Bel istirahat berbunyi. Dama bergegas memasukkan alat tulis ke dalam tasnya. Saat Ms. Yoona keluar dia segera menyusul keluar kelas. Dama ingin pergi ke perpustakaan.
Dama berjalan sendirian di koridor. Tak lupa dia memakai headset agar tidak ada orang yang mengajaknya berbicara. Dengan begitu dia juga bebas mengacuhkan siapapun yang tidak dia suka.
Dama tak berniat bertanya pada siapapun letak perpustakaan. Dia yang semula tersesat kini berbalik menuju lobi utama untuk melihat denah sekolah. Saat pertama masuk tadi dia melihat ada denah sekolah disana. Dama tidak ingin bergantung pada orang lain. Dia bisa melakukan semuanya sendiri.
Perpustakaan terletak di lantai lima. Dama bergegas kesana. Saat menuju lift dia melewati deretan kelas 12. Dia bingung kenapa kelas 12 justru diletakkan di lantai satu, posisinya ramai dengan murid lalu lalang hendak ke kantin. Menurut Dama seharusnya kelas 12 diletakkan di lantai atas agar terbebas dari keramaian dan mereka tenang saat menerima pelajaran. Karena mereka sebentar lagi ujian, jadi butuh ketenangan saat belajar.
Dama memelankan langkah kakinya. Ada seorang murid laki-laki membawa setumpuk buku sedang berjalan di depannya. Murid tersebut oleng dan semua buku yang dibawanya jatuh berserakan.
Dama hendak berlalu saja. Tapi dia kasihan pada murid laki-laki itu. Tidak ada murid lain yang sedang lewat dan bisa membantunya.
Dama berjongkok. Membantu murid laki-laki itu memunguti buku yang berserakan di lantai. Mereka berinteraksi tanpa kata.
Merasa ditatap oleh murid yang dia bantu, Dama akhirnya menoleh. Dia sedikit kaget. Matanya bertatapan dengan mata Leon, murid laki-laki yang dia bantu. Leon juga anggota The Sky, Dama jelas mengetahuinya.
Dama kembali mengambili buku yang berserakan untuk menutupi rasa kagetnya. Leon yang tadi menatap Dama kini ikut membereskannya. Mereka saling diam sampai semua buku selesai dikumpulkan.
"Terimakasih bantuannya," ucap Leon sambil menyatukan buku-bukunya dalam satu tumpukan.
"Mau dibawa kemana?" tanya Dama sambil menatap Leon. Tatapan mata mereka bertemu lagi.
"Perpustakaan," jawab Leon singkat sambil mengangkat tumpukan buku.
Dama ikut berdiri. Dia mengambil sebagian buku yang dibawa Leon. Leon bingung. Dia segera mensejajarkan langkah dengan Dama yang sudah berjalan duluan.
Leon menoleh dan menatap Dama yang ada di sampingnya. Dama merasa sedikit risih ditatap demikian oleh Leon. Dia tahu maksud Leon menatap bingung padanya. "Tujuanku juga ke perpustakaan," ucap Dama sambil masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Leon mengikuti di belakangnya.
Suasana dalam lift hening. Dama dan Leon sama-sama diam. Leon ingin memecah kecanggungan diantara mereka. "Thanks for your help, aku Leon," ucap Leon sambil menoleh pada Dama.
Dama masih tetap diam. Menatap lurus pada tombol lift yang ada di depannya. Leon yang tidak segera mendapat respon Dama kembali menatap ke depan karena merasa terabaikan. "Iya sama-sama. Aku sudah tahu kamu adalah Leon, tidak perlu memperkenalkan diri," ucap Dama tiba-tiba. Tanpa menoleh pada Leon.
"Bagaimana kau tahu?" Leon basa-basi bertanya pada Dama. Leon tahu jika dia sangat mudah dikenali karena tergabung dalam The Sky.
"Nametag. Wajahmu juga familiar," jawab Dama singkat. Mereka berdua saling diam, lagi.
Lift berhenti di lantai lima. Mereka berdua bergegas keluar. Leon yang penasaran dengan gadis yang membantunya kembali membuka suara. "Apakah kau murid baru?" tanya Leon. Dama hanya menjawab dengan kata "Hm" dan anggukan kepala untuk mengiyakan pertanyaan Leon.
Leon menyerah untuk mengajak Dama berbicara. Sepertinya Dama memang membatasi interaksi dengannya. Mereka kembali berjalan tanpa saling bicara.
Mereka sudah tiba di perpustakaan. Leon segera meletakkan buku yang dia bawa di meja petugas perpustakaan. Diikuti Dama di sampingnya. Leon mengurus administrasi pengembalian buku. Sedangkan Dama justru berjalan keluar perpustakaan karena ponselnya berdering.