Udara dingin menyergap manor Jenderal Dong. Di tengah hawa panas menyengat musim panas dan suasana kacau ibukota setelah pemberontakan, manor Jenderal Dong menjadi satu-satunya tempat yang diselimuti udara dingin seperti di musim salju.
Di tengah halaman utama manor sang jenderal, Nyonya Di, Lady Ming Shuwan tengah berlutut. Para pelayan pribadinya pun ikut berlutut di belakangnya.
Sementara Nyonya Tua Dong duduk dengan angkuh di kursinya. Di sampingnya berdiri salah satu selir sang jenderal. Sementara penghuni manor yang lain hanya bisa ikut berlutut di tengah udara yang semakin dingin.
"Nyonya Tua, kenapa udara menjadi semakin dingin? Bukankah ini masih musim panas?" Momi Chen, pelayan setia Nyonya Tua Dong nampak kebingungan dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba.
"Entahlah, apakah mungkin yang mulia kaisar Ao Yu Long menggunakan pedang esnya untuk mengendalikan cuaca? Dan mengapa belum ada kabar berita dari putraku? Bagaimana situasi ibukota saat ini?" Nyonya Tua nampak gelisah.
Ini sudah lewat tengah hari bahkan telah menjelang sore hari. Namun tidak ada kabar berita dari putranya. Berita terakhir di terimanya tengah malam tadi yang mengabarkan para pasukan di bawah kendalinya telah memblokir ibukota. Dan situasi di ibukota di bawah kendali Ibu Suri dan Grand Tutor Gong.
Namun setelah itu tidak ada kabar lagi. Sementara dia pun tidak berani untuk meminta para pelayannya mencari kabar berita terbaru dengan keluar dari mansion. Karena situasi di luar sana sungguh tidak terkendali.
Suasana hatinya pun semakin tidak bagus setelah menantunya, Lady Ming Shuwan, menemuinya. Wanita yang dinikahi putranya beberapa tahun lalu itu, memohon padanya untuk mengampuni pelayannya yang dihukum karena dituduh berniat mencelakai selir kesayangan sang jenderal yang tengah mengandung.
Ini membuat Nyonya Tua marah besar. Dia pun menghukum Lady Ming Shuwan dengan berlutut di halaman utama. Dari pagi hingga menjelang sore hari ini, Lady Ming Shuwan telah berlutut.
Pelayan pribadinya telah dihukum cambuk dan mungkin sekarang gadis malang itu telah tak berdaya lagi. Sementara para pelayan yang lain pun ikut berlutut bersama Nyonya mereka.
Lady Ming Shuwan sejujurnya tidak mengerti situasi yang tengah melanda ibukota. Dalam beberapa tahun terakhir ini dia telah dikurung oleh suaminya, Jenderal Dong Xiu Yue, di halamannya.
Namun hari ini setelah dia mendapat kabar bahwa pelayannya tengah di hukum cambuk, dia memberanikan diri untuk keluar dari halamannya dan memohon pada Nyonya Tua. Namun permintaannya sama sekali tidak digubris. Bahkan dia diperlakukan dengan kasar oleh selir kesayangan sang jenderal.
"Lady Ming Shuwan, apakah kau pikir kau bisa menyelamatkan pelayanmu? Sedangkan menyelamatkan diri dan putrimu pun hampir mustahil kau lakukan?" Selir Yun, mencibirnya saat melihatnya berlutut di depan Nyonya Tua.
"Apa maksudmu Selir Yun? Aku masihlah Nyonya Di, di manor ini. Begitu pun putriku masih putri Di tuan jenderal." Lady Ming Shuwan menatap sang selir dengan heran.
"Nyonya Di? Sebentar lagi jangankan Nyonya Di, gelar selir pun tak pantas untukmu. Apakah kau kira tanpa ayahmu yang seorang perdana menteri kau bisa memasuki manor ini sebagai seorang Nyonya Di?" Selir Yun membuang muka seakan Lady Ming Shuwan adalah hal yang menjijikkan.
"Selir Yun, aku tidak memahami ucapanmu. Aku mengerti, kau sepupu suamiku, adalah selir kesayangannya. Tapi selir tetaplah selir. Dan apa hubungannya dengan ayahku? Apa yang ingin kau katakan padaku Selir Yun?"