John membuka matanya dan mendapati jika dirinya sedang berada di tengah hutan yang berbeda sambil berdiri memegang sebuah kapak di lengannya, ia menoleh ke kiri serta kanan untuk mengamati sekitarnya hingga mendapati sebuah gerobak yang dipenuhi oleh potongan-potongan dari batang pohon.
Di hadapannya terdapat sebuah pohon dengan bekas tebasan kapak pada batangnya, John melanjutkan tebasannya hingga membuat pohon tersebut tumbang ke tanah, ia memotong-motong batang pohon tersebut menjadi lebih pendek agar mudah dibawa dan masuk kedalam gerobak yang dibawanya.
John menghentikkan aktivitasnya.
Why?(Kenapa?) Tanya John dalam hatinya.
Ia tertegun sejenak sembari menatapi kedua tangannya, kemudian berjalan menuju gerobak tadi seraya beranjak pergi dengan menarik gerobak tersebut menyusuri jalan setapak yang dipenuhi oleh rerumputan di setiap sampingnya.
Krit … krit … bruk. Bunyi roda yang berputar mengenai batu yang menghadang.
Roda tersebut terbuat dari kayu, jadi setiap kali ia melangkahkan kaki untuk menariknya, maka akan terdengar suara.
Swiiish … swiiish … swushah. Bunyi angin berhembus mengenai dedaunan.
John menyusuri jalan setapak tersebut hingga tiba di pondok kayu, seorang wanita berlari kearahnya yang kemudian melompat sembari memeluknya.
“Where have you been? Did you dozing off while looking for firewood? (Kamu darimana aja? Apa kamu tidur pas mencari kayu bakar?)” tanya wanita tersebut dengan manja sembari cemberut. “It’s almost sunset now. (Udah mau magrib sekarang.)”
“I apologize, I’m sweating all around, why did you hug me? (Aku minta maaf, tubuhku berkeringat, kenapa kamu memelukku?)” sahut John meminta maaf.
“Did I need a permission to hug my beloved one? (Apakah aku perlu ijin untuk memeluk orang yang ku cintai?)”
“No, but it- (Tidak, tapika-)“ ucapan John terpotong olehnya.
“Geeesh, lets come inside, take a shower and have a dinner, I made your favourit foods. (Dih, ayo masuk, mandi sana terus makan, aku sudah memasak makanan kesukaan kamu.)”
“Let me put this thing first. (Biar aku menaruh ini dahulu.)”
“Okay okay, (Iya iya,)” kata wanita tersebut seraya berjalan masuk kedalam pondok.
John menarik gerobaknya menuju gubuk tempat penyimpanan kayu bakar, ia membuka pintu gubuk dan menekan saklar lampu seraya memindahkan kayu-kayu tadi dari atas gerobak kedalam gubuk tersebut.
Selesai memindahkan kayu bakar, ia mengunci pintunya dari dalam lalu berjalan kearah salah satu sudut gubuk tersebut dan memukul-mukul lantai menggunakan kakinya.
Buk buk buk. Bunyi lantai dipukulnya.
John mengangkat lantai tersebut dan menyenderkannya pada tembok, ia hanya mengintip sesaat pada lubang di lantai tersebut dan kembali menutupnya.
Beres dengan urusannya, ia keluar dari gubuk dan berjalan menuju pondok kayu dimana wanita tadi sudah menunggunya.
John berjalan menuju kamar untuk mengambil pakaian lalu lanjut berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dan ikut bergabung bersama wanita tadi di ruang makan.
Diatas meja makan sudah tersedia hidangan kesukaan darinya, yaitu kentang yang dipanggang bersamaan dengan keju dan di bumbui menggunakan lada hitam serta garam.
Piring disebelahnya dipenuhi oleh wortel serta sayur lainnya yang ditumis secara bersamaan sebagai pelengkap dari hidangan tadi.