Jane keluar dari dalam mobilnya dengan mengenakan kacamata serta masker seraya berjalan menuju pintu masuk sebuah gedung.
“Jane lihat kemari.”
“Sebelah sini Bu.”
“Lihat ke kamera.”
Para reporter yang sudah menunggu, menyuruhnya untuk menghadap kearah kamera agar mereka bisa mendapatkan jepretan gambar yang lebih bagus, tapi Jane tetap melenggang masuk kedalam gedung milik agensi yang menaunginya dan mengabaikan mereka tanpa sedikitpun menanggapinya.
Tak berapa lama kemudian, Jane tiba di sebuah ruangan dengan seorang pria yang nampaknya sudah menunggu kedatangannya sedari tadi.
“Duduk Jane,” suruh pria itu padanya.
Jane menuruti ucapannya dan duduk pada sofa yang tak terlalu jauh jaraknya. “Kenapa ada rumor gak jelas, siapa yang bikin sih,” keluh Jane padanya.
“Baru saja saya hendak bertanya mengenai rumor tersebut apakah benar?”
“Ya gak mungkinlah, mana mungkin saya hamil tiba-tiba,” bantah Jane mengenai rumor tidak baik yang sedang beredar mengenai dirinya. “Kalau gak percaya, ayo kita ke rumah sakit untuk membuktikannya.”
“… ….”
Pria tersebut tidak mensahuti ucapan dari Jane, ia tertegun sejenak seolah sedang berpikir untuk mencari jalan keluar mengenai rumor tak sedap tersebut karena mungkin saja hal tersebut dapat membuat Jane kehilangan beberapa kontrak atau mungkin hal terburuknya adalah karirnya hancur dalam sesaat.
Setelah beberapa saat berpikir, ia mendapatkan sebuah ide untuk Jane agar rumor tersebut tidak semakin liar.
“Gimana kalau kita pergi ke rumah sakit untuk menjalani mengenai kebenarannya, dan kita akan mengadakan konfrensi pers setelahnya?” saran pria tersebut kepada Jane.
“Saya setuju agar tidak ada lagi orang yang berbicara buruk mengenai saya.”
“Sekarang kamu pulang, nanti akan aku kirim detailnya besok mengenai kapan dan dimana kita akan melakukan testnya.”
“Baiklah.”
Jane berdiri dari posisi duduknya seraya berjalan keluar, ia berkendara dengan ditemani oleh asisten dan supir pribadinya.