Pagi itu, Yasmin berlari-lari kecil menuju kantornya, masih setengah sadar setelah begadang semalam mengerjakan laporan. Kopinya belum sempat diminum, tapi ia sudah dikejar-kejar deadline. Begitu sampai di meja kerjanya, ia langsung disambut oleh tiga sahabatnya, Mira, Maya, dan Danu, yang sudah siap dengan gosip terbaru.
"Min! Kamu tau nggak? Tadi Bu Imel ngamuk lagi!" Mira terkikik sambil menepuk pundak Yasmin.
Yasmin yang masih menguap langsung segar seketika. "Serius? Kali ini gara-gara apa? Printer nge-lag lagi? Atau AC di ruangannya kurang dingin setengah derajat?"
Maya menutup mulutnya menahan tawa. "Lebih parah! Dia ngamuk gara-gara teh manisnya kurang manis. Katanya, ini teh atau air mata mantan?!"
Danu langsung ngakak. "Astaga, teori baru nih. Kalo teh kurang manis, rasanya kayak air mata mantan! Bisa dicatat nih buat quotes Instagram."
Belum selesai tawa mereka, tiba-tiba terdengar suara sepatu hak tinggi menghentak lantai. Semua langsung diam. Dari kejauhan, Bu Imel berjalan mendekat dengan wajah yang, seperti biasa, jutek maksimal. Wanita Batak yang terkenal tegas ini memang tak pernah gagal membuat seisi kantor gemetar.
"Mbak Yasmin, laporan minggu lalu mana? Kenapa masih belum di-email ke saya?" tanyanya dengan nada tegas.
Yasmin yang baru duduk langsung kaku. "Eh? Sudah saya kirim, Bu. Kemarin sore. Mungkin masuk ke spam?"
Bu Imel mengangkat alis. "Spam? Saya ini bos kamu, Yasmin, bukan promo diskon pizza!"
Danu langsung pura-pura batuk untuk menahan tawa.
"A-aku cek lagi ya, Bu." Yasmin buru-buru membuka laptopnya. Mira, Maya, dan Danu saling menahan tawa di belakangnya.
Saat jam istirahat tiba, mereka akhirnya bisa bernapas lega. Di kantin, mereka duduk sambil membahas kejadian tadi pagi.
"Bu Imel tuh ya, serem banget, tapi kadang ada aja kelucuannya," kata Maya sambil mengaduk es tehnya.