Learn to Fall in Love

Melaningsih
Chapter #2

Chapter 2

"Kami berangkat dulu ya." Thomas dan Adimas bersiap berangkat ke Australia. Mereka semua berdiri di depan rumah. Mengantar kepergian dua kepala keluarga untuk mengembangkan bisnis di negeri tetangga.

"Jaga diri ya sayang. Ayah akan sering menelepon." Adimas memeluk putrinya sekali lagi. Sangat berat baginya meninggalkan Juliette. Karena baginya, Juliette adalah hartanya yang paling berharga. Selama ini mereka tak pernah terpisah jauh.

Juliette mengangguk mengerti. "Ayah juga harus jaga kesehatan ya."

"Nathan." Kali ini Thomas yang berbicara. "Kamu menjadi lelaki tertua di rumah selama ayah pergi. Jadi jagalah ibu dan adit dengan baik. Terutama Julie, dia belum familiar dengan daerah ini. Kamu harus bersikap baik, okay?"

"Baik ayah." Nathan menjawab setengah terpaksa. Dia tidak setuju dengan bagian, menjaga Juliette! Siapa dia sampai aku harus menghabiskan waktuku untuk menjaganya?

"Baiklah, sudah saatnya kami pergi. Take care." Dan Akhirnya mereka masuk ke mobil. Adimas dengan berat hati melambai kepada putri tercintanya.

***********

Juliette duduk termenung di kamar barunya. Kamar ini tadinya ruang baca keluarga Terrence. Karena tante intan tidak tega membiarkan Juliette tidur di kamar tamu lantai satu sendirian, akhirnya kamar baca itu di sulap menjadi kamar tidur.

Juliette menarik nafas panjang. Meski terlihat kuat, dia sebenarnya sedih harus berpisah dengan ayahnya. Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya di dunia ini. Sekarang mereka harus terpisah. Rasanya seperti ada yang direnggut paksa dari hatinya.

"Stay safe ayah." Juliette mengusap foto keluarga yang tinggal satu-satunya. Hanya foto itu yang tersisa. Foto keluarga saat ibunya masih hidup. Foto yang lain sudah hangus di bakar saat ayahnya depresi sepeninggalan ibunya.

"Ahh, sekarang saatnya menata barang bawaanku." Juliette bangkit dari duduknya dan membongkar barang bawaannya. Baju-baju dia tata dengan rapi di lemari yang sudah disediakan. Buku-buku koleksinya dia tata di rak dinding kecil yang tergantung rendah di samping tempat tidur. Benda-benda lain dia tata di tempat yang menurutnya paling cocok. Dalam sekejap kamar itu sudah menjadi tempat yang nyaman bagi Julie.

Entah berapa lama keluarga Terrence menyiapkan kamar itu. Bahkan cat temboknya sudah disesuaikan dengan warna kesukaan Juliette. Warna yang hangat seperti matahari. Orange....

Juliette merebahkan dirinya di ranjang. Meski terasa sangat nyaman, tempat baru selalu memberi perasaan 'mengganjal' yang sangat tidak menyenangkan. Kekhawatiran akan hari yang akan datang sangatnya mengganggunya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan di pintu. Juliette terkejut dan serta merta bangun dari posisi nyamannya. Bergegas dia membuka pintu kamar. Dan terlihatlah tante Intan berdiri di ambang pintu membawa nampan berisi camilan dan minuman dingin.

"Bagaimana kamarnya? Kamu suka?" Tante intan mengambil duduk di kursi di dekat jendela. Dia menempatkkan nampannya di meja.

"Suka tante. Jendelanya lebar jadi kamarnya sangat terang. Ah dan... Apakah tante sengaja mengecat ulang kamar ini untukku?" Julie duduk di kursi satunya di samping meja. Mengambil camilan yang terhidang tanpa rasa sungkan. Dia sangat menyukai keluarga Terrence. Karena mereka selalu menganggapnya bagian dari keluarga. Ya.. setidaknya itu dulu...

Lihat selengkapnya