku tidak melihat Yosua. Kemana dia pergi, apa dia sudah kembali ke kelasnya, sedangkan teman-temannya masih disini semua.
“Hai cantik!” bukannya Yosua, yang ada hanya Vino yang menyapaku. Membuatku malu karena semua orang ikut menoleh kearahku.
“Ayo kita ke kelas saja Cha.” ucapku berniat mengajak Icha kembali ke kelas.
“Hei, kenapa kembali? Kemarilah, bergabunglah bersama kami.” ucap Vino sesaat menghampiriku dan Icha, dia tidak membolehkan kami untuk kembali dan malah menggandeng tanganku membawaku pergi duduk bersama dengan teman-temannya disana.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan!” ketusku sembari memikirkan cara untuk melepaskan tanganku dari genggaman Vino.