Ao Yu Long berdiri menatap orang-orang yang berlutut di hadapannya. Mereka para pemberontak yang hendak melengserkannya dari tahta kekaisaran Kaili.
Kini mereka menjadi pesakitan dan di bawah salju yang turun perlahan namun pasti, berlutut dengan tangan terbelenggu dan menggigil kedinginan. Menunggu kematian menjemput mereka.
Jeritan minta ampun dan tangisan datang dari para wanita dan anak-anak. Terdengar memilukan dan menyayat hati. Namun Ao Yu Long bergeming dan hanya menatap para pemberontak dengan tatapan muram.
Dia lahir sebagai pangeran, sekalipun ibunya hanyalah selir kecil yang tidak memiliki gelar apapun. Namun dia dibesarkan di medan perang.
Darah, luka dan kematian begitu akrab dengan kehidupannya. Baginya saat ini bukanlah malam terkelam dalam hidupnya. Dia telah melewati banyak hal dalam hidupnya dan di Medan peperangan.
Meski saat ini dia tahu nyawanya berada di ujung tanduk, namun itu tidak membuatnya khawatir ataupun takut. Baginya kematian, cepat atau lambat pasti akan datang menjemputnya. Jika bukan karena racun bisa jadi terbunuh di Medan perang atau karena usia tua.
"Yang Mulia, semua sudah sesuai perintah anda." Jenderal Won melapor padanya.
Ao Yu Long hanya melirik sekilas. Dia sudah tidak tertarik lagi untuk berdebat atau berdiskusi dengan siapapun mengenai pemberontakan ini. Bukan suatu hal yang penting untuknya, siapa dan mengapa, yang terlibat ataupun alasan para pemberontak.
Hanya satu yang diinginkannya saat ini, mengeksekusi seluruh pemberontak dan keluarganya hingga tidak bersisa. Dia tidak pernah bertoleransi terhadap pengkhianatan. Tidak akan pernah memberi peluang bibit dendam yang kelak akan tumbuh dan melilit dirinya dan kerajaannya.
Karenanya dia tidak mengampuni satupun anggota keluarga para pejabat, bangsawan hingga prajurit rendahan yang terlibat dalam pemberontakan.
Dia memberlakukan hukuman mati tujuh turunan untuk semua pemberontak tanpa pandang bulu. Dapat dipastikan dalam beberapa hari ke depan ibukota akan menjadi ladang pembantaian besar-besaran.
"Di mana Lady Ming Shuwan?" Ao Yu Long mengedarkan tatapan mata Phoenixnya.
Mencari sosok sang Lady, putri satu-satunya Perdana Menteri Ming Feng Ying dan juga istri sah Jenderal Dong Xiu Yue. Wanita cantik yang sangat sulit dipahami olehnya. Meski mereka bersahabat semenjak masih belia.