LDR

Bentang Pustaka
Chapter #3

Chococherry Chocolate: Tanpa Kuceritakan, Ia Sudah Tahu

Malam ini, untuk kali keseribu aku memelototi ponselku sambil merapalkan mantra, “Telepon, dong, Marvel!” Tak begitu manjur ternyata. Hingga hampir tengah malam ponselku masih gagu. Beberapa­ kali panggilan telepon justru dari Carlo. Aku sengaja­ tidak mengangkatnya­ hanya untuk berjaga-jaga kalau Marvel­telepon, seperti orang yang belum tahu fitur nada sela sudah ditemukan.

Apakah mungkin sekarang ia juga sedang menunggui telepon, sepertiku yang begitu ingin meneleponnya, tapi tidak berani? Ah …, kenapa juga aku tidak berani? Marvel, kan, pacarku. Kurasa jika aku tidak menghubunginya duluan, pasti tidak akan ada yang memulai. Seperti sepasang kaki yang berjalan. Tidak akan ada langkah kalau keduanya diam saja. Satu kaki melangkah maju lebih baik, ia akan menarik kaki lainnya untuk mengikutinya.

Dengan nekat kupencet nomornya. Semoga kali ini ia benar-benar melupakan ocehan norak tempo hari karena Carlo.

“Halo,” jawaban suara di seberang sana membuatku terce­ngang. Darah berdesir tak beraturan, membuat lidahku kelu.

“Halo …,” katanya lagi.

Masalahnya, itu bukan suara Marvel, melainkan suara pe­ rempuan yang seperti sedang sakit tenggorokan.

“Marvel ada?” tanyaku waswas.

“Marvel lagi di kamar mandi.”

Sepertinya darah macet di suatu tempat dalam tempurung kepalaku­. Aku tidak bisa memikirkan jawabannya. Bahkan, untuk pertanyaan­ balik saja, otakku tidak mampu membuatnya.

“Ada pesan atau mau telepon lagi nanti?” tanyanya lancar. “Mmm … nanti telepon lagi,” kataku sambil buru-buru menutup teleponnya. Ini sungguh tidak lucu. Kenapa aku tadi tidak bertanya siapa dia hingga bisa memegang benda personal sepenting ponselnya Marvel? Kalau dia itu Shera, berarti dia benar-benar bekicot.

Esok paginya aku langsung mencecar Marvel. Bagaimanapun, aku pacarnya dan aku punya hak untuk bertanya siapa perem-puan yang tadi malam menjawab teleponnya.

“Memang tadi malam kita semua lembur untuk persiapan pameran jamur. Tadi malam itu memang Shera yang ngangkat karena aku lagi di toilet. Udah, ya, aku lagi meeting,” katanya berbisik dengan backsound orang sedang presentasi.

Bagaimana mungkin aku hidup dengan ketidakpastian sementara Marvel mendengarkan presentasi tentang pameran jamur.

“Kenapa Shera yang ngangkat? Emang nggak ada orang lain? Memangnya lembur cuma berdua?” cecarku.

Lihat selengkapnya