Jane ikut duduk disampingnya dengan wajah pucat pasi karena kejadian sebelumnya, mereka berdua bersandar pada batang pohon yang sama.
Ia ikut merasakan kehilangan dan mencoba untuk menenangkannnya setelah kematian Tom. “I’m sorry for your loss, (Aku turut berduka cita atas kehilangamu,)” terang Jane ikut berduka cita.
“You don’t need to, we’re simply doing what we need to do, (Kau tidak perlu, kita hanya melakukan apa yang seharusnya kita lakukan,)” terang John padanya. “Maybe I’ll be the next one, its worth to throwing my own life in order to protect you. (Mungkin saja aku yang selanjutnya, itu cukup bernilai untuk mempertaruhkan nyawaku sendiri untuk melindungimu.) ”
“Why? Why did you doing it? (Kenapa? Kenapa kau melakukannya?)” tanya Jane dengan pelan.
Jane merasa tidak tega jika John harus mengorbankan nyawanya sendiri hanya untuk melindungi orang asing seperti dirinya yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali satu bulan yang lalu, ia melipat kakinya hingga menyentuh dadanya sendiri dan menatap John dengan penuh kesedihan.
Ia mulai ragu dengan dirinya sendiri. Am I worth of this thing? (Apakah aku bernilai untuk hal ini?) Kata Jane dalam hatinya.
“It’s my duty to protect you from any danger. (Itu sudah menjadi tugasku untuk melindungimu dari segala marabahaya.)”
John merogoh kantung yang berada di perutnya seraya mengeluarkan sebungkus rokok, ia mengambil satu batang rokok dan menaruh dimulutnya lalu membakarnya.
Ia menghisap rokok tersebut untuk sedikit mengilangkan perasaan sedih pada hatinya atas kehilangan sahabat terbaik yang telah menemaninya dalam setiap pertempuran.
Jane meresa jika ada yang berbeda pada kondisi mental John, karena ia tidak pernah melihatnya menghisap rokok dari awal hingga sekarang. “Usually, you take it off only when you’re eating, (Biasanya kau melepaskannya hanya ketika makan,)” terang Jane. “Gimme one, (Beri aku satu,)” seraya John menyerahkan rokok padanya. “Since when you’ve been partner up with him? (Sejak kapan kau berekanan dengannya?)” sambung Jane sembari menghisap rokoknya.
“He’s turn twenty three this year. (Dia berumur dua puluh tahun ini.)”
“How did you met him? And why did you drag him into this field? (Bagaimana kau bertemu dengannya? Dan kenapa kau membawanya kedalam hal ini?)” tanya Jane kembali.
“In the wilderness, he’s a puppy when I took him in, (Di alam liar, dia masih bayi ketika aku memungutnya,)” sahut John menjawab pertanyaanya. “Cause every protector had their own rights to choose their own companion. (Karena setiap pelindung punya hak untuk memilih rekannya.)”
“It must be difficult for you since he’s the only one you had. (Mungkin sulit bagimu karena dialah satu-satunya yang kau punya.)”
“Yeah. (Ya.)”
John memang tidak pernah berbicara terlalu banyak, sebab ia harus menyembunyikan identitasnya dan ia hanya membuka mulutnya hanya ketika diperlukan saja.
Jane mematikan rokoknya. “Don’t we need to move? (Tidakkah kita harus bergerak?)”
“Rest assurd, we had twelve hours. (Beristirahatlah, kita masih memiliki waktu dua belas jam.)”