Dalam segi apa pun, kamu kerap menganggapku sebagai seorang lelaki yang terlampau tak pedulian. Tidak peka, kurang sensitif, bahkan kerap menyebut diriku adalah seonggok patung hidup. Semenjak aku tidak berarti apa-apa lagi untukmu.
"Dingin, dan ... menyebalkan," bahkan kamu berani mengatakannya demikian, suatu ketika, kala aku tak memberikan satu jawaban pun atas pertanyaan yang aku pikir tidak membutuhkan jawaban.
Kamu tidak sedang bertanya, menurutku. Kamu hanya membutuhkan pengakuan. Itu saja. Tidak lebih.
Ada banyak hal yang sebenarnya kamu tidak ketahui atau memang tidak mau tahu atas diriku.
Kamu bahkan tidak mengetahui tiap kali aku pulang, memamahi rasa letih, duduk dengan punggung terenyak, memijiti kening kepala yang tiba-tiba pening, kemudian memejamkan mata-membukanya perlahan, ada banyak hal yang sedang kupikirkan.
Merancang masa depan, mencari cara bagaimana agar hidup tidak stagnan, menemukan peluang, dan tentunya bagaimana cara membahagiakan engkau dalam segala keterbatasan untuk saat, misalnya.
Ya. Aku memang sebongkah patung hidup dalam sudut pandangmu. Dingin. Menyebalkan. Statis.
"Bahkan kamu tidak pernah berniat membuat diriku bahagia," ucap kamu, seraya berlalu, meninggalkan dedak luka di hatiku. Menyakitkan memang.
"Aku sedang berusaha. Butuh waktu, dan kepercayaan darimu. Bersabarlah. Maafkan aku," aku tidak bisa memberikan pembelaan diri lebih jauh. Sekadar merendahkan diri serendah-rendahnya. Namun, itu saja masih belum cukup untukmu.
***
Malamku, masih sama saja. Selalu sama. Dingin dan beku. Semenjak kejatuhanku yang tidak terduga kamu menciptakan sekat ruang yang tidak bisa kujamah. Kamu memilih menjauh tiap kali kudekati.
Ada banyak alasan yang kaucipta agar diriku tidak bisa menggapaimu. Terlalu jauh. Aku tidak cukup berani memulai konfrontasi, sekadar mendapatkanmu kembali.
"Tidak seberharganya diriku di matamu lagi, ya?" Suatu kali aku kehilangan kekangan emosi. Kamu mendelik, sinis, dan penuh kebencian.
"Ya. Tentu saja. Bahkan seekor babi sekalipun, tidak mau membuat pasangannya menderita," jawabmu, liar, dan menusuk.