*Author pov*
Seorang murid perempuan berjalan di koridor sekolah. Pandangannya mengamati dengan seksama lingkungan yang kini masih asing baginya. Tidak ada murid berlalu lalang, karena sekarang sudah masuk waktu belajar mengajar.
Dia sedang mencari ruang kepala sekolah. Dari arahan penjaga keamanan yang dia tanyai, seharusnya ruang kepala sekolah ada di ujung koridor ini. Dan ternyata benar, disana dia menemukannya.
Di tembok terpampang inisial dan logo sekolah. Mandala Senior High School, The First School of Art in Indonesia. Sekolah ini biasa disebut SMA Mandala. SMA pertama di Indonesia yang menyediakan kurikulum tambahan di bidang seni pertunjukan. Ada seni peran, seni musik, seni vocal, seni modelling, dan seni tari.
Setelah berbasa-basi dengan kepala sekolah, kini murid perempuan itu diantar ke ruang kelas barunya. Kelas 10-3. Dari penjelasan kepala sekolah, kelas itu termasuk kelas unggulan. Banyak anak berbakat di dalamnya. Diantara kelas lain, kelas itulah yang paling multi kultural. Kelas itu dihuni siswa dari berbagai kalangan. Anak orang kaya, anak beasiswa, anak artis, model remaja, bahkan penyanyi muda. Meski begitu, selama semester awal kelas ini bisa rukun tanpa ada permusuhan antara si kaya dan si miskin. Kepala sekolah sangat membanggakan kelas tersebut.
Murid itu hanya bisa takjub mendengar penuturan kepala sekolah. Dia hanya bergumam dalam hati, mungkin kemarin adalah hari terakhir kelas itu akan damai dan tenteram. Dengan masuknya dia ke kelas itu, pasti akan ada kontra di dalamnya. Apalagi alasan dia masuk kelas itu, hanya karena kelas itu yang belum penuh, ada seorang murid yang pindah ke luar negeri.
Sang murid baru sedikit gugup. Ini adalah kali pertama dia masuk sekolah lagi setelah liburan semester. Bahkan dua bulan sebelum liburan dia sudah tidak masuk sekolah karena DO. Selama dua bulan itu, dia pergi liburan dan menghabiskan waktu di rumah. Keluarganya melarang dia pergi ke sekolah sebelum berita buruk tentangnya mereda. Hal itu bukanlah hal sulit bagi keluarganya. Uang bisa mengatur semuanya.
Penyebab utama murid baru itu pindah ke sekolah ini bukanlah kepindahan dengan alasan yang baik. Dia didepak dari sekolah lamanya akibat tuduhan pengrusakan fasilitas sekolah yang tidak bisa ditolerir. Dia yakin pasti murid-murid sekolah ini sudah mendengarnya. Alasan ini pula yang membuatnya pesimis akan diterima dengan baik di kelas barunya nanti.
Kepala sekolah mengetuk pintu kelas dengan plang 10-3 di atasnya. Terdengar suara guru mempersilahkan masuk. Dengan sedikit perbincangan, kepala sekolah menyerahkan murid baru pada guru yang sedang mengajar disana.
Setelah kepala sekolah keluar, kelas menjadi hening. Sang murid baru menampakkan wajah datar. Ekspresi yang menunjukkan dia tidak berharap banyak untuk diterima di kelas ini.