Sepanjang perjalanan menuju rumah Pak Karta, Baja merenungi ucapan Ceu Haji tempo hari yang menyuruhnya segera menikah.
Bukan tidak pernah ia mempunyai pikiran untuk menyempurnakan separuh agamanya itu. Sering. Bahkan target awal untuk menikah ia patok di umur 23 tahun.
Target tinggallah target, jiwa muda yang sedang berapi-api itu harus padam beberapa kali ketika mengalami penolakan.
"Kang, aku anak satu-satunya, tidak elok jika hanya menikah di KUA saja. Aku ingin rumah dan halamanku dihias seperti rumah pengantin pada umumnya, hantaran yang Akang bawa harus sesuai keinginan. Dan, yang paling penting aku tak ingin tinggal di gubuk reot seperti tempat tinggal Akang sekarang," ujar wanita yang sudah dipacarinya itu.
Meskipun hanya bermodalkan tekad dan keinginan tulus, yakni tidak mau berpacaran terlalu lama karena takutnya terjadi fitnah serta ingin segera meredam sisi kekelakiannya, Baja mengutarakan maksud baiknya pada gadis pujaannya.
"Bukankah waktu kita jadian Adek mengatakan menerima Akang apa adanya? Bahkan kita sudah sepakat untuk menikah secara sederhana saja?" Baja mempertanyakan kembali apa yang sudah mereka bicarakan sebelumnya.
"Itu sebelum aku mengenal lebih jauh. Sederhana versi aku, bukan versi Akang. Penampilan keren, nyatanya Akang hanya tukang kebun. Mana bisa gaji tukang kebun menutupi semua keinginan aku, bahkan untuk sekedar bayar baso saja selalu beralasan lupa bawa dompet. Ujung-ujungnya siapa yang bayar?" solotnya.
Baja menghembuskan napas. Ia menyesal telah menguras isi tabungannya demi bisa membeli baju-baju seperti pemuda kebanyakan di kampungnya agar bisa menarik kaum hawa cantik nan berada. Memang keinginannya terwujud, banyak gadis yang terpesona melihatnya. Beberapa gadis merespons ketika ia mendekatinya, lalu menjalin hubungan seperti dengan gadis di hadapannya.
"Mulai hari ini sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi, kecuali Akang sudah punya modal untuk menikah sesuai keinginanku."
Gadis itu berlalu setelah mengucapkan semua unek-uneknya. Baja hanya bisa memandang sendu sampai gadis itu tak terlihat lagi.