LDR (Long Distance Religionship)

A Story by Fidnaa
Chapter #10

Perpisahan

Malam itu pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi, aku yang tidak mempunyai nyali untuk membukanya justru kuberikan kepada Aura untuk melihatkan hasilnya. Dan yang benar saja, namaku tertera di salah satu Universitas yang ku inginkan selama ini di kota Semarang. Dengan perasaan riang gembira aku menghubungi Icha dan memberitahukannya bahwa temannya ini berhasil masuk kesana dengan jalur prestasi. Tentu saja Icha juga ikut gembira mendengarnya.

Saat yang dinantikan telah datang, pesta perpisahan akan digelar hari ini di sekolah. Aku sudah pesan bangku di paling depan dekat dengan backstage agar bisa melihat dengan jelas acara yang sudah dipersiapkan dengan matang oleh adik-adik kelasku yang dulu juga ku siapkan dengan sangat baik. Kali ini ada sebuah drama yang dipersembahkan, lain dari tahun-tahun sebelumnya yang tidak menyajikan sebuah drama.

“Apa kau ingin, dulu kitalah yang ada di atas panggu itu. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu.” ucapku mengenang betapa begitu cepatnya waktu berputar.

“Kau benar, baru saja kita bisa berteman dan sudah harus berpisah seperti ini.” ucap Icha sembari menyenderkan kepalanya dibahuku.

“Kalian disini?” tanya Arya sesaat ketika mengetahui keberadaanku dan Icha yang duduk di depannya. Dia disini bersama dengan Yosua dan Vino, sedikit sungkan berada disini bersama dengan mereka yang menyebalkan dan satu lagi yang kusukai. Aku senang melihat Yosua lagi, bisa jadi ini adalah hari terakhir kita bertemu. Sedangkan Vino yang selalu menggodaku, aku justru sangat senang bisa berpisah dengannya.

Time fast so flies….” ucap Vino dengan tiba-tiba dan merangkul Yosua yang duduk di sebelahnya.

“Ayolah, ini sudah diakhir. Harusnya kalian berdua bisa menentukan ending apa yang akan kalian pilih, bahagia atau mungkin berlumuran air mata? Haha, hei! Aku hanya bercanda, jangan terlalu serius begitu.” ucapnya lagi yang membuat kami semua benar-benar ingin membungkam mulutnya.

“Tidak akan ada yang berakhir-” ucap Arya.

“Kenapa? Oh tidak, aku melupakan pemeran keduanya.” ucap Vino, kali ini dia menggoda Arya.

“Sudah diamlah! Apa kau tidak bisa menikmati acaranya saja.” sahut Yosua dengan ketus. Baru kali ini aku mendengarnya berbicara keras seperti itu. Vino memang sangat keterlaluan, apa sebenarnya yang dia inginkan. Tidak bisakah manusia seperti itu tidak perlu ada saja di dunia ini.

Kami semua menikmati pertunjukan dengan khidmat, hampir setengah hari kita dimanjakan oleh pentas-pentas yang disajikan di depan. Tidak lama kemudian, Yosua berdiri dari duduknya dan meninggalkan acara. Dia berjalan menuju Koperasi sekolah, tidak bukan itu tujuannya aku tahu kemana dia akan pergi. Gereja sekolah yang terletak di dekat Koperasilah tujuannya pergi, ada apa disana, kenapa dia pergi kesana. Apakah ada sesuatu yang membuatnya lebih bahagia disana.

Dari jarak tiga menit aku mengikutinya dan perlahan-lahan melihatnya masuk ke dalam Gereja. Menggenggam kedua tangannya dan mulai memejamkan matanya, dia memang sangat patuh kepada Tuhannya sampai-sampai tidak mau berkencan. Disaat seperti ini saja dia masih memikirkan Tuhannya, bagaimana bisa dia jika nanti berkencan denganku.

“Apa kau mengikutiku?” ucap Yosua yang masih memejamkan matanya, tanpa menoleh kearahku sedikitpun dia sudah mengetahui keberadaanku disini.

Lihat selengkapnya