Lea Perempuan Iblis

Mohamad Novianto
Chapter #2

Dua Minggu Kemudian

Hari ini Devan ada janji makan siang dengan tunangannya. Mereka makan di kantin di universitas ternama. Tunangan Devan adalah mahasiswi S2 Kedokteran. Dari tadi wanita berbaju blazer itu tak berhenti bercerita tentang tesisnya pada Devan sembari lahap menyantap makan siangnya. Devan berusaha memperhatikan tunangannya bicara. Mata Devan memang mengarah ke wanita berkaca mata itu, tapi pikirannya tidak kesana.

Sudah dua minggu ini, hampir setiap hari Devan menelpon bapaknya. Dia selalu ingin tahu kabar perempuan yang ditemukannya jadi mayat waktu itu. Perempuan yang hidup kembali saat Devan memeriksa mayatnya dua minggu yang lalu. Saat itu Perempuan itu begitu histeris sampai Devan harus menelpon bapaknya. Bapak Devan adalah dokter psikiatri yang punya klinik di luar kota.

"Beb, aku ke toilet bentar ya," kata Devan.

"Iya, aku mau pesen minum dulu," balas tunangannya.

"Ok ...," kata Devan buru-buru beranjak menuju toilet.

Dengan langkah cepat Devan meninggalkan bangkunya tapi dia tidak menuju toilet. Devan mencari tempat yang sepi di pinggir taman dan buru-buru mengeluarkan ponselnya. Lalu dia menghubungi nomor bapaknya.

“Halo Pa, gimana perempuan itu kondisinya?” Devan langsung tanya begitu ponselnya tersambung.

“Mmmm kondisinya sudah mulai stabil. Hari ini pengobatannya sudah dihentikan tapi masih di ruang isolasi …,” suara bapak Devan serius di saluran lain,” Dia masih trauma untuk keluar ruangan. Masih perlu terapi ....”

“O, ok Pa,” jawab Devan," Dia sudah bisa diajak bicara?"

"Belum ...."

"Pa, kalau dia sudah bisa bicara, segera kabari ya."

"Ok pasti ...."

Lalu Devan memutus sambungan telponnya dan menghubungi nomor lain. Dia mencoba mengontak temannya yang polisi.

"Halo Dok, tumben lo nelpon," jawab teman Devan yang polisi,"Ada angin apa nih ...."

"Halo Bro .... Gini Bro, tahu mayat perempuan yang lo bawa kan?" Devan menjelaskan,"Lo ada nggak data-data mayat itu?"

"Waduh Dok ..., gimana sih lo .... Namanya juga mayat antah barantah, data-datanya ya dianggap nggak ada lah ...."

"Mmmm gitu ya Bro .... Kalau namanya tahu nggak lo?"

"Emang penting banget ya Dok? Mayatnya sendiri udah dipakai?"

"Udah ..., udah dipakai sama mahasiswa S2 ...," Devan berusaha bohong.

"Nah, terus ngapain lo Dok mau tahu namanya .... Mmm gue tahu ..., gara-gara cantik ya orangnya ...."

"Ngaco lo .... Berarti emang nggak ada datanya ya ...."

"Gini-gini Dok .... Jangan baper gitu dong .... Kalau cuman namanya doang gue bisa cari tahu .... Tapi bukan berarti nggak ada biayanya .... Biaya operasional pasti ada lah ...."

"Ok berapa? Yang penting ada datanya ...."

"Ok, ntar gue cariin ...."

"Ok ...."

Devan pun memutus sambungan telponnya.

***

Dua hari kemudian ada acara ulang tahun tunangan Devan di sebuah cafe. Semua teman dan kerabat datang tak terkecuali Devan. Kue tart ada di meja dan semua orang mengitarinya dengan menyanyikan lagu happy birthday. Di tengah riuh orang bernyanyi dan tepuk tangan, ponsel Devan bergetar. Saat Devan keluarkan ponsel, ternyata ada panggilan dari temannya yang polisi. Buru-buru Devan beranjak dari tempat itu. Sembari berjalan cepat Devan mengangkat ponselnya.

"Halo Bro .... Gimana ada kabar?" tanya Devan langsung begitu tersambung dengan penelponnya.

"Halo Dok .... Berisik banget di tempat lo," teman Devan komplain tidak jelas mendengar suara Devan.

"Bentar ..., bentar," Devan pun cepat-cepat mencari tempat yang sepi.

Devan berjalan keluar cafe dan menyusuri trotoar. Di dekat tempat sampah dia berhenti.

"Sekarang gimana?" tanya Devan.

"Ok ..., sudah ok Dok ...," jawab teman Devan.

"Ok ..., jadi gimana Bro? Udah dapet datanya?"

"Udah lah Dok ..., kalau cuma nama doang gampang lah itu," kata teman Devan sembari terkekeh,"Tapi gini lho Dok ..., Lo jangan terkecoh sama body perempuan itu ya .... Dia itu ternyata masih SMA .... Gue dapet datanya dari sekolahan dia .... Dan ternyata adiknya juga sekolah di situ ...."

"Iya, iya .... Jadi siapa namanya?" tanya Devan tidak sadar.

"Sabar lah Dok ...," kata teman Devan tertawa-tawa,"Namanya Lea .... Adiknya namanya Lita .... Sebenarnya ada adiknya lagi yang masih sekolah di SMP deket situ juga, kalau lo mau namanya juga, gue bisa tanyain ..., tapi beaya operasional yang kemarin masih kurang Dok ...."

"Nggak, nggak .... Itu udah cukup," jawab Devan cepat,"Lo WA aja beayanya, ntar gue transfer ...."

"Ok siap Dok ...."

"Ok ...," Devan pun menutup sambungan teleponnya.

Lihat selengkapnya