Lea Perempuan Iblis

Mohamad Novianto
Chapter #3

Lea atau Devi

Lea memandangi Devan lama. Dokter muda ini memintanya untuk menemani beli baju.

"Please Devi, aku suka nggak pede kalau milih baju sendiri," pinta Devan.

Lea ingin mengatakan sesuatu, tetapi lidahnya kelu.

"Please Devi ...," sekali lagi Devan memohon.

"Aku ..., aku nggak bisa Devan .... Maafin aku," kata Lea terbata.

Devan tahu, Lea tidak berani untuk keluar rumah karena trauma dengan apa yang telah menimpanya. Dan karena itulah kenapa sekarang dia menjadi Devi.

"Ok ..., kalau nggak, temenin ngisi bensin deh sebentar," kata Devan,"Lagi bete nih ...."

"Bete kenapa?" tanya Lea mencoba menanggapi Devan di tengah kebimbangannya.

"Biasa ..., lagi ada masalah sama tunanganku ...," kata Devan polos,"Gimana ..., mau kan temenin aku bentar?"

Lea pun mengangguk ragu.


Badan Lea mulai gemetar saat Devan hendak membuka pintu depan. Dia menghentikan langkahnya sebentar. Devan memandangi Lea dengan senyumnya, mencoba menenangkan gadis yang wajahnya sekarang terlihat pucat. Devan melihat Lea begitu susah untuk menggerakkan kakinya begitu melihat pintu terbuka. Devan pun mengulurkan tangannya. Sejenak Lea hanya memandangi tangan Devan.

"Pegang tanganku Devi," kata Devan pelan,"Sekali kamu pegang tangan aku, tidak akan ada sesuatu yang akan terjadi sama kamu ...."

Lea pun pasrah menyambut tangan Devan. Lalu Devan pelan menuntun perempuan yang masih terlihat bimbang ini masuk ke mobilnya. Saat Devan menjalankan mobil, Lea masih kaku beringsut di tempat duduknya. Devan pun dengan keramahan senyumnya mulai mengajak Lea bicara. Devan mulai bercerita tentang masa kanak-kanaknya hingga masa remaja, sampai kini dia menjadi dokter. Pelan Lea mulai merasa nyaman di atas tempat duduknya. Tanpa menengok, Lea bisa melihat wajah Devan. Sesekali dia amati wajah laki-laki yang ceria ini. Semakin lama dia amati wajah laki-laki itu, Lea merasa semakin nyaman.

"Kamu masih bete?" tanya Lea mencoba bertanya karena dari tadi dia hanya diam mendengarkan.

"Maksud kamu?" Devan tanya balik.

"Yah ..., katanya tadi kamu bete sama tunangan kamu ...," Lea merasa pertanyaannya lancang. Tapi hanya itu yang bisa membuatnya berbicara dengan laki-laki di sebelahnya.

"Oh ..., itu ...," kata Devan santai,"Iya biasalah kalau orang pacaran ...."

"Kamu mencintai tunangan kamu?" tanya Lea lagi.

Devan melirik Lea sebentar. Dia agak kaget dengan pertanyaan perempuan yang posisi duduknya sudah terlihat nyaman.

Lihat selengkapnya